
Saham XL Axiata Amblas, Akankah Sahamnya Dicaplok MergeCo?
tahir saleh, CNBC Indonesia
10 May 2019 10:51

Jakarta, CNBC Indonesia - Harga saham emiten telekomunikasi asal Malaysia, PT XL Axiata Tbk (EXCL) tiba-tiba terkoreksi dalam hingga 3,72% pada perdagangan Jumat (10/5/2019). Hal itu bersamaan dengan sentimen potensi merger bisnis wilayah Asia milik Axiata Berhad (induk usaha XL) dengan perusahaan telekomunikasi Norwegia, Telenor.
Pada perdagangan pukul 10.38 WIB, saham EXCL minus 3,72% di level Rp 2.850/saham, turun dari level pembukaan tadi pagi Rp 2.970/saham.
Meski turun hari ini, data perdagangan menunjukkan dalam sepekan ini, saham EXCL justru menguat 2,52% dan dalam sebulan terakhir, saham EXCL sudah melesat 12,20%. Adapun secara tahun berjalan atau year to date melonjak hingga 44%. Hanya saja, year to date, asing sudah melepas saham EXCL hingga Rp 573 miliar di semua pasar.
Katalis yang direspons investor ialah kabar Axiata Berhad dan Telenor yang menjajaki penggabungan bisnis di perusahaan infrastruktur dan telekomunikasi di entitas bernama MergeCo guna meningkatkan penetrasi di Asia.
Rencananya Telenor Group akan menjadi pemegang saham mayoritas sebesar 56,5% di MergeCo, sementara Axiata akan memiliki 43,5%. Keduanya menegaskan tahapan ini masih dalam penyesuaian dan akan menuju uji tuntas (due dilligence).
Telenor bahkan sudah menunjuk bank investasi, Citi, sebagai penasehat investasi untuk transaksi tersebut.
"Hari ini [Senin 6 Mei] kami mengumumkan bahwa Telenor dan Axiata sedang dalam diskusi tentang bergabungnya kekuatan di Asia, salah satu kawasan paling dinamis dan inovatif di dunia," kata Gunn Wærsted, Chairman Telenor Group, dalam siaran pers, dikutip CNBC Indonesia, Selasa (7/5/2019).
Dalam riset PT Bahana Sekuritas dan Daiwa Capital Markets Hong Kong Limited per 7 Mei yang ditulis analis Bahana, Lucky Ariesandi, disebutkan bahwa dengan adanya entitas baru MergeCo, maka perusahaan MergeCo akan menampung semua operator gabungan di Asia termasuk di dalamnya XL Axiata di Indonesia.
Perubahan kontrol pemegang saham ini menurut riset tersebut bakal mendorong adanya tender offer wajib (mandatory tender offer/MTO) di saham XL. "Kami belum memiliki konfirmasi dari manajemen XL dan Axiata mengenai masalah yang terkait dengan potensi penawaran tender wajib untuk saham XL ini," tulis Lucky dalam riset tersebut.
Penawaran tender wajib, berdasarkan peraturan Otoritas Jasa Keuangan (OJK), dilakukan jika terjadi perubahan pemegang saham pengendali pada satu emiten.
"Namun, skema merger yang diusulkan Axiata-Telenor tampaknya melibatkan perubahan dalam kepemilikan mayoritas di XL dari Axiata ke MergeCo, dengan perubahan pengendali tertinggi dialihkan untuk Telenor, jika hak suara saham ada di MergeCo," katanya.
Dengan penggabungan ini, MergeCo akan memiliki hampir 300 juta pelanggan dan menjadi salah satu perusahaan infrastruktur seluler terbesar di Asia yang mengoperasikan sekitar 60.000 menara di seluruh Asia.
MergeCo akan memiliki kantor pusat operasional di Kuala Lumpur, Malaysia, dan akan terdaftar di bursa saham internasional, juga Bursa Efek Malaysia. Di Negeri Jiran itu, MergeCo juga bertujuan untuk menggabungkan Celcom dan Digi, dengan MergeCo sebagai pemilik saham mayoritas.
Hingga saat ini, CEO XL Axiata, Dian Siswarini belum merespons pertanyaan CNBC Indonesia terkait dampak bagi perusahaan dengan hadirnya perusahaan patungan MergeCo.
Dian, dalam perbincangan dengan CNBC TV Indonesia belum lama ini, menegaskan tahun ini perseroan mengalokasikan belanja modal atau capital expenditure sebesar Rp 7,5 triliun. Anggaran belanja modal ini meningkat dari tahun sebelumnya yang hanya Rp 6,8 Triliun.
Lucky dari Bahana kemudian merekomendasikan Hold untuk saham EXCL. "Downgraded dari sebelumnya, dengan target harga Rp 3.100/saham."
Selain sentimen merger dengan Telenor, katalis positif kinerja perusahaan. Pada 3 bulan pertama tahun ini, laba bersih EXCL meroket 270,59% year-on-year (YoY) menjadi Rp 57,19 miliar dibanding periode yang sama tahun lalu sebesar Rp 15,43 miliar.
Simak ulasan kinerja EXCL selama 3 bulan tahun ini.
[Gambas:Video CNBC]
(hps) Next Article Merger Axiata-Telenor Ditargetkan November, Apa Kata Bos XL?
Pada perdagangan pukul 10.38 WIB, saham EXCL minus 3,72% di level Rp 2.850/saham, turun dari level pembukaan tadi pagi Rp 2.970/saham.
Meski turun hari ini, data perdagangan menunjukkan dalam sepekan ini, saham EXCL justru menguat 2,52% dan dalam sebulan terakhir, saham EXCL sudah melesat 12,20%. Adapun secara tahun berjalan atau year to date melonjak hingga 44%. Hanya saja, year to date, asing sudah melepas saham EXCL hingga Rp 573 miliar di semua pasar.
Katalis yang direspons investor ialah kabar Axiata Berhad dan Telenor yang menjajaki penggabungan bisnis di perusahaan infrastruktur dan telekomunikasi di entitas bernama MergeCo guna meningkatkan penetrasi di Asia.
Rencananya Telenor Group akan menjadi pemegang saham mayoritas sebesar 56,5% di MergeCo, sementara Axiata akan memiliki 43,5%. Keduanya menegaskan tahapan ini masih dalam penyesuaian dan akan menuju uji tuntas (due dilligence).
Telenor bahkan sudah menunjuk bank investasi, Citi, sebagai penasehat investasi untuk transaksi tersebut.
"Hari ini [Senin 6 Mei] kami mengumumkan bahwa Telenor dan Axiata sedang dalam diskusi tentang bergabungnya kekuatan di Asia, salah satu kawasan paling dinamis dan inovatif di dunia," kata Gunn Wærsted, Chairman Telenor Group, dalam siaran pers, dikutip CNBC Indonesia, Selasa (7/5/2019).
Dalam riset PT Bahana Sekuritas dan Daiwa Capital Markets Hong Kong Limited per 7 Mei yang ditulis analis Bahana, Lucky Ariesandi, disebutkan bahwa dengan adanya entitas baru MergeCo, maka perusahaan MergeCo akan menampung semua operator gabungan di Asia termasuk di dalamnya XL Axiata di Indonesia.
Penawaran tender wajib, berdasarkan peraturan Otoritas Jasa Keuangan (OJK), dilakukan jika terjadi perubahan pemegang saham pengendali pada satu emiten.
"Namun, skema merger yang diusulkan Axiata-Telenor tampaknya melibatkan perubahan dalam kepemilikan mayoritas di XL dari Axiata ke MergeCo, dengan perubahan pengendali tertinggi dialihkan untuk Telenor, jika hak suara saham ada di MergeCo," katanya.
Dengan penggabungan ini, MergeCo akan memiliki hampir 300 juta pelanggan dan menjadi salah satu perusahaan infrastruktur seluler terbesar di Asia yang mengoperasikan sekitar 60.000 menara di seluruh Asia.
MergeCo akan memiliki kantor pusat operasional di Kuala Lumpur, Malaysia, dan akan terdaftar di bursa saham internasional, juga Bursa Efek Malaysia. Di Negeri Jiran itu, MergeCo juga bertujuan untuk menggabungkan Celcom dan Digi, dengan MergeCo sebagai pemilik saham mayoritas.
Hingga saat ini, CEO XL Axiata, Dian Siswarini belum merespons pertanyaan CNBC Indonesia terkait dampak bagi perusahaan dengan hadirnya perusahaan patungan MergeCo.
Dian, dalam perbincangan dengan CNBC TV Indonesia belum lama ini, menegaskan tahun ini perseroan mengalokasikan belanja modal atau capital expenditure sebesar Rp 7,5 triliun. Anggaran belanja modal ini meningkat dari tahun sebelumnya yang hanya Rp 6,8 Triliun.
Lucky dari Bahana kemudian merekomendasikan Hold untuk saham EXCL. "Downgraded dari sebelumnya, dengan target harga Rp 3.100/saham."
Selain sentimen merger dengan Telenor, katalis positif kinerja perusahaan. Pada 3 bulan pertama tahun ini, laba bersih EXCL meroket 270,59% year-on-year (YoY) menjadi Rp 57,19 miliar dibanding periode yang sama tahun lalu sebesar Rp 15,43 miliar.
Simak ulasan kinerja EXCL selama 3 bulan tahun ini.
[Gambas:Video CNBC]
(hps) Next Article Merger Axiata-Telenor Ditargetkan November, Apa Kata Bos XL?
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular