Meski Asing Jualan, Jokowi Effect Selamatkan IHSG!

Anthony Kevin, CNBC Indonesia
21 May 2019 16:57
Meski Asing Jualan, Jokowi Effect Selamatkan IHSG!
Foto: Arie Pratama
Jakarta, CNBC Indonesia - Dibuka menguat 0,31% pada perdagangan hari ini ke level 5.925,42, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) terus memperlebar penguatannya seiring dengan berjalannya waktu.

Per akhir sesi 2, IHSG bertengger di level 5.951,37 atau menguat 0,75% dibandingkan posisi pada penutupan perdagangan kemarin (20/5/2019).

Saham-saham yang berkontribusi besar dalam mendorong penguatan IHSG di antaranya: PT Bank Central Asia Tbk/BBCA (+1,49%), PT Astra International Tbk/ASII (+1,45%), PT Bank Negara Indonesia Tbk/BBNI (+2,08%), PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk/INTP (+2,49%), dan PT Indah Kiat Pulp & Paper Tbk/INKP (+7,69%).

Kinerja IHSG berbanding terbalik dengan mayoritas bursa saham utama kawasan Asia yang ditransaksikan melemah: indeks Nikkei turun 0,14%, indeks Hang Seng turun 0,47%, dan indeks Straits Times turun 0,81%.

Bara perang dagang AS-China yang masih panas sukses memantik aksi jual di bursa saham regional. Seperti yang diketahui, pada pekan lalu Presiden AS Donald Trump mendeklarasikan kondisi darurat nasional di sektor teknologi melalui sebuah perintah eksekutif.

Dengan aturan itu, Menteri Perdagangan Wilbur Ross menjadi memiliki wewenang untuk memblokir transaksi dalam bidang teknologi informasi atau komunikasi yang menimbulkan risiko bagi keamanan nasional AS.

Bersamaan kebijakan ini, Huawei Technologies dan 70 entitas terafiliasi dimasukkan ke dalam daftar perusahaan yang dilarang membeli perangkat dan komponen dari perusahaan AS tanpa persetujuan pemerintah.

China pun kemudian berang dengan langkah AS tersebut. Kementerian Perdagangan China kemarin memperingatkan bahwa sanksi terhadap perusahaan-perusahaan seperti Huawei dapat meningkatkan tensi perang dagang.

"Kami meminta AS untuk berhenti melangkah lebih jauh, supaya perusahaan-perusahaan asal China dapat merasakan situasi yang lebih normal dalam berbisnis, serta untuk menghindari eskalasi lebih lanjut dalam perang dagang AS-China," papar Juru Bicara Kementerian Perdagangan China Gao Feng dalam konferensi pers pada hari Kamis (16/5/2019), dikutip dari CNBC International.

Sejatinya, AS sudah coba mendinginkan suasana. Pada hari Senin waktu setempat, AS melonggarkan sejumlah larangan yang dikenakan pekan lalu terhadap Huawei.

Departemen Perdagangan AS mengizinkan Huawei Technologies Co Ltd untuk membeli barang-barang buatan AS selama 90 hari demi mempertahankan jaringan yang sudah ada saat ini dan menyediakan pembaruan (update) piranti lunak bagi ponsel-ponsel Huawei yang sudah ada saat ini, dilansir dari Reuters.

"Pendeknya, pelonggaran ini akan memperbolehkan operasi tetap berlanjut bagi pengguna ponsel Huawei dan jaringan broadband di pedalaman," kata Menteri Perdagangan AS Wilburr Ross.

Nantinya, akan dilakukan evaluasi terkait dengan apakah pelonggaran tersebut akan diperpanjang.

Namun, etikat baik AS tak disambut oleh baik oleh Huawei (yang berarti amarah pemerintah China belum bisa diredam). Pendiri Huawei Ren Zhengfe mengatakan dalam serangkaian wawancara dengan media pemerintah China bahwa pelonggaran yang diberikan AS tak berarti besar bagi perusahaan lantaran pihaknya sudah melakukan persiapan-persiapan yang diperlukan guna menghadapi pemblokiran yang dilakukan AS.

"Langkah-langkah (pemblokiran) pemerintah AS pada saat ini meremehkan kemampuan kami," kata Ren dalam interview dengan CCTV, dilansir dari Reuters.

Jika AS tak menghentikan secara total pemblokiran yang mereka lakukan terhadap Huawei, bisa jadi AS dan China tak akan pernah kembali ke meja perundingan dan perang dagang kedua negara sangat mungkin tereskalasi lagi.
Sejatinya, aksi jual yang dilakukan investor asing membebani kinerja bursa saham tanah air pada hari ini. Pasca membukukan jual bersih senilai Rp 642,9 miliar kemarin, pada hari ini investor asing kembali melakukan jual bersih senilai Rp 643,1 miliar.

Investor asing belum juga selesai melakukan aksi jual di pasar saham tanah air. Padahal jika mundur sedikit ke pekan lalu, nilai jual bersih investor asing dalam sepekan kemarin sudah mencapai Rp 3,04 triliun.

Kinerja rupiah yang tak mendukung membuat investor asing terus melego saham-saham di tanah air. Hingga sore hari, rupiah melemah 0,17% di pasar spot ke level Rp 14.475/dolar AS, menandai pelemahan yang kedua secara beruntun. Jika dihitung sejak awal pekan lalu hingga hari ini, rupiah sudah melemah sebesar 1,08%.

Pelemahan rupiah yang signifikan membuat investor asing berpotensi menanggung yang namanya kerguian kurs sehingga wajar jika aksi jual dilakukan di pasar saham tanah air.

Maklum saja jika rupiah terus melemah. Pasalnya, ada awan hitam yang menyelimuti bernama defisit transaksi berjalan/Current Account Deficit (CAD). Belum lama ini, CAD periode kuartal-I 2019 diumumkan senilai US$ 7 miliar atau setara dengan 2,6% dari PDB, sudah jauh lebih dalam dari defisit periode yang sama tahun lalu (kuartal-I 2018) yang hanya senilai US$ 5,19 miliar atau 2,01% dari PDB.

Jika berbicara mengenai rupiah, transaksi berjalan merupakan hal yang sangat penting lantaran menggambarkan pasokan devisa yang tidak mudah berubah (dari aktivitas ekspor-impor barang dan jasa). Hal ini berbeda dengan pos transaksi modal dan finansial yang bisa cepat berubah karena datang dari aliran modal portfolio atau yang biasa disebut sebagai hot money.

Pada kuartal-II 2019, nampaknya CAD masih akan dalam. Pasalnya, neraca dagang (yang merupakan komponen dari transaksi berjalan) membukukan defisit senilai US$ 2,5 miliar pada April 2019. Berdasarkan data Refinitiv, defisit pada April 2019 merupakan yang terparah atau terdalam sepanjang sejarah Indonesia. Sebelumnya, defisit paling dalam tercatat senilai US$ 2,3 miliar dan terjadi pada Juli 2013. Beruntung, Jokowi effect datang menyelamatkan pasar saham Indonesia. Pada dini hari tadi, Komisi Pemilihan Umum (KPU) resmi mengumumkan pasangan calon presiden dan wakil presiden nomor urut 01 Joko Widodo-Ma'ruf Amin sebagai peraih suara terbanyak dalam pilpres tahun 2019.

Jika tak ada aral melintang, Joko Widodo-Ma'ruf Amin nantinya akan dilantik sebagai presiden dan wakil presiden Indonesia periode 2019-2024. Pengumuman itu disampaikan KPU dalam rapat pleno di gedung KPU, Jakarta.

"Jumlah suara sah pasangan capres-cawapres nomor urut 01 Joko Widodo-Ma'ruf Amin 85.607.362 suara. Jumlah suara sah pasangan capres-cawapres nomor urut 02 Prabowo Subianto-Sandiaga Uno 68.650.239 suara," ujar Komisioner KPU Evi Novida Ginting Manik di Gedung KPU, Jakarta, Selasa (21/5/2019), dilansir dari detik.com.

Pengumuman ini lebih cepat dari yang diantisipasikan pelaku pasar yakni esok hari (22/5/2019).

Jika berkaca kepada sejarah, IHSG selalu memberikan imbal hasil yang menggiurkan di tahun pemilu, dengan catatan bahwa hasil pemilihan presiden sesuai dengan proyeksi dari mayoritas lembaga survei.

Pada tahun 2004, IHSG melejit hingga 44,6%. Kala itu, pasangan Susilo Bambang Yudhoyono (SBY)-Muhammad Jusuf Kalla memenangkan pertarungan melawan Megawati Soekarnoputri-Hasyim Muzadi (putaran 2).

Pada tahun 2009, IHSG meroket hingga 87%. Pada pertarungan tahun 2009, SBY berhasil mempertahankan posisi RI-1, namun dengan wakil yang berbeda. Ia didampingi oleh Boediono yang sebelumnya menjabat Gubernur Bank Indonesia (BI). SBY-Boediono berhasil mengalahkan 2 pasangan calon yakni Megawati Soekarnoputri-Prabowo Subianto dan Jusuf Kalla-Wiranto.

Beralih ke tahun 2014, mantan Gubernur DKI Jakarta Joko Widodo berhasil menempati tahta kepemimpinan tertinggi di Indonesia dengan menggandeng Jusuf Kalla sebagai wakilnya. Pada saat itu, IHSG melejit 22,3%.

Untuk pilpres tahun 2019, mayoritas lembaga survei memang sebelumnya menjagokan pasangan calon nomor urut 01 Joko Widodo-Ma'ruf Amin ketimbang pasangan calon nomor urut 02 Prabowo Subianto-Sandiaga Uno.

Sepanjang tahun ini (hingga penutupan perdagangan kemarin, 20/5/2019), IHSG tercatat melemah sebesar 4,64%. Lantas, jika berkaca kepada performa di tahun-tahun pemilu sebelumnya, IHSG memang menyisakan upside yang begitu besar pada tahun ini.

TIM RISET CNBC INDONESIA
Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular