Demo 22 Mei Bikin Transaksi Sepi, IHSG Ditutup Melemah

Anthony Kevin, CNBC Indonesia
22 May 2019 16:57
Investor Asing Kembali Keluar dari Indonesia
Foto: Ilustrasi Bursa. (CNBC Indonesia/Andrean Kristianto)
Investor asing memegang peranan besar dalam mendorong IHSG melemah. Per akhir perdagangan, investor asing membukukan jual bersih senilai Rp 143,7 miliar di pasar saham (pasar reguler), menandai jual bersih selama 14 hari beruntun (dimulai dari tanggal 3 Mei).

Jika ditotal, dalam 14 hari tersebut, total jual bersih investor asing di pasar reguler mencapai Rp 10 triliun.

Wajar jika investor asing tak juga berhenti melego saham-saham di Indonesia. Pasalnya, kinerja rupiah dalam beberapa waktu terakhir memang memprihatinkan. Terhitung dalam periode 3 Mei hingga hari ini, rupiah sudah melemah 1,93% di pasar spot, dari Rp 14.245/dolar AS menjadi Rp 14.520/dolar AS. Pada hari ini, depresiasi rupiah adalah sebesar 0,31%.


Pelemahan rupiah yang signifikan membuat investor asing berpotensi menanggung yang namanya kerugian kurs sehingga mau tak mau aksi jual dilakukan di pasar saham.

Maklum saja jika rupiah terus melemah. Pasalnya, ada awan hitam yang menyelimuti bernama defisit transaksi berjalan (Current Account Deficit/CAD).

Belum lama ini, CAD periode kuartal-I 2019 diumumkan senilai US$ 7 miliar atau setara dengan 2,6% dari PDB, sudah jauh lebih dalam dari defisit periode yang sama tahun lalu (kuartal-I 2018) yang hanya senilai US$ 5,19 miliar atau 2,01% dari PDB.

Jika berbicara mengenai rupiah, transaksi berjalan merupakan hal yang sangat penting lantaran menggambarkan pasokan devisa yang tidak mudah berubah (dari aktivitas ekspor-impor barang dan jasa). Hal ini berbeda dengan pos transaksi modal dan finansial yang bisa cepat berubah karena datang dari aliran modal portfolio atau yang biasa disebut sebagai hot money.

Pada kuartal-II 2019, nampaknya CAD masih akan dalam. Pasalnya, neraca dagang Indonesia membukukan defisit senilai US$ 2,5 miliar pada April 2019. Berdasarkan data Refinitiv, defisit pada April 2019 merupakan yang terparah atau terdalam sepanjang sejarah Indonesia. Sebelumnya, defisit paling dalam tercatat senilai US$ 2,3 miliar dan terjadi pada Juli 2013.

Kalau neraca dagang (yang merupakan komponen dari transaksi berjalan) saja sudah membukukan defisit yang begitu dalam, tentu CAD akan sulit diredam. Ada kemungkinan, CAD untuk keseluruhan tahun 2019 akan lebih dalam dibandingkan CAD untuk keseluruhan tahun 2018 yang sebesar 2,98% dari PDB.

Selain itu, panasnya tensi politik terkait dengan kericuhan demo 22 Mei ikut membuat rupiah dilepas pelaku pasar.

TIM RISET CNBC INDONESIA (ank/tas)

Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular