Duh! Kena PHP Lagi? Dibuka Menguat IHSG Perlahan Mulai Turun

Anthony Kevin, CNBC Indonesia
15 May 2019 10:37
Duh! Kena PHP Lagi? Dibuka Menguat IHSG Perlahan Mulai Turun
Foto: ist
Jakarta, CNBC Indonesia - Dibuka menguat 0,34% pada perdagangan hari ini ke level 6.091,64, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) kemudian naik hingga titik tertingginya di level 6.107,44 (+0,6% dibandingkan penutupan perdagangan kemarin, 14/5/2019).

Namun perlahan IHSG justru malah bergerak mendekati zona merah. Pada pukul 10:18 WIB, penguatan IHSG tersisa 0,04% saja di level 6.073,9.

Sentimen eksternal yang menyelimuti IHSG pada hari ini terbilang positif. Bara perang dagang AS-China yang memantik aksi jual di pasar saham tanah air dalam beberapa waktu terakhir kini mulai mendingin.

Setelah seringkali mengeluarkan pernyataan yang keras terhadap China, belakangan justru Presiden AS Donald Trump nampak melunak. Kini, Trump menyebut bahwa perang dagang dengan China hanya merupakan "pertengkaran kecil" serta bersikeras bahwa negosiasi antar 2 negara dengan nilai perekonomian terbesar di dunia tersebut belum putus.

"Kami memiliki sebuah dialog yang sedang berlangsung. Itu akan terus berlanjut," papar Trump di hadapan reporter pada hari hari Selasa (14/5/2019) waktu setempat, dilansir dari Reuters.

Trump mengatakan bahwa negosiasi dengan China tersebut berlangsung dengan "sangat baik" dan menyebut bahwa hubungannya dengan Presiden China Xi Jinping "luar biasa".

Sebelumnya, Trump juga sudah mengonfirmasi bahwa dirinya akan bertemu dengan Xi di sela-sela KTT G-20 pada akhir bulan depan di Jepang.

Sekadar mengingatkan, kali terakhir Trump bertemu dengan Xi adalah juga di sela-sela KTT G-20, yakni pada bulan Desember lalu di Argentina. Hasilnya, kedua negara menyepakati gencatan senjata selama 3 bulan di mana keduanya tak akan mengerek bea masuk untuk importasi produk dari masing-masing negara. Gencatan senjata ini kemudian diperpanjang oleh Trump seiring dengan perkembangan negosiasi dagang yang positif.

Dari pihak China, nada positif juga terucap. Juru Bicara Kementerian Luar Negeri China Geng Shuang pada hari Selasa mengatakan bahwa AS dan China telah setuju untuk terus mengusahakan dialog dagang.

"Terkait dengan bagaimana dialog dagang tersebut diusahakan, saya rasa itu tergantung kepada konsultasi lebih lanjut antar kedua belah pihak," kata Geng, dilansir dari Reuters.

Sementara itu, salah seorang Juru Bicara Kementerian Keuangan AS mengatakan bahwa nantinya Menteri Keuangan Steven Mnuchin akan merencanakan sebuah negosiasi dagang yang akan digelar di China.

Perkembangan yang ada sejauh ini membuat pelaku pasar optimistis bahwa eskalasi perang dagang dapat segera dihentikan.
Pelemahan rupiah membuat investor menahan diri dari melakukan aksi beli di pasar saham tanah air.  Bukannya melakukan aksi beli, investor justru melakukan aksi jual yang berujung pada menipisnya penguatan IHSG.

Hingga berita ini diturunkan, rupiah melemah sebesar 0,17% di pasar spot ke level Rp 14.450/dolar AS. Rupiah berada di level terlemahnya sepanjang tahun.

Investor domestik nampak menjadi pihak yang banyak melakukan aksi jual. Pasalnya, investor asing justru tercatat membukukan beli bersih senilai Rp 60,2 miliar di pasar saham tanah air.

Pelemahan rupiah yang signifikan dapat mempegaruhi stabilitas perekonomian nasional, sehingga instrumen berisiko seperti saham menjadi tak menarik di mata investor domestik.

Performa rupiah pada hari ini dibebani oleh rilis data perdagangan internasional Indonesia. Pada hari ini pukul 11:00 WIB, Badan Pusat Statistik (BPS) dijadwalkan merilis data perdagangan internasional periode April 2019.

Konsensus yang dihimpun CNBC Indonesia memperkirakan bahwa neraca dagang membukukan defisit senilai US$ 497 juta. Ekspor pada bulan lalu diproyeksikan jatuh 6,2% secara tahunan, sementara impor diramal jatuh hingga 11,36%.

Jika benar neraca dagang Indonesia membukukan defisit, maka akan mematahkan tren positif yang sudah dibukukan dalam dua bulan sebelumnya. Pada Maret, neraca perdagangan Indonesia membukukan surplus US$ 540 juta dan pada Februari positif US$ 330 juta.

Ketika neraca dagang membukukan defisit, maka defisit transaksi berjalan/Current Account Deficit (CAD) akan menjadi sulit untuk diredam. Sebagai informasi, CAD pada kuartal-I 2019 adalah senilai US$ 7 atau setara dengan 2,6% dari PDB, sudah jauh lebih lebar dari defisit periode yang sama tahun lalu (kuartal-I 2018) yang hanya senilai US$ 5,19 miliar atau 2,01% dari PDB.

Selain itu, dari rilis data perdagangan internasional nanti, investor akan mencermati pos impor barang konsumsi. Data tersebut akan memberikan gmabaran mengenai tingkat konsumsi masyarakat Indonesia memasuki bulan Ramadan yang merupakan puncak konsumsi.

Bermain aman dalam menantikan rilis data tersebut, saham-saham barang konsumsi sudah dilego investor. Hingga berita ini diturunkan, indeks sektor barang konsumsi terkoreksi sebesar 0,1%.

TIM RISET CNBC INDONESIA
Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular