
Perang Dagang Hingga Defisit Dagang Bikin IHSG Jeblos 1,06%
Dwi Ayuningtyas, CNBC Indonesia
16 May 2019 13:06

Ketegangan perdagangan sepertinya akan kembali membara setelah semalam, Trump menyatakan bahwa keamanan AS dalam keadaan 'darurat nasional'.
Departemen Perdagangan AS pun menanggapi dengan menambahkan Huawei Technologies Co Ltd dan 70 afiliasi lainnya ke dalam "Daftar Entitas". Hal ini berarti Huawei dilarang membeli perlengkapan dan komponen dari perusahaan domestik tanpa persetujuan pemerintah.
Menteri Perdagangan AS, Wilbur Ross, mengatakan dalam sebuah pernyataan bahwa Presiden Donald Trump mendukung keputusan yang akan "mencegah teknologi AS dari digunakan oleh entitas milik asing dengan cara yang berpotensi merusak keamanan nasional AS atau kepentingan kebijakan luar negeri."
Huawei adalah perusahaan raksasa teknologi milik China. Jika bisnis perusahaan tersebut dibatasi, tentunya kontribusi ekonomi yang disumbangkan kepada Negeri Tirai Bambu tergerus. Oleh karena itu, bukan tidak mungkin China akan melakukan aksi balasan untuk melindungi Huawei.
Alhasil, kesepakatan dagang semakin berlarut-larut, bahkan mungkin baru bisa dicapai di akhir tahun. Perekonomian kedua negara pun akan semakin tersakiti, dan ini akan menyeret pertumbuhan ekonomi global tidak terkecuali Indonesia.
Pasalnya dua kekuatan ekonomi terbesar dunia tersebut merupakan rekan dagang utama Indonesia. Hingga April jumlah ekspor non migas Indonesia ke China dan AS masing-masing sebesar 14,85% dan 11,32% dari total ekspor non migas.
Jika kondisi perekonomian kedua negara negatif, maka akan mempengaruhi jumlah permintaan barang atau ekspor dari Indonesia
Dalam rilis data terbarunya, Badan Pusat Statistik (BPS) menyampaikan sepanjang April neraca perdagangan tanah air mencatatkan defisit hingga US$ 2,5 miliar, dan ini adalah peroleh terburuk sepanjang sejarah Indonesia.
BPS menyampaikan, penyebab utama neraca dagang Indonesia tekor adalah perlambatan ekonomi global.
Ketegangan perang dagang yang masih belum reda dan neraca dagang yang defisit membuat bursa saham Indonesia tidak lagi dilirik investor asing.
Hingga akhir perdagangan sesi I, investor asing mencatatkan aksi jual bersih (net sell) hingga Rp 296,75 miliar. Ini mengakibatkan, dalam sepekan investor asing kabur dengan net sell mencapai Rp 3,35 triliun.
Emiten-emiten yang paling banyak dilepas asing dipimpin oleh perusahaan yang terdaftar dalam indeks LQ45, diantaranya PT Bank Central Asia Tbk/BBCA (Rp 86,99 miliar), PT Bank Rakyat Indonesia Tbk/BBRI (Rp 71,63 miliar), PT Telekomunikasi Indonesia Tbk/TLKM (Rp 45,68 miliar), PT Wahana Interfood Nusantara Tbk/COCO (Rp 21,6 miliar), dan PT Gudang Garam Tbk/GGRM (Rp 21,09 miliar).
TIM RISET CNBC INDONESIA (dwa/dwa)
Departemen Perdagangan AS pun menanggapi dengan menambahkan Huawei Technologies Co Ltd dan 70 afiliasi lainnya ke dalam "Daftar Entitas". Hal ini berarti Huawei dilarang membeli perlengkapan dan komponen dari perusahaan domestik tanpa persetujuan pemerintah.
Menteri Perdagangan AS, Wilbur Ross, mengatakan dalam sebuah pernyataan bahwa Presiden Donald Trump mendukung keputusan yang akan "mencegah teknologi AS dari digunakan oleh entitas milik asing dengan cara yang berpotensi merusak keamanan nasional AS atau kepentingan kebijakan luar negeri."
Alhasil, kesepakatan dagang semakin berlarut-larut, bahkan mungkin baru bisa dicapai di akhir tahun. Perekonomian kedua negara pun akan semakin tersakiti, dan ini akan menyeret pertumbuhan ekonomi global tidak terkecuali Indonesia.
Pasalnya dua kekuatan ekonomi terbesar dunia tersebut merupakan rekan dagang utama Indonesia. Hingga April jumlah ekspor non migas Indonesia ke China dan AS masing-masing sebesar 14,85% dan 11,32% dari total ekspor non migas.
Jika kondisi perekonomian kedua negara negatif, maka akan mempengaruhi jumlah permintaan barang atau ekspor dari Indonesia
Dalam rilis data terbarunya, Badan Pusat Statistik (BPS) menyampaikan sepanjang April neraca perdagangan tanah air mencatatkan defisit hingga US$ 2,5 miliar, dan ini adalah peroleh terburuk sepanjang sejarah Indonesia.
BPS menyampaikan, penyebab utama neraca dagang Indonesia tekor adalah perlambatan ekonomi global.
Ketegangan perang dagang yang masih belum reda dan neraca dagang yang defisit membuat bursa saham Indonesia tidak lagi dilirik investor asing.
Hingga akhir perdagangan sesi I, investor asing mencatatkan aksi jual bersih (net sell) hingga Rp 296,75 miliar. Ini mengakibatkan, dalam sepekan investor asing kabur dengan net sell mencapai Rp 3,35 triliun.
Emiten-emiten yang paling banyak dilepas asing dipimpin oleh perusahaan yang terdaftar dalam indeks LQ45, diantaranya PT Bank Central Asia Tbk/BBCA (Rp 86,99 miliar), PT Bank Rakyat Indonesia Tbk/BBRI (Rp 71,63 miliar), PT Telekomunikasi Indonesia Tbk/TLKM (Rp 45,68 miliar), PT Wahana Interfood Nusantara Tbk/COCO (Rp 21,6 miliar), dan PT Gudang Garam Tbk/GGRM (Rp 21,09 miliar).
TIM RISET CNBC INDONESIA (dwa/dwa)
Pages
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular