Jakarta Sudah 'Dingin', IHSG Menguat Sendirian di Asia!

Houtmand P Saragih & Anthony Kevin, CNBC Indonesia
23 May 2019 16:54
AS Serang Huawei, China Siap Balas
Foto: Ilustrasi Bursa Efek Indonesia (CNBC Indonesia/Andrean Kristianto)
Selain itu, perkembangan perang dagang AS-China yang masih panas ikut membebani kinerja bursa saham Asia.

Seperti yang diketahui, pada pekan lalu Presiden AS Donald Trump mendeklarasikan kondisi darurat nasional di sektor teknologi melalui sebuah perintah eksekutif. Dengan aturan itu, Menteri Perdagangan Wilbur Ross menjadi memiliki wewenang untuk memblokir transaksi dalam bidang teknologi informasi atau komunikasi yang menimbulkan risiko bagi keamanan nasional AS.

Bersamaan kebijakan ini, Huawei Technologies dan 70 entitas terafiliasi dimasukkan ke dalam daftar perusahaan yang dilarang membeli perangkat dan komponen dari perusahaan AS tanpa persetujuan pemerintah.

Perkembangan terbaru, Menteri Keuangan AS Steven Mnuchin mengungkapkan bahwa hingga saat ini, AS belum memiliki rencana untuk bertandang ke Beijing guna menggelar negosiasi dagang, dilansir dari CNBC International. Komentar tersebut diberikannya menjelang dengar pendapat dengan para anggota legislatif di AS pada hari Rabu.

Selain itu, AS masih mengincar produk-produk impor asal China senilai US$ 300 miliar untuk dikenakan bea masuk. Saat ini, AS tengah mempelajari dampak pengenaan bea masuk tersebut terhadap konsumen di sana, seperti diungkapkan oleh Mnuchin dalam dengar pendapat dengan para anggota legislatif, dilansir dari Reuters.

Sejatinya, Mnuchin menyebut bahwa AS membuka diri untuk menggelar negosiasi jika kedua belah pihak bisa melanjutkan dengan hal-hal yang sudah sempat disepakati dalam diskusi-diskusi sebelumnya sebagai basis.

“Saya masih berharap bahwa kami dapat kembali ke meja negosiasi. Kedua presiden (Donald Trump dan Xi Jinping) kemungkinan besar akan bertemu pada akhir Juni (di sela-sela KTT G20),” kata Mnuchin, dilansir dari Reuters.

Namun, hal tersebut belum bisa meredakan kekhawatiran pelaku pasar. Pasalnya, hingga saat ini tetap saja belum ada rencana konkret dari AS untuk berkunjung ke China. AS juga terus bergerak untuk mengenakan bea masuk bagi produk impor China senilai US$ 300 miliar yang hingga kini belum terdampak oleh perang dagang.

Parahnya lagi, China diketahui sudah mempertimbangkan kebijakan yang akan diberlakukan terhadap AS sebagai balasan karena membatasi ruang gerak Huawei di AS. Menurut sebuah laporan dari South China Morning Post, restriksi yang diberikan AS kepada Huawei telah mendorong China untuk memikirkan ulang seluruh hubungan ekonomi yang dijalin dengan AS, dilansir dari CNBC International.

Laporan tersebut kemudian menyebut bahwa China sedang mempertimbangkan untuk menghentikan pembelian gas alam dari AS. Pada tahun 2017, China diketahui membeli minyak mentah dan gas alam cair senilai US$ 6,3 miliar dari AS. (ank)
Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular