Negosiasi Dagang Kian Panas, IHSG Terlemah Sejak Awal Tahun!

Anthony Kevin, CNBC Indonesia
09 May 2019 12:36
Negosiasi Dagang Kian Panas, IHSG Terlemah Sejak Awal Tahun!
Foto: Ilustrasi Bursa. (CNBC Indonesia/Andrean Kristianto)
Jakarta, CNBC Indonesia - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) kian memperlebar kekalahannya menjadi 0,61% pada akhir perdagangan sesi 1, Kamis ini (9/5/2019) ke level 6.232,07 atau berada di level terendah sejak awal Januari silam.

Padahal, pelemahan indeks acuan di Bursa Efek Indonesia (BEI) ini baru 0,45% pada pembukaan perdagangan pagi tadi.

Data perdagangan menunjukkan, saham-saham yang berkontribusi besar dalam mendorong pelemahan IHSG di antaranya PT Telekomunikasi Indonesia Tbk/TLKM (-2,05%), PT Astra International Tbk/ASII (-2,36%), PT Bank Central Asia Tbk/BBCA (-0,96%), PT Unilever Indonesia Tbk/UNVR (-1,51%), dan PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk/INTP (-5,29%).

Kinerja IHSG senada dengan bursa saham utama kawasan Asia yang juga ditransaksikan di zona merah: indeks Nikkei turun 0,99%, indeks Shanghai juga turun 1,35%, indeks Hang Seng amblas 1,95%, indeks Straits Times turun 0,43%, dan indeks Kospi anjlok 2,05%.

Pelaku pasar grogi menantikan negosiasi dagang AS-China yang akan digelar di Washington pada hari ini dan besok waktu setempat. Pasalnya, menjelang dimulainya negosiasi dagang tersebut, awan gelap malah menyelimuti hubungan kedua negara.

Kemarin (8/5/2019), Kantor Perwakilan Dagang AS secara resmi mengumumkan bahwa bea masuk terhadap produk China senilai US$ 200 miliar akan naik menjadi 25% dari 10% pada hari Jumat dini hari nanti.

Kenaikan bea masuk itu menyasar berbagai macam produk impor dari China seperti modem komputer dan router, penyedot debu, meubel, lampu, hingga bahan bangunan.

Negosiasi Dagang Bikin Grogi, IHSG Terlemah Sejak Awal Tahun!Foto: Wakil Perdana Menteri China Liu He (kiri) bersama Menteri Keuangan AS Steven Mnuchin (kanan) dan Perwakilan Dagang AS Robert Lighthizer (tengah) di Guesthouse Negara Bagian Diaoyutai di Beijing (29/3/2019). (Nicolas Asfouri / Pool via REUTERS)

Kenaikan bea masuk tersebut lantas akan terjadi di tengah-tengah pertemuan antara Wakil Perdana Menteri China Liu He dengan para pejabat AS.

Tak tinggal diam, Beijing mengancam akan membalas langkah AS tersebut.

"Pihak China sangat menyesal bahwa jika kebijakan bea impor AS dilaksanakan, China terpaksa harus mengambil langkah-langkah balasan yang diperlukan," kata Kementerian Perdagangan China di situs resmi tanpa menjelaskan lebih lanjut, dilansir dari Reuters.

Reuters sebelumnya melaporkan bahwa menurut beberapa sumber di pemerintahan AS dan sektor swasta, China telah mundur dari hampir seluruh aspek dalam rancangan perjanjian dagang dengan AS.


China disebutkan tidak lagi berkomitmen untuk melindungi hak atas kekayaan intelektual, pemaksaan transfer teknologi, kebijakan persaingan bebas, akses terhadap sektor keuangan, dan manipulasi kurs. Hal inilah yang membuat pemerintahan AS meradang dan sampai memutuskan untuk menaikkan bea masuk.

Teranyar, dalam pidato politiknya di Florida Rabu malam waktu setempat, Presiden AS Donald Trump kembali menyerang China.

"Mereka mundur dari kesepakatan!", kata Trump dalam pidatonya.

Dengan tensi antar kedua negara yang kini memanas, ada kemungkinan yang besar bahwa kesepakatan dagang tak akan bisa dicapai pada negosiasi kali ini.

LANJUT KE HALAMAN BERIKUTNYA>> Sejatinya, pelemahan IHSG bisa lebih dalam lagi jika tak ada aksi beli atas saham-saham konsumer. Per akhir sesi 1, indeks sektor barang konsumsi menguat sebesar 0,86%, menjadikannya satu-satunya sektor yang bisa menghijau.

Saham-saham konsumer yang diburu investor di antaranya PT HM Sampoerna Tbk/HMSP ( 3,27%), PT Gudang Garam Tbk/GGRM ( 2,99%), PT Kimia Farma Tbk/KAEF ( 2,42%), dan PT Ultrajaya Milk Industry & Trading Company Tbk/ULTJ ( 0,73%).

Secara fundamental, saham-saham konsumer memang menarik seiring dengan kuatnya konsumsi masyarakat Indonesia.


Berdasarkan Survei Penjualan Eceran (SPE) yang dirilis Bank Indonesia (BI) pada hari Selasa (7/5/2019), penjualan barang-barang ritel diketahui melesat hingga 10,1% secara tahunan pada bulan Maret, mengalahkan capaian periode yang sama tahun sebelumnya yakni pertumbuhan sebesar 2,5% saja.

Lantas, sepanjang 3 bulan pertama tahun ini pertumbuhan penjualan barang-barang ritel selalu berhasil mengalahkan capaian periode yang sama tahun sebelumnya.

Untuk periode Januari 2019, penjualan barang-barang ritel tumbuh sebesar 7,2%, lebih baik dari capaian Januari 2018 yakni kontraksi sebesar 1,8%. Untuk periode Februari 2019, penjualan barang-barang ritel tumbuh sebesar 9,1%, lebih baik dari capaian Februari 2018 yakni pertumbuhan sebesar 1,5%.

Untuk bulan April, angka sementara menunjukkan bahwa terjadi pertumbuhan penjualan barang-barang ritel sebesar 5,7%, di atas pertumbuhan periode April 2018 yang sebesar 4,1%.

Angka pertumbuhan penjualan ritel yang menggembirakan tersebut lantas melengkapi rilis data yang berkaitan dengan konsumsi lainnya yakni Indeks Keyakinan Konsumen (IKK) yang juga menggembirakan. Angka IKK dirilis oleh BI pada hari Senin (6/5/2019).

Untuk periode April, BI mencatat IKK berada di level 128,1, naik dibandingkan capaian bulan Maret yaitu 124,5. Nilai IKK pada bulan April merupakan yang tertinggi sejak Juni 2018.

Kenaikan IKK pada bulan lalu didorong oleh kedua komponen pembentuknya. Indeks Kondisi Ekonomi Saat Ini (IKE) naik menjadi 124,8, dari yang sebelumnya 121,4. Sementara itu, Indeks Ekspektasi Kondisi Ekonomi (IEK) naik menjadi 152,8, dari yang sebelumnya 151,6.

Sebagai hasil dari meningkatnya optimisme konsumen, porsi pengeluaran konsumen yang dialokasikan untuk konsumsi meningkat menjadi 68,5% pada bulan April, dari yang sebelumnya 68,1% pada bulan Maret. Sementara itu, alokasi untuk tabungan menipis menjadi 20%, dari yang sebelumnya 20,1%.

TIM RISET CNBC INDONESIA
(ank/tas) Next Article Jelang Musim Laporan Keuangan, Ini Emiten Yang Mulai Diborong

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular