Mulai Jenuh Dengan Perang Dagang, Harga Minyak Balik Menguat

Taufan Adharsyah, CNBC Indonesia
14 May 2019 09:13
Harga minyak mentah dunia kembali menguat setelah amblas cukup dalam akibat sentimen perang dagang Amerika Serikat (AS)- China.
Foto: File Photo: Saudi Aramco (REUTERS/Ahmed Jadallah/File Photo)
Jakarta, CNBC Indonesia - Harga minyak mentah dunia kembali menguat setelah amblas cukup dalam akibat sentimen perang dagang Amerika Serikat (AS)- China.
Pada perdagangan Selasa (14/5/2019) pukul 08:30 WIB, harga minyak jenis Brent kontrak pengiriman Juli menguat 0,11% menjadi US$ 70,31/barel, setelah terkoreksi 0,55% kemarin (13/5/2019). Adapun harga light sweet (WTI) kontrak pengiriman Juni naik 0,20% ke level US$ 61,16/barel, setelah anjlok hingga 1,01% sehari sebelumnya.

Koreksi harga minyak yang cukup dalam pada hari Senin (13/5/2019) diakibatkan oleh ketegangan hubungan dagang AS dan China yang semakin menjadi.
Setelah pada hari Jumat (10/5/2019), AS secara resmi memberlakukan tarif baru sebesar 25% untuk barang-barang impor asal China senilai US$ 200 miliar, Negeri Tirai Bambu juga melakukan hal serupa.
China meluncurkan pukulan balasan terhadap AS dengan mengatakan akan menaikkan bea impor terhadap berbagai produk Negeri Paman Sam senilai US$60 miliar hingga 25% pada 1 Juni mendatang. Diketahui bea impor barang-barang tersebut semula hanya berkisar antara 5%-10%.

Sasaran pembalasan bea masuk China tampaknya lebih kecil dibandingkan yang dilakukan AS. Hal ini terjadi karena China memang mengimpor produk AS dalam jumlah yang relatif lebih sedikit.

Dengan begini resmi sudah aksi lempar tarif impor berkecamuk, seperti yang terjadi pada tahun lalu (2018). Perlambatan ekonomi dunia yang telah melanda sejak 2018 pun sulit untuk dihentikan. Alih-alih berhenti, bisa-bisa malah tambah parah.

Permintaan energi yang sewajarnya akan searah dengan pertumbuhan ekonomi pun diramal sulit untuk tumbuh. Alhasil pelaku pasar takut akan terjadinya banjir pasokan tahun ini. Seperti yang terjadi pada kuartal IV-2018 dimana harga minyak terjun bebas karenanya.

Namun, setelah sentimen tersebut reda, pelaku pasar mulai menaruh perhatian pada ancaman kemanan jalur distribusi minyak yang mucul di Timur Tengah.

Pada hari Minggu, (12/5/2019), otoritas uni Emirat Arab (UEA) mengabarkan bahwa telah terjadi sabotase pada empat kapal tanker komersial di dekat perairan Fujairah, yang mana salah satu hub perdagangan international yang terbesar di sekitar Selat Hormuz. Namun pihaknya tidak membeberkan lebih lanjut dalang dan motif dibalik penyerangan tersebut.

Sehari berselang, Senin (13/5/2019), Menteri Energi Arab Saudi, Khalid al-Falih mengatakan bahwa dua dari emmpat kapal tanker yang diserang di perairan UEA adalah milik Arab Saudi, mengutip Reuters.

Adanya penyerangan tersebut membuat keamanan jalur perdagangan di Fujairah menjadi pertanyaan. Meningkatnya ketegangan yang terjadi di Timur Tengah menimbulkan kekhawatiran pasokan bisa mengalami gangguan.

Apalagi diketahui bahwa dua kapal tanker milik Arab Saudi yang diserang sedang dalam misi distribusi minyak ke Amerika Serikat (AS).

Selain itu, harga minyak sudah turun cukup dalam, membuat koreksi teknikal sangat mungkin terjadi.

TIM RISET CNBC INDONESIA

(taa/hps) Next Article Sepekan Melejit 5% Lebih, Harga Minyak Dunia kini Terpeleset

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular