Jakarta Sudah 'Dingin', IHSG Menguat Sendirian di Asia!

Houtmand P Saragih & Anthony Kevin, CNBC Indonesia
23 May 2019 16:54
Jakarta Sudah 'Dingin', IHSG Menguat Sendirian di Asia!
Foto: Ilustrasi Bursa Efek Indonesia (CNBC Indonesia/Andrean Kristianto)
Jakarta, CNBC Indonesia - Performa Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) pada hari ini begitu impresif, tak sekalipun merasakan pahitnya zona merah. Dibuka menguat 0,07% ke level 5.944,03, IHSG terus memperlebar penguatannya seiring dengan berjalannya waktu.

Pada akhir perdagangan, IHSG melesat hingga 1,57% ke level 6.032,7. IHSG kembali merangsek ke atas level psikologis 6.000 pasca meninggalkannya pada 15 Mei lalu.

Hebatnya lagi, IHSG menjadi satu-satunya indeks saham di kawasan Asia yang mampu menghijau hari ini.



Saham-saham yang berkontribusi signifikan dalam mendorong kenaikan IHSG di antaranya: PT Bank Central Asia Tbk/BBCA (+2,66%), PT Telekomunikasi Indonesia Tbk/TLKM (+3,39%), PT Unilever Indonesia Tbk/UNVR (+2,44%), PT Bank Mandiri Tbk/BMRI (+3,77%), dan PT United Tractors Tbk/UNTR (+4,71%).

Rilis risalah rapat (minutes of meeting) The Federal Reserve selaku bank sentral AS menjadi faktor yang membebani kinerja bursa saham Benua kuning. Melalui risalah rapat edisi 30 April-1 Mei, terungkap indikasi bahwa Jerome Powell (Gubernur The Fed) dan kolega tak akan mengubah tingkat suku bunga acuan dalam beberapa waktu ke depan, dilansir dari CNBC International. Tak mengerek naik, namun juga tak memangkasnya.

"Para anggota melihat bahwa pendekatan yang sabar... kemungkinan akan tetap layak diadopsi untuk beberapa waktu," tulis risalah The Fed yang dirilis pada hari Rabu (22/5/2019), dilansir dari Reuters.

Wajar jika pelaku pasar saham kecewa dengan risalah The Fed tersebut. Pasalnya, di tengah perang dagang AS-China yang terus saja tereskalasi, belum lagi ditambah potensi meletusnya perang dagang AS-Uni Eropa, pemangkasan tingkat suku bunga acuan dianggap menjadi hal yang paling bijak.

Ketika tingkat suku bunga acuan dipangkas, tingkat suku bunga kredit yang ditawarkan oleh perbankan di AS juga akan turun dan menstimulasi rumah tangga serta dunia usaha untuk menarik kredit, yang pada akhirnya akan mendorong perekonomian tumbuh lebih tinggi.

Perkembangan terbaru juga menunjukkan bahwa anggota The Fed masih nyaman dengan kebijakan yang sudah diambilnya sejauh ini. Dalam wawancara pada hari Rabu dengan Fox Business, Dallas Federal Reserve president Robert Kaplan mengatakan bahwa untuk menggerakkan tingkat suku bunga acuan (baik naik maupun turun), dirinya perlu melihat suatu hal yang meyakinkan.

"Pada dasarnya, kami berada dalam pengaturan kebijakan yang tepat," kata Kaplan, dilansir dari Reuters.
Selain itu, perkembangan perang dagang AS-China yang masih panas ikut membebani kinerja bursa saham Asia.

Seperti yang diketahui, pada pekan lalu Presiden AS Donald Trump mendeklarasikan kondisi darurat nasional di sektor teknologi melalui sebuah perintah eksekutif. Dengan aturan itu, Menteri Perdagangan Wilbur Ross menjadi memiliki wewenang untuk memblokir transaksi dalam bidang teknologi informasi atau komunikasi yang menimbulkan risiko bagi keamanan nasional AS.

Bersamaan kebijakan ini, Huawei Technologies dan 70 entitas terafiliasi dimasukkan ke dalam daftar perusahaan yang dilarang membeli perangkat dan komponen dari perusahaan AS tanpa persetujuan pemerintah.

Perkembangan terbaru, Menteri Keuangan AS Steven Mnuchin mengungkapkan bahwa hingga saat ini, AS belum memiliki rencana untuk bertandang ke Beijing guna menggelar negosiasi dagang, dilansir dari CNBC International. Komentar tersebut diberikannya menjelang dengar pendapat dengan para anggota legislatif di AS pada hari Rabu.

Selain itu, AS masih mengincar produk-produk impor asal China senilai US$ 300 miliar untuk dikenakan bea masuk. Saat ini, AS tengah mempelajari dampak pengenaan bea masuk tersebut terhadap konsumen di sana, seperti diungkapkan oleh Mnuchin dalam dengar pendapat dengan para anggota legislatif, dilansir dari Reuters.

Sejatinya, Mnuchin menyebut bahwa AS membuka diri untuk menggelar negosiasi jika kedua belah pihak bisa melanjutkan dengan hal-hal yang sudah sempat disepakati dalam diskusi-diskusi sebelumnya sebagai basis.

“Saya masih berharap bahwa kami dapat kembali ke meja negosiasi. Kedua presiden (Donald Trump dan Xi Jinping) kemungkinan besar akan bertemu pada akhir Juni (di sela-sela KTT G20),” kata Mnuchin, dilansir dari Reuters.

Namun, hal tersebut belum bisa meredakan kekhawatiran pelaku pasar. Pasalnya, hingga saat ini tetap saja belum ada rencana konkret dari AS untuk berkunjung ke China. AS juga terus bergerak untuk mengenakan bea masuk bagi produk impor China senilai US$ 300 miliar yang hingga kini belum terdampak oleh perang dagang.

Parahnya lagi, China diketahui sudah mempertimbangkan kebijakan yang akan diberlakukan terhadap AS sebagai balasan karena membatasi ruang gerak Huawei di AS. Menurut sebuah laporan dari South China Morning Post, restriksi yang diberikan AS kepada Huawei telah mendorong China untuk memikirkan ulang seluruh hubungan ekonomi yang dijalin dengan AS, dilansir dari CNBC International.

Laporan tersebut kemudian menyebut bahwa China sedang mempertimbangkan untuk menghentikan pembelian gas alam dari AS. Pada tahun 2017, China diketahui membeli minyak mentah dan gas alam cair senilai US$ 6,3 miliar dari AS. Mendinginnya bara demo 22 Mei menjadi faktor yang memantik aksi beli di bursa saham tanah air. Kemarin, IHSG melemah 0,2% di saat mayoritas bursa saham utama kawasan Asia menguat, lantaran demo berlangsung dengan begitu panas.

Sejak Rabu dini hari, massa menggelar demo di berbagai titik di Jakarta yang berujung menjadi kericuhan. Salah satu lokasi yang menjadi titik kericuhan adalah Tanah Abang.

Demo ini berkaitan dengan penolakan sejumlah kelompok masyarakat terhadap hasil Pemilihan Presiden (Pilpres) yang memenangkan pasangan calon presiden dan wakil presiden nomor urut 01 Joko Widodo-Ma'ruf Amin.

Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan menyebutkan bahwa terdapat 200 orang luka-luka karena kericuhan demo tersebut. Anies bahkan menyebut ada 6 orang yang tewas.

Kemarin sore (selepas perdagangan di pasar keuangan Indonesia ditutup), massa kembali menyemut di depan Gedung Bawaslu. Aksi yang sempat berlangsung damai pun berbalik menjadi ricuh lagi. Salah satu area di Gedung Bawaslu bahkan diketahui sempat terbakar saat kericuhan terjadi. Api diduga berasal dari molotov yang dilempar para pericuh.

Namun, pada hari ini kondisi di Jakarta sudah aman. Kadiv Humas Mabes Polri Irjen M. Iqbal memastikan bahwa situasi keamanan nasional, terutama di Jakarta, terkendali selepas kericuhan yang terjadi 21 Mei hingga 22 Mei 2019.

"Kami berhasil tangkap 185 orang tadi malam, di berbagai tempat, yakni sekitaran Bawaslu, Sarinah, Menteng, Gambir, Patung Kuda, sekitar Slipi dan Petamburan," ujar Iqbal dalam konferensi pers di Menko Polhukam, Kamis (23/5/2019).

"Situasi hari ini under control. TNI-Polri tetap lakukan tindakan preemptive, preventive, dan proses hukum terhadap perusuh yang sudah kami tangkap. Ada preventive strike juga," tambah Iqbal.

Bara demo yang sudah mendingin ini membuat kecemasan yang dirasakan investor menjadi berkurang, memberikan optimisme untuk masuk ke pasar saham.

TIM RISET CNBC INDONESIA
Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular