
Oh Rupiah, Malang Nasibmu Andai BI Tidak Intervensi
Putu Agus Pransuamitra, CNBC Indonesia
17 May 2019 17:31

Selama ini aktor utama perang dagang adalah AS dengan China, namun ada potensi akan munculnya pemain baru dalam perang dagang ini.
Pemerintah AS sebelumnya sudah melempar wacana akan menaikkan bea masuk impor otomotif. Presiden AS Donald Trump memandang bea impor itu sebagai salah satu cara untuk memperkuat posisinya di hadapan beberapa rekan dagang, seperti Uni Eropa dan Jepang dalam perundingan dagang yang tengah berlangsung.
Namun, ia juga berisiko mengobarkan perang dagang global yang baru bila ia ngotot menjatuhkan bea masuk otomotif itu.
Presiden Trump kemudian berencana untuk menunda menunda bea impor tersebut hingga 6 bulan ke depan. Namun hal itu masih belum pasti, apalagi melihat sikap Trump yang sering berubah-ubah.
Gedung Putih memiliki tenggat waktu hingga Sabtu (18/5/2019) besok untuk memutuskan apakah akan mengenakan bea masuk terhadap impor mobil dan suku cadangnya dengan alasan keamanan nasional.
Uni Eropa (UE) menjadi salah satu yang akan terkena dampak dari jika bea impor dinaikkan. Menurut Commerzbank, total nilai ekspor mobil dan spare part dari UE ke AS sebesar US$ 62,5 miliar, dengan Jerman menjadi eksportir terbesarnya.
Data yang dilansir Bloomberg menunjukkan Jerman menjadi negara terbesar ke-empat di dunia yang mengekspor sektor otomotif ke Paman Sam, di bawah Meksiko, Kanada, dan Jepang.
Nilai total ekspor Jerman sebesar US$ 19 miliar. Dengan nilai sebesar itu, tidak heran UE harap-harap cemas menanti keputusan apakah pada akhirnya Trump akan menaikkan tarif atau tidak.
UE menyiapkan daftar panjang tarif impor balasan yang akan dijatuhkan kepada produk-produk AS bila Trump benar-benar menjadikan otomotif sebagai sasaran perang dagang terbarunya, dan perang dagang akan semakin meluas.
LANJUT KE HALAMAN BERIKUTNYA>>
(pap/tas)
Pemerintah AS sebelumnya sudah melempar wacana akan menaikkan bea masuk impor otomotif. Presiden AS Donald Trump memandang bea impor itu sebagai salah satu cara untuk memperkuat posisinya di hadapan beberapa rekan dagang, seperti Uni Eropa dan Jepang dalam perundingan dagang yang tengah berlangsung.
Namun, ia juga berisiko mengobarkan perang dagang global yang baru bila ia ngotot menjatuhkan bea masuk otomotif itu.
Gedung Putih memiliki tenggat waktu hingga Sabtu (18/5/2019) besok untuk memutuskan apakah akan mengenakan bea masuk terhadap impor mobil dan suku cadangnya dengan alasan keamanan nasional.
Uni Eropa (UE) menjadi salah satu yang akan terkena dampak dari jika bea impor dinaikkan. Menurut Commerzbank, total nilai ekspor mobil dan spare part dari UE ke AS sebesar US$ 62,5 miliar, dengan Jerman menjadi eksportir terbesarnya.
![]() |
Data yang dilansir Bloomberg menunjukkan Jerman menjadi negara terbesar ke-empat di dunia yang mengekspor sektor otomotif ke Paman Sam, di bawah Meksiko, Kanada, dan Jepang.
Nilai total ekspor Jerman sebesar US$ 19 miliar. Dengan nilai sebesar itu, tidak heran UE harap-harap cemas menanti keputusan apakah pada akhirnya Trump akan menaikkan tarif atau tidak.
UE menyiapkan daftar panjang tarif impor balasan yang akan dijatuhkan kepada produk-produk AS bila Trump benar-benar menjadikan otomotif sebagai sasaran perang dagang terbarunya, dan perang dagang akan semakin meluas.
LANJUT KE HALAMAN BERIKUTNYA>>
Next Page
Tekanan Besar bagi Rupiah
Pages
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular