
China Tak Gentar Dirundung AS, Wall Street Berpeluang Jatuh
Arif Gunawan, CNBC Indonesia
23 May 2019 19:52

Jakarta, CNBC Indonesia - Koreksi yang terjadi kemarin berpeluang terulang pada bursa saham Amerika Serikat (AS) perdagangan Kamis (23/5/2019), menyusul koreksi indeks futures bursa sahamĀ Amerika Serikat (AS) di tengah masih panasnya bara perang dagang.
Perang dagang antara AS-China yang masih berkobar menjadi pemicu penurunan harga saham di bursa Wall Street, dengan kekhawatiran bakal ada lebih banyak perusahaan AS yang membukukan kerja-sama bisnisnya dengan raksasa telekomunikasi China Huawei.
Indeks futures Dow Jones Industrial Average (DJIA) terlihat melemah 239 poin pada pukul 07:30 waktu setempat, atau pukul 19:30 WIB ke 25.532. Sementara itu, indeks futures S&P 500 melemah 24 poin sedangkan indeks futures Nasdaq 100 merosot 85 poin.
"Lanskap perdagangan terlihat semakin runyam. Siapapun yang memilih bullish di indeks S&P 500 harus benar-benar melakukan pencarian makna di tengah situasi sekarang," tutur Executive Director J.P. Morgan Adam Crisafulli dalam rilisnya, sebagaimana dikutip CNBC International.
Crisafulli mengacu pada data pemesanan manajer pembelian (purchasing manager index/ PMI) yang mengindikasikan pembalikan ekonomi dari tahun sebelumnya "menunjukkan gejala perlambatan" sementara bank sentral AS tidak terburu-buru menaikkan bunga acuan.
Perusahaan perancang chip asal Inggris Arm Holdings menyatakan bahwa pihaknya membekukan kerja-sama bisnis dengan Huawei untuk mematuhi kebijakan AS yang memasukkan Huawei ke daftar hitam. Langkah itu diikuti Panasonic yang menghentikan pengiriman komponen ponsel pintar ke Huawei. Vodafone dan BT Group yang merupakan produsen terbesar ponsel Inggris juga menyatakan bahwa ponsel Huawei dikeluarkan dari rencana pengembangan jaringan 5G.
Namun, China ternyata tidak gentar. Juru Bicara Kementerian Perdagangan China Gao Feng menegaskan bahwa AS harus mengubah kebijakannya yang salah jika ingin negosiasi dilanjutkan, "hanya dengan begitu, pembicaraan bisa dilanjutkan lagi."
"Langkah AS memberangus perusahaan China tidak hanya membahayakan kerjasama korporat secara normal antara kedua negara, tetapi juga menciptakan ancaman besar terhadap kestabilan industri dan rantai suplai global," kata Feng.
Perang dagang AS sepanjang bulan ini telah membuat indeks S&P 500 terpelanting 3. Pada hari ini, investor juga mencermati rilis data ekonomi seperti data klaim pengangguran dan data PMI sektor manufaktur dan jasa periode Mei.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(ags/ags) Next Article Wall Street Menguat Setelah 3 Hari Jeblok, tapi PHP Gak Nih?
Perang dagang antara AS-China yang masih berkobar menjadi pemicu penurunan harga saham di bursa Wall Street, dengan kekhawatiran bakal ada lebih banyak perusahaan AS yang membukukan kerja-sama bisnisnya dengan raksasa telekomunikasi China Huawei.
Indeks futures Dow Jones Industrial Average (DJIA) terlihat melemah 239 poin pada pukul 07:30 waktu setempat, atau pukul 19:30 WIB ke 25.532. Sementara itu, indeks futures S&P 500 melemah 24 poin sedangkan indeks futures Nasdaq 100 merosot 85 poin.
Crisafulli mengacu pada data pemesanan manajer pembelian (purchasing manager index/ PMI) yang mengindikasikan pembalikan ekonomi dari tahun sebelumnya "menunjukkan gejala perlambatan" sementara bank sentral AS tidak terburu-buru menaikkan bunga acuan.
Perusahaan perancang chip asal Inggris Arm Holdings menyatakan bahwa pihaknya membekukan kerja-sama bisnis dengan Huawei untuk mematuhi kebijakan AS yang memasukkan Huawei ke daftar hitam. Langkah itu diikuti Panasonic yang menghentikan pengiriman komponen ponsel pintar ke Huawei. Vodafone dan BT Group yang merupakan produsen terbesar ponsel Inggris juga menyatakan bahwa ponsel Huawei dikeluarkan dari rencana pengembangan jaringan 5G.
Namun, China ternyata tidak gentar. Juru Bicara Kementerian Perdagangan China Gao Feng menegaskan bahwa AS harus mengubah kebijakannya yang salah jika ingin negosiasi dilanjutkan, "hanya dengan begitu, pembicaraan bisa dilanjutkan lagi."
"Langkah AS memberangus perusahaan China tidak hanya membahayakan kerjasama korporat secara normal antara kedua negara, tetapi juga menciptakan ancaman besar terhadap kestabilan industri dan rantai suplai global," kata Feng.
Perang dagang AS sepanjang bulan ini telah membuat indeks S&P 500 terpelanting 3. Pada hari ini, investor juga mencermati rilis data ekonomi seperti data klaim pengangguran dan data PMI sektor manufaktur dan jasa periode Mei.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(ags/ags) Next Article Wall Street Menguat Setelah 3 Hari Jeblok, tapi PHP Gak Nih?
Most Popular