Demo 22 Mei dan Brexit Diprediksi Bebani Pasar SUN

Irvin Avriano Arief, CNBC Indonesia
22 May 2019 09:37
Pasar obligasi diprediksi masih akan melemah pada perdagangan Rabu ini.
Foto: Demo di Bawaslu, Selasa (21/5/2019). (CNBC Indonesia/Muhammad Sabki)
Jakarta, CNBC Indonesia - Pasar obligasi diprediksi masih akan melemah pada perdagangan Rabu ini (22/5/2019) karena tekanan global yang masih bergulir serta kondisi politik dalam negeri yang justru menjadi pembeban pasar mengingat akan adanya demonstrasi tolak hasil Pilpres 2019.

Maximilianus Nico Demus, Associate Director Research & Investment PT Pilarmas Investindo Sekuritas dalam risetnya pagi ini memprediksi tekanan global tersebut akan datang dari Brexit, keluarnya Inggris dari Uni Eropa, yang seakan menjadi pengganti isu perang dagang China-AS sebagai sentimen negatif pasar global.
 

Perkembangan perang dagang China-AS terakhir menunjukkan ketegangan sedikit mereda setelah pencekalan Huawei di AS ditangguhkan. 

"Yang tidak kalah pentingnya, meningkatnya tensi politik hari ini, maka berpotensi akan menekan harga obligasi kembali. Kami merekomendasikan wait and see dengan potensi beli," ujar Nico dan tim dalam riset tersebut (22/5/19). 

Hari ini, masih terjadi bentrok massa yang sejak Selasa kemarin hingga dini hari tadi menduduki jalanan di depan kantor Bawaslu dalam rangka menolak hasil Pilpres 2019 yang diumumkan oleh Komisi Pemilihan Umum (KPU). 

Bentrok diperparah dengan dugaan adanya korban meninggal akibat bentrok di depan Pasar Tanah Abang, Jakarta Pusat, akibat tertembak peluru di bagian leher. 

Nico menjelaskan, jika benar terjadi pelemahan pasar surat utang negara (SUN) hari ini, maka dapat dikatakan kondisi pasar efek utang pemerintah tersebut masih belum lepas dari bayang-bayang tren penurunan beruntun yang sempat terjadi pada 22 April-9 Mei. 


Sepanjang bulan berjalan, investor asing sudah menorehkan aliran dana keluar Rp 10,37 triliun, terbesar sejak 24 April.

Kemarin, pasar masih terkoreksi dan kondisi itu ditambah dengan realisasi hasil lelang rutin yang digelar pemerintah kemarin. 

Dalam lelang tersebut, permintaan dan nilai penerbitan di bawah target dan di bawah angka historis, yang menunjukkan bahwa pasar belum berminat untuk masuk ke pasar obligasi rupiah pemerintah saat ini di tengah koreksi dan tekanan makroekonomi dan politik. 

Peserta dalam lelang tersebut menyampaikan penawaran yang mini, bersamaan dengan nilai penerbitan yang juga minim yaitu Rp 26,19 triliun dan Rp 10,8 triliun, padahal jumlah target indikatif yang ditetapkan pemerintah adalah Rp 15 triliun-Rp 30 triliun. 

Angka realisasi lelang itu juga masih lebih rendah daripada lelang SUN konvensional terakhir yaitu Rp 32,95 triliun dan Rp 1,57 triliun dan rerata lelang obligasi pemerintah sejak awal tahun di angka Rp 54,42 triliun dan Rp 22,98 triliun.  

TIM RISET CNBC INDONESIA



(irv/tas) Next Article SUN Cetak Rekor, Pengamat: SUN RI Masih Menarik Bagi Investor

Tags


Related Articles
Recommendation
Most Popular