Kasihan Rupiah, Ditekan Perang Dagang dan Ribut Copras-capres

Hidayat Setiaji, CNBC Indonesia
09 May 2019 12:44
Kasihan Rupiah, Ditekan Perang Dagang dan Ribut Copras-capres
Ilustrasi Rupiah (REUTERS/Thomas White)
Jakarta, CNBC Indonesia - Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) masih melemah di perdagangan pasar spot hari ini. Dolar AS pun kembali nyaman di kisaran Rp 14.300.

Pada Kamis (9/5/2019) pukul 12:00 WIB, US$ 1 dibanderol Rp 14.345. Rupiah melemah 0,38% dibandingkan posisi penutupan perdagangan hari sebelumnya dan menyentuh posisi terlemah sejak 3 Januari.




Rupiah tidak sendirian, karena sebagian besar mata uang utama Asia juga tidak berdaya di hadapan dolar AS. Namun dengan depresiasi 0,38%, rupiah menjadi mata uang terlemah ketiga di Benua Kuning, hanya lebih baik dari yuan China dan won Korea Selatan.

Berikut perkembangan nilai tukar dolar AS terhadap mata uang utama Asia pada pukul 12:18 WIB:



Depresiasi rupiah dan mata uang Asia lainnya dominan dipengaruhi oleh perkembangan relasi dagang AS-China. Hubungan Washington-Beijing yang sempat mesra setelah beberapa kali dialog kembali panas.

Gara-garanya, AS sudah siap menerapkan kenaikan bea masuk untuk importasi produk-produk China senilai US$ 200 miliar dari 10% menjadi 25%. Kebijakan tersebut berlaku mulai 10 Mei. Produk-produk yang bakal terkena kenaikan bea masuk antara lain modem dan router internet, papan sirkuit, pengisap debu, sampai furnitur.


Menurut AS, China telah melanggar kesepakatan dengan menolak sejumlah komitmen yang dijanjikan. Dalam kawat diplomatik dari Beijing yang diterima Washington, terungkap bahwa China menghapus beberapa komitmen dalam draf kesepakatan dagang. Mengutip Reuters, China disebutkan tidak lagi berkomitmen untuk melindungi hak atas kekayaan intelektual, pemaksaan transfer teknologi, kebijakan persaingan bebas, akses terhadap sektor keuangan, dan manipulasi kurs.

"Mereka (China) melanggar kesepakatan. Mereka tidak bisa melakukan itu, jadi mereka harus membayarnya. Saya sudah mengumumkan akan ada kenaikan tarif (bea masuk) dan tidak akan berhenti sampai China berhenti berlaku curang," tegas Presiden AS Donald Trump dalam pidato di Florida, mengutip Reuters.

Menanggapi tantangan AS, China tidak gentar. Beijing menegaskan akan melakukan serangan balasa saat AS menaikkan bea masuk.

"China sangat menyesalkan jika kebijakan bea masuk AS jadi diterapkan. China akan melakukan kebijakan balasan," sebut keterangan tertulis Kementerian Perdagangan China, dikutip dari Reuters.


Ini membuat pelaku pasar memilih bermain aman, ogah mengambil risiko. Akibatnya aset-aset keuangan di negara berkembang Asia mengalami tekanan jual sehingga melemahkan mata uang Benua Kuning.

(BERLANJUT KE HALAMAN 2)

Andai di dalam negeri ada sentimen positif, mungkin saja rupiah tidak akan selemah ini. Masalahnya, yang muncul justru isu negatif terutama dari sisi politik.

Usai Pemilu 2019, dunia perpolitikan Indonesia bukannya tenang tetapi malah semakin gaduh. Hasil perhitungan sementara Komisi Pemilihan Umum (KPU) sejauh ini menempatkan pasangan Joko Widodo (Jokowi)-KH Ma'ruf Amin di pole position.


Namun kubu Prabowo Subianto-Sandiaga Salahuddin Uno sejak awal terkesan enggan menerima hasil perhitungan suara KPU. Wacana kecurangan Pemilu terus dihembuskan, sampai muncul suara untuk menghentikan proses perhitungan suara. Sebab Pemilu yang dianggap curang akan menghasilkan pemimpin yang tidak sah.

Berdasarkan hasil Ijtima Ulama III di Sentul pada 1 Mei lalu, dihasilkan rekomendasi kecurangan Pemilu. Kecurangan tersebut dinilai bersifat terstruktur, sistematis, dan masif. Oleh karena itu, Badan Pemenangan Nasional (BPN) Prabowo-Sandi perlu melakukan langkah hukum dan prosedural yang dibutuhkan.

Delegitimasi hasil akhir perhitungan suara di KPU sangat mungkin terjadi. Siapa pun yang menang, pasti yang kalah tidak terima. Ini membuat suhu politik masih akan tetap panas.

Gaduh politik ini tentu membuat investor kurang nyaman. Akibatnya, insentif untuk berinvestasi di Indonesia pun berkurang. Di tengah ketidakpastian global, ribut copras-capres di dalam negeri bakal semakin membuat Indonesia dihindari oleh pemilik modal. 


TIM RISET CNBC INDONESIA


Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular