
Negosiasi Dagang Belum Pasti, Harga Emas Dunia Stagnan Saja
Taufan Adharsyah, CNBC Indonesia
10 May 2019 10:22

Jakarta, CNBC Indonesia - Harga emas global cenderung stabil saat ini di tengah ketidakpastian nasib negosiasi damai dagang AS-China yang membuat investor enggan buru-buru masuk ke instrumen berisiko seperti saham.
Pada perdagangan hari Jumat (10/5/2019) pukul 10:00 WIB, harga emas kontrak pengiriman Juni di bursa New York Commodity Exchange stagnan di posisi US$ 1.285,2/troy ounce, yang merupakan harga penutupan perdagangan kemarin (9/5/2019).
Adapun harga emas di pasar spot naik tipis 0,02% menjadi US$ 1.283,9/troy ounce setelah menguat 0,25% sehari sebelumnya.
Penguatan harga emas yang terjadi kemarin terhenti karena Presiden AS Donald Trump mendapat pesan yang positif dari Presiden China Xi Jinping pada Kamis (9/5/2019) waktu setempat.
"Dia [Xi Jinping] baru saja menulis surat yang indah untuk saya. Saya baru saja menerimanya dan mungkin akan berbicara dengannya melalui telepon. Mari bekerja sama, mari lihat apa yang bisa kita selesaikan," ujar Trump, mengutip Reuters.
Sebelumnya, Trump sudah mengancam akan menaikkan tarif impor menjadi 25% (dari yang semula 10%) pada produk-produk China senilai US$ 200 miliar mulai hari Jumat (10/5/2019) waktu setempat.
Alasan dibalik ancaman tersebut adalah China, yang menurut Trump telah menghilangkan beberapa poin dalam draf kesepakatan yang telah dibuat sebelumnya.
Mengutip Reuters, China disebutkan tidak lagi berkomitmen untuk melindungi hak atas kekayaan intelektual, pemaksaan transfer teknologi, kebijakan persaingan bebas, akses terhadap sektor keuangan, dan manipulasi kurs.
Akan tetapi, pelaku pasar masih tetap waspada akan hasil akhir dari dialog dagang yang sudah berlarut-larut ini, karena meskipun sudah dapat surat 'cinta', potensi batalnya kesepakatan masih tetap tersisa.
Hari Kamis dan Jumat (9-10/5/2019) waktu setempat, Wakil Perdana Menteri China dijadwalkan kembali berdialog dengan delegasi AS di Washington.
Bila pada akhir dialog ada kabar baik, yaitu damai dagang yang hakiki, maka investor punya peluang untuk bersuka cita.
Daya tarik emas pun agak pudar karena investor mulai berani agresif bermain di instrumen-instrumen berisiko seperti saham.
Namun bila pada akhirnya tidak ada kesepakatan sama sekali, maka sekali lagi AS dan China akan saling lempar bea impor seperti yang terjadi pada tahun 2018. Bahkan kali ini lebih parah.
Dalam kesempatan itu, harga emas bisa terdongkrak mengingat nilainya yang relatif stabil dibanding aset-aset berisiko. Atas dasar itu pun emas seringkali dijadikan sebagai pelindung nilai (hedging).
TIM RISET CNBC INDONESIA
(taa/tas) Next Article Meski Reli Akhir Tahun, Harga Emas Koreksi 2,34% pada 2018
Pada perdagangan hari Jumat (10/5/2019) pukul 10:00 WIB, harga emas kontrak pengiriman Juni di bursa New York Commodity Exchange stagnan di posisi US$ 1.285,2/troy ounce, yang merupakan harga penutupan perdagangan kemarin (9/5/2019).
Adapun harga emas di pasar spot naik tipis 0,02% menjadi US$ 1.283,9/troy ounce setelah menguat 0,25% sehari sebelumnya.
Penguatan harga emas yang terjadi kemarin terhenti karena Presiden AS Donald Trump mendapat pesan yang positif dari Presiden China Xi Jinping pada Kamis (9/5/2019) waktu setempat.
"Dia [Xi Jinping] baru saja menulis surat yang indah untuk saya. Saya baru saja menerimanya dan mungkin akan berbicara dengannya melalui telepon. Mari bekerja sama, mari lihat apa yang bisa kita selesaikan," ujar Trump, mengutip Reuters.
![]() |
Sebelumnya, Trump sudah mengancam akan menaikkan tarif impor menjadi 25% (dari yang semula 10%) pada produk-produk China senilai US$ 200 miliar mulai hari Jumat (10/5/2019) waktu setempat.
Alasan dibalik ancaman tersebut adalah China, yang menurut Trump telah menghilangkan beberapa poin dalam draf kesepakatan yang telah dibuat sebelumnya.
Mengutip Reuters, China disebutkan tidak lagi berkomitmen untuk melindungi hak atas kekayaan intelektual, pemaksaan transfer teknologi, kebijakan persaingan bebas, akses terhadap sektor keuangan, dan manipulasi kurs.
Akan tetapi, pelaku pasar masih tetap waspada akan hasil akhir dari dialog dagang yang sudah berlarut-larut ini, karena meskipun sudah dapat surat 'cinta', potensi batalnya kesepakatan masih tetap tersisa.
Hari Kamis dan Jumat (9-10/5/2019) waktu setempat, Wakil Perdana Menteri China dijadwalkan kembali berdialog dengan delegasi AS di Washington.
Bila pada akhir dialog ada kabar baik, yaitu damai dagang yang hakiki, maka investor punya peluang untuk bersuka cita.
Daya tarik emas pun agak pudar karena investor mulai berani agresif bermain di instrumen-instrumen berisiko seperti saham.
Namun bila pada akhirnya tidak ada kesepakatan sama sekali, maka sekali lagi AS dan China akan saling lempar bea impor seperti yang terjadi pada tahun 2018. Bahkan kali ini lebih parah.
Dalam kesempatan itu, harga emas bisa terdongkrak mengingat nilainya yang relatif stabil dibanding aset-aset berisiko. Atas dasar itu pun emas seringkali dijadikan sebagai pelindung nilai (hedging).
TIM RISET CNBC INDONESIA
(taa/tas) Next Article Meski Reli Akhir Tahun, Harga Emas Koreksi 2,34% pada 2018
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular