
Resmi Merger, Aset Bank Danamon kok Hanya Naik 4,5%?
Dwi Ayuningtyas, CNBC Indonesia
24 May 2019 15:07

Jakarta, CNBC Indonesia - PT Bank Danamon Indonesia Tbk (BDMN) dan PT Bank Nusantara Parahyangan Tbk (BBNP) resmi bergabung per 1 Mei 2019 dengan Bank Danamon sebagai bank penerima merger tersebut.
Perseroan pun merilis laporan posisi keuangan neraca terbarunya pada Jumat ini (24/5/2019). Melansir keterbukaan informasi Bursa Efek Indonesia (BEI), sejatinya perubahan posisi neraca BDMN per 1 Mei 2019 hanya sebatas meleburkan atau menjumlahkan nilai perolehan akun-akun neraca perusahaan per kuartal I-2019, dengan nilai perolehan akun-akun neraca BBNP.
Mengapa demikian? Hal ini dikarenakan, BDMN sepenuhnya mengambilalih kepemilikan saham BBNP. Alhasil setelah rampungnya penggabungan usaha secara hukum, seluruh hak dan kewajiban serta pasiva dan akitiva Bank BNP secara hukum beralih ke Bank Danamon.
Per 1 Mei 2019, total aset BDMN hanya naik tipis 4,51% menjadi Rp 197,28 triliun dari Rp 188,76 triliun sebelum merger.
Jika dirinci, akun neraca BBNP yang berkontribusi paling besar dalam peningkatan aset Bank Danamon adalah akun kredit (pinjaman yang diberikan) dan penempatan pada bank lain dan Bank Indonesia (BI).
Hingga akhir Maret 2019, BBNP membukukan total kredit sebesar Rp 5,76 triliun, sedangkan jumlah penempatan pada bank lain dan BI sebesar Rp 1,59 triliun.
Lebih lanjut, setelah penggabungan usaha, total liabilitas Bank Danamon tumbuh 5,24% menjadi Rp 154,7 triliun dari sebelumnya Rp 147 triliun.
Bank BNP memberikan kontribusi terbesar melalui akun pinjaman nasabah yang hingga kuartal I-2019 tercatat senilai Rp 7,49 triliun.
Sementara itu, untuk total ekuitas BDMN per 1 Mei 2019 tergolong stabil dengan hanya membukukan kenaikan 1,95% menjadi Rp 42,58 triliun. Akun pada pos ekuitas mencatatkan kenaikan setelah penggabungan usaha hanya akun modal saham, tambahan modal disetor, dan laba ditahan.
Selain itu, porsi kepemilikan MUFG bank Ltd yang pada per akhir 31 Maret 2019 hanya sebesar 40%, per 1 Mei 2019 menjadi 93,1% atau setara dengan kepemilikan 9,1 juta saham.
Untuk diketahui, MUFG menjadi induk Bank Danamon dengan membeli 33,83% kepemilikan saham BDMN yang dipegang Asia Financial pada 29 April 2019 dengan harga Rp 9.590/saham. MUFG juga membeli sekitar 19% saham Bank Danamon yang dimiliki investor publik.
Dari sisi kinerja, pada 3 bulan pertama 2019 Bank Danamon mencatatkan penurunan laba bersih 10,65% year-on-year (YoY) menjadi Rp 933,14 miliar dibandingkan kuartal I-2018 yang senilai Rp 1,04 triliun.
Meskipun secara tahunan laba bersih perusahaan turun, namun jika dibandingkan dengan kuartal sebelumnya tercatat peningkatan 5,52% QoQ.
Jika dirinci, laba bersih BDMN kuartal pertama tahun ini lebih rendah dibandingkan tahun lalu seiring dengan penurunan pendapatan bunga bersih yang mencatatkan kontraksi 11,82% secara tahunan menjadi Rp 1,85 triliun.
Perolehan tersebut juga sejalan dengan penurunan margin bunga bersih (Net Interest Margin/NIM) perusahaan yang ada di 5,47% dibandingkan capaian NIM kuartal I-2018 senilai 6,48%.
Sebagai informasi, NIM merupakan selisih dari bunga yang didapatkan perbankan dengan bunga yang dibayarkan kepada nasabah, dibagi dengan total aset yang menghasilkan bunga. Semakin besar NIM, maka tingkat profitabilitas sebuah bank akan semakin besar.
TIM RISET CNBC INDONESIA
Simak ulasan bisnis Bank Danamon pasca-merger.
[Gambas:Video CNBC]
(dwa/tas) Next Article Pernyataan Manajemen Danamon Soal Nasib Karyawan Pasca-Merger
Perseroan pun merilis laporan posisi keuangan neraca terbarunya pada Jumat ini (24/5/2019). Melansir keterbukaan informasi Bursa Efek Indonesia (BEI), sejatinya perubahan posisi neraca BDMN per 1 Mei 2019 hanya sebatas meleburkan atau menjumlahkan nilai perolehan akun-akun neraca perusahaan per kuartal I-2019, dengan nilai perolehan akun-akun neraca BBNP.
Mengapa demikian? Hal ini dikarenakan, BDMN sepenuhnya mengambilalih kepemilikan saham BBNP. Alhasil setelah rampungnya penggabungan usaha secara hukum, seluruh hak dan kewajiban serta pasiva dan akitiva Bank BNP secara hukum beralih ke Bank Danamon.
Per 1 Mei 2019, total aset BDMN hanya naik tipis 4,51% menjadi Rp 197,28 triliun dari Rp 188,76 triliun sebelum merger.
Jika dirinci, akun neraca BBNP yang berkontribusi paling besar dalam peningkatan aset Bank Danamon adalah akun kredit (pinjaman yang diberikan) dan penempatan pada bank lain dan Bank Indonesia (BI).
Hingga akhir Maret 2019, BBNP membukukan total kredit sebesar Rp 5,76 triliun, sedangkan jumlah penempatan pada bank lain dan BI sebesar Rp 1,59 triliun.
Lebih lanjut, setelah penggabungan usaha, total liabilitas Bank Danamon tumbuh 5,24% menjadi Rp 154,7 triliun dari sebelumnya Rp 147 triliun.
Bank BNP memberikan kontribusi terbesar melalui akun pinjaman nasabah yang hingga kuartal I-2019 tercatat senilai Rp 7,49 triliun.
Sementara itu, untuk total ekuitas BDMN per 1 Mei 2019 tergolong stabil dengan hanya membukukan kenaikan 1,95% menjadi Rp 42,58 triliun. Akun pada pos ekuitas mencatatkan kenaikan setelah penggabungan usaha hanya akun modal saham, tambahan modal disetor, dan laba ditahan.
Selain itu, porsi kepemilikan MUFG bank Ltd yang pada per akhir 31 Maret 2019 hanya sebesar 40%, per 1 Mei 2019 menjadi 93,1% atau setara dengan kepemilikan 9,1 juta saham.
Untuk diketahui, MUFG menjadi induk Bank Danamon dengan membeli 33,83% kepemilikan saham BDMN yang dipegang Asia Financial pada 29 April 2019 dengan harga Rp 9.590/saham. MUFG juga membeli sekitar 19% saham Bank Danamon yang dimiliki investor publik.
Dari sisi kinerja, pada 3 bulan pertama 2019 Bank Danamon mencatatkan penurunan laba bersih 10,65% year-on-year (YoY) menjadi Rp 933,14 miliar dibandingkan kuartal I-2018 yang senilai Rp 1,04 triliun.
Meskipun secara tahunan laba bersih perusahaan turun, namun jika dibandingkan dengan kuartal sebelumnya tercatat peningkatan 5,52% QoQ.
Jika dirinci, laba bersih BDMN kuartal pertama tahun ini lebih rendah dibandingkan tahun lalu seiring dengan penurunan pendapatan bunga bersih yang mencatatkan kontraksi 11,82% secara tahunan menjadi Rp 1,85 triliun.
Perolehan tersebut juga sejalan dengan penurunan margin bunga bersih (Net Interest Margin/NIM) perusahaan yang ada di 5,47% dibandingkan capaian NIM kuartal I-2018 senilai 6,48%.
Sebagai informasi, NIM merupakan selisih dari bunga yang didapatkan perbankan dengan bunga yang dibayarkan kepada nasabah, dibagi dengan total aset yang menghasilkan bunga. Semakin besar NIM, maka tingkat profitabilitas sebuah bank akan semakin besar.
TIM RISET CNBC INDONESIA
Simak ulasan bisnis Bank Danamon pasca-merger.
[Gambas:Video CNBC]
(dwa/tas) Next Article Pernyataan Manajemen Danamon Soal Nasib Karyawan Pasca-Merger
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular