Tak Bertenaga, Obligasi RI Terkoreksi Tapi Asing Masuk

Irvin Avriano Arief, CNBC Indonesia
13 May 2019 18:27
Pada akhir pekan lalu, pasar obligasi berhasil menguat setelah terkoreksi beruntun dalam 13 hari bursa terakhir.
Foto: Ilustrasi Obligasi (CNBC Indonesia/Muhammad Sabki)
Jakarta, CNBC Indonesia - Harga obligasi pemerintah dalam mata uang rupiah kembali terkoreksi pada perdagangan hari ini. Padahal akhir pekan lalupasar efek surat utang sempat mengalami penguatan.

Pada akhir pekan lalu, pasar obligasi berhasil menguat setelah terkoreksi beruntun dalam 13 hari bursa terakhir.  

Koreksi hari ini dibukukan di akhir perdagagan meskipun hampir selama sehari penuh terjadi penguatan di pasar, yang menunjukkan adanya pembalikan arah di akhir hari dan ditengarai membuat nilai tukar rupiah tertekan hari ini. 

Meskipun koreksi yang mencerminkan tekanan jual tersebut masih terjadi, tetapi tidak terlihat keluarnya arus dana asing dari pasar obligasi Indonesia karena jumlahnya masih dRp 959,45 triliun atau 38,33% dari total beredar berdasarkan data per 8 Mei. 

Turunnya harga surat utang negara (SUN) itu tidak senada dengan apresiasi yang terjadi di pasar surat utang pemerintah negara berkembang yang lain.  

Data Refinitiv menunjukkan terkoreksinya harga SUN itu tercermin dari empat seri acuan (benchmark) yang sekaligus menaikkan/menurunkan tingkat imbal hasilnya (yield).  

Pergerakan harga dan yield obligasi saling bertolak belakang di pasar sekunder. 

Yield juga lebih umum dijadikan acuan transaksi obligasi dibanding harga karena mencerminkan kupon, tenor, dan risiko dalam satu angka. 

SUN adalah surat berharga negara (SBN) konvensional rupiah yang perdagangannya paling ramai di pasar domestik, sehingga dapat mencerminkan kondisi pasar obligasi secara umum. 

Keempat seri yang menjadi acuan itu adalah FR0077 bertenor 5 tahun, FR0078 bertenor 10 tahun, FR0068 bertenor 15 tahun, dan FR0079 bertenor 20 tahun. 

Seri acuan yang paling melemah adalah FR0078 yang bertenor 10 tahun dengan kenaikan yield 0,8 basis poin (bps) menjadi 8,03%. Besaran 100 bps setara dengan 1%.  

Terkait dengan masih ramainya asing di pasar obligasi, Head of Fixed Income Research PT BNI Sekuritas Ariawan mengatakan investor asing hampir tidak pernah meninggalkan sama sekali pasar obligasi rupiah pemerintah Indonesia.  

"Secara umum, kalau lihatnya secara tahunan, investor asing tidak pernah net sell obligasi Indonesia. Secara tahunan asing selalu net buy, walaupun pada periode-periode tertentu dalam 1 tahun ada net sell," ujarnya.  

Dia juga mengatakan meskipun tidak dalam jumlah besar, investor asing asing tetap masuk ke pasar SUN rupiah melalui lelang.

Yield Obligasi Negara Acuan 13 Mei'19  
SeriJatuh tempoYield 10 Mei'19 (%)Yield 13 Mei'19 (%)Selisih (basis poin)Yield wajar IBPA 13 Mei'19
FR00775 tahun7.517.5160.607.4923
FR007810 tahun8.0268.0340.808.0107
FR006815 tahun8.5328.526-0.608.516
FR007920 tahun8.6218.6220.108.6175
Avg movement0.23
Sumber: Refinitiv  

Koreksi pasar obligasi pemerintah hari ini tercermin pada harga obligasi wajarnya, di mana indeks INDOBeX Government Total Return milik PT Penilai Harga Efek Indonesia (PHEI/IBPA) masih melemah.  

Indeks tersebut turun 0,15 poin (0,06%) menjadi 243,46 dari posisi kemarin 243,61. 

Koreksi SBN hari ini juga membuat selisih (spread) obligasi rupiah pemerintah tenor 10 tahun dengan surat utang pemerintah AS (US Treasury) tenor serupa mencapai 559 bps, melebar dari 557 bps akhir pekan lalu.  

Yield US Treasury 10 tahun turun hingga 2,43% dari posisi kemarin 2,45%. 

Terkait dengan pasar US Treasury, saat ini baru terjadi inversi tenor 3 bulan-10 tahun, terjadi lagi sejak Maret dan mengindikasikan ekspektasi terhadap adanya tekanan pada prospek ekonomi Amerika Serikat. 

Terkait dengan porsi investor di pasar SBN, data Ditjen Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko Kemenkeu (DJPPR) terakhir menunjukkan investor asing menggenggam Rp 959,45 triliun SBN, atau 38,33% dari total beredar Rp 2.502 triliun berdasarkan data per 8 Mei.  

Angka kepemilikannya masih positif Rp 66,2 triliun dibanding posisi akhir Desember Rp 893,25 triliun, sehingga persentasenya masih naik dari 37,71% pada periode yang sama. 

Koreksi di pasar surat utang hari ini juga terjadi di pasar ekuitas dan pasar uang, yang masing-masingnya turun 1,19% dan 0,63%. 

Dari pasar surat utang negara berkembang, penguatan ramai terjadi yaitu di Brasil, China, India, Singapura, Thailand, dan Afsel. 

Di negara maju, pasar bund Jerman dan US Treasury AS.

Yield Obligasi Tenor 10 Tahun Negara Maju & Berkembang  
NegaraYield 10 Mei'19 (%)Yield 13 Mei'19 (%)Selisih (basis poin)
Brasil8.818.79-2.00
China3.3143.299-1.50
Jerman-0.047-0.049-0.20
Perancis0.3430.3520.90
Inggris1.1311.1360.50
India7.4147.402-1.20
Jepang-0.048-0.0480.00
Malaysia3.7953.7970.20
Filipina5.7835.7961.30
Rusia8.148.151.00
Singapura2.1662.146-2.00
Thailand2.472.46-1.00
Amerika Serikat2.4552.437-1.80
Afrika Selatan8.558.46-9.00
Sumber: Refinitiv  

TIM RISET CNBC INDONESIA
(irv/irv) Next Article SUN Cetak Rekor, Pengamat: SUN RI Masih Menarik Bagi Investor

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular