Asing Keluar Bursa Rp 3,63 T, IHSG Sepekan Anjlok 6,16%

Putu Agus Pransuamitra, CNBC Indonesia
18 May 2019 14:07
Fundamental Dalam Negeri Tak Membantu
Foto: Ilustrasi Bursa. (CNBC Indonesia/Andrean Kristianto)
Besarnya tekanan dari sisi eksternal diperburuk dengan fundamental dari dalam negeri. Transaksi berjalan dan necara perdagangan Indonesia sama-sama mengalami defisit. Bank Indonesia (BI) pada pekan lalu melaporkan defisit transaksi berjalan (current account deficit/CAD) kuartal-I 2019 sebesar 2,6% dari produk domestik bruto (PDB). 

Defisit tersebut membaik dari kuartal-IV 2018 sebesar 3,6% PDB, tetapi masih lebih besar dari defisit kuartal-I 2018 2,01%. Sementara pada hari Rabu (15/5/19) Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan defisit neraca perdagangan pada bulan April 2019 sebesar US$ 2,5 miliar.

 Sebelumnya defisit terburuk tercatat sebesar US$ 2,3 miliar yang dibukukan pada bulan Juli 2013. Pada bulan April ekspor Indonesia tercatat US$ 12,6 miliar atau turun 13,1% year-on-year (YoY). Sedangkan impor mencapai US$ 15,10 miliar atau turun 6,58%. 

Konsensus pasar yang dihimpun CNBC Indonesia memperkirakan ekspor terkontraksi alias negatif 6,2% YoY, impor turun 11,36% YoY, dan neraca perdagangan defisit US$ 497 juta.  Defisit neraca perdagangan pada bulan April menjadi yang pertama dalam 3 bulan terakhir.


Pada bulan Februari, neraca dagang membukukan surplus senilai US$ 330 juta, sementara surplus pada bulan Maret adalah senilai US$ 540 juta. 

April merupakan bulan pertama kuartal-II sudah membukukan defisit neraca perdagangan sebesar itu tentunya bisa membuat CAD kembali membengkak di kuartal ini.

Bank Indonesia (BI) dalam pengumuman kebijakan moneter Kamis (16/5/19) telah merevisi target CAD menjadi kisaran 2,5% - 3,0%, dari sebelumnya yang mengupayakan ke area 2,5%. Selain fundamental ekonomi, faktor politik juga membuat para investor melakukan aksi wait and see.

Pengumuman resmi hasil Pilpres akan diumumkan Komisi Pemilihan Umum (KPU) pada 22 Mei nanti. Meski sudah hampir pasti  Joko Widodo akan kembali menjabat RI 1, tetapi di sisi lain Prabowo Subianto telah menolak hasil perhitungan KPU, dan mendeklarasikan kemenangan berdasarkan hasil perhitungan internal.

Hal tersebut tentunya bisa menggangu stabilitas politik dalam negeri, dan menimbulkan ketidakpastian dalam waktu yang cukup lama. Efeknya sudah terasa, sepekan setelah pencoblosan IHSG terus merosot hingga membukukan penurunan empat pekan beruntun.  

TIM RISET CNBC INDONESIA


(pap/roy)

Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular