Investor Asing Balik Jualan, IHSG Terjebak di Zona Merah

Anthony Kevin, CNBC Indonesia
13 May 2019 12:40
Rupiah Loyo, Investor Asing Hindari Pasar Saham Indonesia
Foto: Rupiah (CNBC Indonesia/Muhammad Sabki)
Pada pagi hari, koreksi IHSG yang sudah cukup dalam membuka ruang bagi investor untuk melakukan aksi beli di bursa saham Tanah Air.

Apalagi, IHSG sedang berada di kisaran level terendahnya sepanjang tahun 2019. Sepanjang pekan lalu, IHSG anjlok 1,75%.

Investor asing berperan besar dalam mendorong IHSG menghijau pada pagi hari. Kala itu, investor asing membukukan beli bersih sekitar Rp 7 miliar di pasar saham Indonesia.

Namun per akhir sesi 1, nilainya sudah berubah menjadi jual bersih senilai Rp 212,8 miliar. Saham-saham yang banyak dilego investor asing di antaranya PT Telekomunikasi Indonesia Tbk/TLKM (Rp 38,2 miliar), PT Bank Rakyat Indonesia Tbk/BBRI (Rp 35,5 miliar), PT Astra International Tbk/ASII (Rp 25,5 miliar), PT Semen Indonesia Tbk/SMGR (Rp 24 miliar), dan PT Metropolitan kentjana Tbk/MKPI (Rp 18 miliar).


Pelemahan rupiah yang terus bertambah dalam membuat investor asing tak memiliki pilihan lain selain melakukan aksi jual. Dibuka melemah 0,07% di pasar spot ke level Rp 14.330/dolar AS, pelemahan rupiah sudah mencapai 0,45% pada siang hari ini ke level Rp 14.385/dolar AS.

Kala rupiah melemah dengan signifikan, investor asing berpotensi menanggung yang namanya kerugian kurs sehingga wajar jika aksi jual dilakukan di pasar saham tanah air.

Rupiah tak melemah sendirian pada hari ini. Mayoritas mata uang negara-negara Asia juga sedang melemah di hadapan dolar AS.  Greenback selaku safe haven menjadi incaran investor di tengah kabar buruk yang datang dari negosiasi dagang AS-China.

Lebih lanjut, tekanan bagi rupiah datang dari dalam negeri yakni rilis data Neraca Pembayaran Indonesia (NPI). Pada hari Jumat, Bank Indonesia (BI) mengumumkan bahwa NPI membukukan surplus senilai US$ 2,4 miliar pada 3 bulan pertama tahun ini.

Namun, transaksi berjalan (yang merupakan bagian dari NPI) membukukan defisit senilai US$ 7 miliar pada 3 bulan pertama tahun ini atau setara dengan 2,6% dari PDB.


Memang lebih baik dibandingkan defisit pada kuartal-IV 2018 yang sebesar 3,6% dari PDB, namun melebar dari defisit periode yang sama tahun lalu (kuartal-I 2018) yang hanya senilai US$ 5,19 miliar atau 2,01% dari PDB.

Jika defisit di awal tahun saja sudah lebih lebar, maka ada potensi bahwa defisit transaksi berjalan/Current Account Deficit (CAD) untuk keseluruhan tahun 2019 juga akan melebar. Praktis, rupiah menjadi kehilangan pijakan untuk menguat.

Jika berbicara mengenai rupiah, transaksi berjalan merupakan hal yang sangat penting lantaran menggambarkan pasokan devisa yang tidak mudah berubah (dari aktivitas ekspor-impor barang dan jasa).

Hal ini berbeda dengan pos transaksi modal dan finansial yang bisa cepat berubah karena datang dari aliran modal portfolio atau yang biasa disebut sebagai hot money.

TIM RISET CNBC INDONESIA (ank/tas)

Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular