
Meski Asing Jualan, Jokowi Effect Selamatkan IHSG!
Anthony Kevin, CNBC Indonesia
21 May 2019 16:57

Sejatinya, aksi jual yang dilakukan investor asing membebani kinerja bursa saham tanah air pada hari ini. Pasca membukukan jual bersih senilai Rp 642,9 miliar kemarin, pada hari ini investor asing kembali melakukan jual bersih senilai Rp 643,1 miliar.
Investor asing belum juga selesai melakukan aksi jual di pasar saham tanah air. Padahal jika mundur sedikit ke pekan lalu, nilai jual bersih investor asing dalam sepekan kemarin sudah mencapai Rp 3,04 triliun.
Kinerja rupiah yang tak mendukung membuat investor asing terus melego saham-saham di tanah air. Hingga sore hari, rupiah melemah 0,17% di pasar spot ke level Rp 14.475/dolar AS, menandai pelemahan yang kedua secara beruntun. Jika dihitung sejak awal pekan lalu hingga hari ini, rupiah sudah melemah sebesar 1,08%.
Pelemahan rupiah yang signifikan membuat investor asing berpotensi menanggung yang namanya kerguian kurs sehingga wajar jika aksi jual dilakukan di pasar saham tanah air.
Maklum saja jika rupiah terus melemah. Pasalnya, ada awan hitam yang menyelimuti bernama defisit transaksi berjalan/Current Account Deficit (CAD). Belum lama ini, CAD periode kuartal-I 2019 diumumkan senilai US$ 7 miliar atau setara dengan 2,6% dari PDB, sudah jauh lebih dalam dari defisit periode yang sama tahun lalu (kuartal-I 2018) yang hanya senilai US$ 5,19 miliar atau 2,01% dari PDB.
Jika berbicara mengenai rupiah, transaksi berjalan merupakan hal yang sangat penting lantaran menggambarkan pasokan devisa yang tidak mudah berubah (dari aktivitas ekspor-impor barang dan jasa). Hal ini berbeda dengan pos transaksi modal dan finansial yang bisa cepat berubah karena datang dari aliran modal portfolio atau yang biasa disebut sebagai hot money.
Pada kuartal-II 2019, nampaknya CAD masih akan dalam. Pasalnya, neraca dagang (yang merupakan komponen dari transaksi berjalan) membukukan defisit senilai US$ 2,5 miliar pada April 2019. Berdasarkan data Refinitiv, defisit pada April 2019 merupakan yang terparah atau terdalam sepanjang sejarah Indonesia. Sebelumnya, defisit paling dalam tercatat senilai US$ 2,3 miliar dan terjadi pada Juli 2013. (ank/hps)
Investor asing belum juga selesai melakukan aksi jual di pasar saham tanah air. Padahal jika mundur sedikit ke pekan lalu, nilai jual bersih investor asing dalam sepekan kemarin sudah mencapai Rp 3,04 triliun.
Kinerja rupiah yang tak mendukung membuat investor asing terus melego saham-saham di tanah air. Hingga sore hari, rupiah melemah 0,17% di pasar spot ke level Rp 14.475/dolar AS, menandai pelemahan yang kedua secara beruntun. Jika dihitung sejak awal pekan lalu hingga hari ini, rupiah sudah melemah sebesar 1,08%.
Maklum saja jika rupiah terus melemah. Pasalnya, ada awan hitam yang menyelimuti bernama defisit transaksi berjalan/Current Account Deficit (CAD). Belum lama ini, CAD periode kuartal-I 2019 diumumkan senilai US$ 7 miliar atau setara dengan 2,6% dari PDB, sudah jauh lebih dalam dari defisit periode yang sama tahun lalu (kuartal-I 2018) yang hanya senilai US$ 5,19 miliar atau 2,01% dari PDB.
Jika berbicara mengenai rupiah, transaksi berjalan merupakan hal yang sangat penting lantaran menggambarkan pasokan devisa yang tidak mudah berubah (dari aktivitas ekspor-impor barang dan jasa). Hal ini berbeda dengan pos transaksi modal dan finansial yang bisa cepat berubah karena datang dari aliran modal portfolio atau yang biasa disebut sebagai hot money.
Pada kuartal-II 2019, nampaknya CAD masih akan dalam. Pasalnya, neraca dagang (yang merupakan komponen dari transaksi berjalan) membukukan defisit senilai US$ 2,5 miliar pada April 2019. Berdasarkan data Refinitiv, defisit pada April 2019 merupakan yang terparah atau terdalam sepanjang sejarah Indonesia. Sebelumnya, defisit paling dalam tercatat senilai US$ 2,3 miliar dan terjadi pada Juli 2013. (ank/hps)
Next Page
Jokowi Effect Jadi Penyelamat
Pages
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular