
Trade War Terindikasi Tekan Ekonomi, Bursa AS Dibuka Anjlok
Arif Gunawan, CNBC Indonesia
15 May 2019 21:10

Jakarta, CNBC Indonesia - Bursa Amerika Serikat (AS) dibuka anjlok pada perdagangan Rabu (15/5/2019) merespon data ekonomi Negara Adidaya tersebut yang jatuh di bawah ekspektasi hingga memicu kekhawatiran perang dagang akan memperburuk situasi.
Indeks Dow Jones Industrial Average (Dow Jones) anjlok 158 poin ke 25,380 bersamaan dengan koreksi yang menimpa indeks S&P 500 dan Nasdaq yang tertekan masing-masing sebesar 0,5% dan 0,6% ke 2.820 dan 7.706.
Saham Morgan Stanley anjlok lebih dari 2% memimpin koreksi di sektor perbankan disusul Citigroup, J.P. Morgan Chase dan Goldman Sachs yang masing-masing di kisaran 1%. Penjualan ritel AS pada April tertekan 0,2%, atau berbalik dari ekspektasi analis di dalam polling Dow Jones yang mengekspektasikan kenaikan sebesar 0,2%.
Di sisi lain, data produksi industri di China justru menguat sebesar 5,4% secara tahunan (year-over-year/YoY) pada April, menjadi laju pertumbuhan yang terlemah sejak Mei 2003. Padahal ekonom dalam polling Refinitiv memperkirakan akan ada pertumbuhan sebesar 6,5%.
Data yang mengecewakan dari kedua negara tersebut memicu kekhawatiran bahwa perang dagang yang telah berlangsung sejak tahun lalu mulai menunjukkan dampaknya terhadap dua negara dengan perekonomian terbesar dunia tersebut.
"Kenaikan perang dagang AS-China jelas berdampak negatif terhadap outlook pertumbuhan kedua negara dan perekonomian global," ujar Ekonom Senior Ned Davis Research Veneta Dimitrova dalam laporan risetnya.
Kenaikan tarif, lanjutnya, memicu lonjakan inflasi, ketidakpastian kebijakan ekonomi, belanja modal (capital expenditure/capex) dan memperberat pertumbuhan angka lapangan kerja serta memperlemah produktivitas.
China baru saja menetapkan kenaikan tarif terhadap produk impor asal AS senilai total US$60 miliar. Langkah itu diambil mengikuti kenaikan tarif yang dikenakan AS terhadap produk China senilai total US$200 miliar. Merespons itu, indeks Dow Jones and S&P 500 sepanjang pekan berjalan melemah 1, 6% sedangkan Nasdaq anjlok 2,3%.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(ags/roy) Next Article Wall Street Melejit, Sinyal Pasar Saham Kebal Resesi?
Indeks Dow Jones Industrial Average (Dow Jones) anjlok 158 poin ke 25,380 bersamaan dengan koreksi yang menimpa indeks S&P 500 dan Nasdaq yang tertekan masing-masing sebesar 0,5% dan 0,6% ke 2.820 dan 7.706.
Saham Morgan Stanley anjlok lebih dari 2% memimpin koreksi di sektor perbankan disusul Citigroup, J.P. Morgan Chase dan Goldman Sachs yang masing-masing di kisaran 1%. Penjualan ritel AS pada April tertekan 0,2%, atau berbalik dari ekspektasi analis di dalam polling Dow Jones yang mengekspektasikan kenaikan sebesar 0,2%.
Data yang mengecewakan dari kedua negara tersebut memicu kekhawatiran bahwa perang dagang yang telah berlangsung sejak tahun lalu mulai menunjukkan dampaknya terhadap dua negara dengan perekonomian terbesar dunia tersebut.
"Kenaikan perang dagang AS-China jelas berdampak negatif terhadap outlook pertumbuhan kedua negara dan perekonomian global," ujar Ekonom Senior Ned Davis Research Veneta Dimitrova dalam laporan risetnya.
Kenaikan tarif, lanjutnya, memicu lonjakan inflasi, ketidakpastian kebijakan ekonomi, belanja modal (capital expenditure/capex) dan memperberat pertumbuhan angka lapangan kerja serta memperlemah produktivitas.
China baru saja menetapkan kenaikan tarif terhadap produk impor asal AS senilai total US$60 miliar. Langkah itu diambil mengikuti kenaikan tarif yang dikenakan AS terhadap produk China senilai total US$200 miliar. Merespons itu, indeks Dow Jones and S&P 500 sepanjang pekan berjalan melemah 1, 6% sedangkan Nasdaq anjlok 2,3%.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(ags/roy) Next Article Wall Street Melejit, Sinyal Pasar Saham Kebal Resesi?
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular