Situasi Aman Terkendali, Sesi I IHSG Ditutup Naik 0,35%

Dwi Ayuningtyas, CNBC Indonesia
24 May 2019 12:18
Situasi Aman Terkendali, Sesi I IHSG Ditutup Naik 0,35%
Foto: Ilustrasi Bursa Efek Indonesia (CNBC Indonesia/Andrean Kristianto)
Jakarta, CNBC Indonesia - Pada akhir penutupan sesi I, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) masih anteng di zona hijau dengan ditutup menguat 0,35% ke level 6.053,95 poin.

Berbeda dengan IHSG yang masuk zona hijau, mayoritas bursa saham kawasan Asia terjebak di zona merah: indeks Kospi anjlok 0,87%, indeks Nikkei turun 0,45%, indeks Straits Times melemah 0,3%, indeks Shanghai turun terbatas 0,04%, sementara indeks Hang Seng menguat 0,21%

Mayoritas bursa saham acuan Benua Kuning terjebak di zona merah karena kekhawatiran akan risiko perang dagang Amerika Serikat (AS) dan China yang tidak hanya seputar balas membalas bea masuk, tapi sudah mulai merambat ke pembatasan gerak korporasi.

Pekan lalu, Departemen Perdagangan AS memutuskan memasukkan Huawei (perusahaan teknologi asal China) ke 'Daftar Entitas'  karena Huawei dianggap membahayakan keamanan dan kepentingan nasional. AS juga dikabarkan akan melakukan tindakan serupa ke perusahaan China lainnya, Hikvision.

Lebih lanjut, kabar terbaru bahkan menyebutkan bahwa Presiden AS Donald Trump mengatakan keluhan Washington terhadap Huawei mungkin diselesaikan dalam kerangka kesepakatan dagang dengan China, sementara pada saat yang bersamaan menyebut raksasa telekomunikasi China itu "sangat berbahaya", dilansir Reuters.

"Coba Anda lihat apa yang mereka lakukan dari perspektif militer. Sangat berbahaya. Jadi kalau kita berhasil membuat kesepakatan (dengan China), saya membayangkan Huawei akan masuk di dalamnya," kata Presiden AS Donald Trump, mengutip Reuters.

"Perusahaan tersebut (Huawei) tidak hanya terkait dengan pemerintah China, tetapi juga Partai Komunis China. Dengan jaringan yang mereka miliki, informasi yang ada di AS berada dalam risiko," tambah Mike Pompeo, Menteri Luar Negeri AS, mengutip Reuters.

Pemerintahan Negeri Tirai Bambu mulai buka suara dan menunjukkan sikap galak merespons tindakan AS pada Huawei.

"Serangan AS terhadap perusahaan-perusahaan China tidak hanya menyebabkan kerusakan serius pada kerja sama komersial normal kedua negara namun juga menjadi ancaman besar bagi keamanan industri dan rantai pasokan global," kata juru bicara Kementerian Perdagangan China Gao Feng, Kamis (23/5/2019), dilansir CNBC International.

"China dengan tegas melawan ini. Kami akan mengamati perkembangannya dengan ketat dan membuat persiapan yang cukup," lanjutnya.
Di lain pihak, Washington tampaknya akan menyulut perseteruan baru dengan dengan negara lain. Departemen Perdagangan AS mengatakan pada Kamis (23/4/2019) bahwa pihaknya telah mengusulkan aturan baru untuk mengenakan bea anti subsidi pada produk-produk dari negara-negara yang dianggap dituding memanipulasi mata uang.  

Aturan baru tersebut dapat mengakibatkan barang impor dari negara yang dianggap memanipulasi mata uangnya dikenakan tarif yang lebih besar. Negara-negara tersebut termasuk Jepang, Korea Selatan, India, Jerman, Swiss, dan tidak luput juga China.  

Pasalnya negara tersebut termasuk dalam “Daftar Pemantauan” di laporan mata uang oleh Kementerian Keuangan. Laporan tersebut melacak intervensi pasar mata uang, surplus neraca transaksi global yang tinggi, dan surplus perdagangan bilateral yang tinggi, dilansir CNBC International.  

Jadi bisa dikatakan, jika suatu negara mencatatkan surplus neraca perdagangan atas transaski ekspor-impor dengan Negeri Paman Sam, maka akan masuk dalam daftar pantauan tersebut.  

Menteri Perdagangan AS Wilbur Ross menyampaikan aturan ini memberitahu eksportir asing bahwa AS dapat membalas subsidi mata uang yang dianggap merugikan industri domestik, dilansir CNBC International.  

“Negara-negara asing tidak akan lagi dapat menggunakan kebijakan mata uang untuk merugikan pekerja dan bisnis Amerika, “ ujarnya. Bara demo yang sudah mendingin ini membuat kecemasan yang dirasakan investor menjadi berkurang, memberikan optimisme untuk masuk ke pasar saham.  

Kadiv Humas Mabes Polri Irjen M. Iqbal memastikan bahwa situasi keamanan nasional, terutama di Jakarta, terkendali selepas kericuhan yang terjadi 21 Mei hingga 22 Mei 2019. Kepolisian telah menangkap setidaknya 257 orang pada malam pertama yakni Selasa (21/5) dan 185 orang pada malam kedua, Rabu (22/5) yang terlibat dalam kerusuhan dan aksi anarkis.  

Terlebih lagi, karena IHSG cukup tertekan sepanjang pekan lalu yang membukukan koreksi hingga 6,56%, sehingga wajar saja jika terjadi technical rebound pada bursa saham tanah air.  

Pelaku pasar mulai memburu saham-saham murah dan aksi ini turut membantu mendongkrak pergerakan IHSG ke zona hijau. Emiten-emiten yang diburu investor diantaranya PT Asia Pacific Fibers Tbk/POLY (16,85%), PT Indika Energy Tbk/INDY (5,6%), PT Garuda Indonesia Tbk/GIAA (5,37%), PT Soechi Lines Tbk/SOCI (5,1%), PT Surya Semesta Internusa Tbk/SSIA (3,42%).
Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular