Perang Dagang & Konflik Politik Bikin IHSG Makin Meradang

Anthony Kevin, CNBC Indonesia
09 May 2019 09:49
Perang Dagang & Konflik Politik Bikin IHSG Makin Meradang
Foto: Ilustrasi Bursa Efek Indonesia (CNBC Indonesia/Andrean Kristianto)
Jakarta, CNBC Indonesia - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) melemah 0,45% ke level 6.242,18 pada pembukaan perdagangan hari ini. Pada pukul 9:30 WIB, pelemahan IHSG sudah menipis menjadi 0,25% ke level 6.254,6.

Kinerja IHSG senada dengan bursa saham utama kawasan Asia yang juga ditransaksikan di zona merah: indeks Nikkei turun 1,09%, indeks Shanghai turun 0,56%, indeks Hang Seng turun 0,82%, indeks Straits Times turun 0,44%, dan indeks Kospi turun 0,85%.

Damai dagang AS-China yang terasa kian jauh membuat saham-saham di Benua Kuning dilego investor. Kemarin (8/5/2019), Kantor Perwakilan Dagang AS secara resmi mengumumkan bahwa bea masuk terhadap produk China senilai US$ 200 miliar akan naik menjadi 25% dari 10% pada hari Jumat dini hari nanti.

Kenaikan bea masuk itu menyasar berbagai macam produk impor dari China seperti modem komputer dan router, penyedot debu, meubel, lampu, hingga bahan bangunan.

Kenaikan bea masuk tersebut akan terjadi di tengah-tengah pertemuan antara Wakil Perdana Menteri China Liu He dan para pejabat AS di Washington, Kamis dan Jumat waktu setempat.

Tak tinggal diam, Beijing mengancam akan membalas langkah AS tersebut.

"Pihak China sangat menyesal bahwa jika kebijakan bea impor AS dilaksanakan, China terpaksa harus mengambil langkah-langkah balasan yang diperlukan," kata Kementerian Perdagangan China di situs webnya tanpa menjelaskan lebih lanjut, dilansir dari Reuters.

Reuters sebelumnya melaporkan bahwa menurut beberapa sumber di pemerintahan AS dan sektor swasta, China telah mundur dari hampir seluruh aspek dalam rancangan perjanjian dagang dengan AS.

Mengutip Reuters, China disebutkan tidak lagi berkomitmen untuk melindungi hak atas kekayaan intelektual, pemaksaan transfer teknologi, kebijakan persaingan bebas, akses terhadap sektor keuangan, dan manipulasi kurs. Hal inilah yang membuat pemerintahan AS meradang dan sampai memutuskan untuk menaikkan bea masuk.

Teranyar, dalam pidato politiknya di Florida Rabu malam waktu setempat, Presiden AS Donald Trump kembali menyerang China.

"Mereka mundur dari kesepakatan!", kata Trump dalam pidatonya.
Kinerja rupiah yang masih loyo juga membebani langkah IHSG. Hingga berita ini diturunkan, rupiah melemah 0,28% di pasar spot ke level Rp 14.330/dolar AS. Perang dagang AS-China yang kian panas membuat dolar AS selaku safe haven menjadi buruan investor.

Lebih lanjut, kinerja rupiah juga dibebani oleh rilis data cadangan devisa. Kemarin, Bank Indonesia (BI) mengumumkan bahwa cadangan devisa per bulan April berada di angka US$ 124,3 miliar, turun dibandingkan bulan sebelumnya yaitu US$ 124,5 miliar. Tekanan terhadap cadangan devisa berarti BI memiliki amunisi yang lebih sedikit dalam menetralisir pelemahan rupiah.

Sejak perdagangan pertama selepas pilpres hingga hari ini, rupiah sudah melemah 1,78% di pasar spot melawan dolar AS. Dalam 14 hari perdagangan selepas pilpres, rupiah hanya bisa menguat sebanyak 2 kali, sementara sisanya melemah atau stagnan.

Pelemahan rupiah pada akhirnya membuat investor asing kembali melepas saham-saham di tanah air. Hingga berita ini diturunkan, investor asing membukukan jual bersih senilai Rp 193,7 miliar di pasar reguler. Jika bertahan hingga akhir perdagangan, maka akan menjadi jual bersih yang kelima secara beruntun.

Kala rupiah terus saja gagal menguat bahkan cenderung melemah, tentu investor asing berpotensi menanggung yang namanya kerugian kurs sehingga wajar jika aksi jual mereka lakukan di bursa saham tanah air.

Saham-saham yang banyak dilepas investor asing di pasar reguler pada hari ini di antaranya: PT Bank Rakyat Indonesia Tbk/BBRI (Rp 72,4 miliar), PT Bank Central Asia Tbk/BBCA (Rp 18,1 miliar), PT Bank Mandiri Tbk/BMRI (Rp 15,1 miliar), PT Astra International Tbk/ASII (Rp 14,3 miliar), dan PT Semen Indonesia Tbk/SMGR (Rp 13,5 miliar).

TIM RISET CNBC INDONESIA Walau sudah selesai digelar pada tanggal 17 April silam, bagi pelaku pasar saham ternyata pilpres masih jauh dari kata usai. Memang, hasil hitung cepat alias quick count dari sejumlah lembaga kompak menempatkan Joko Widodo-Ma'ruf Amin sebagai pemenang. Tak hanya quick count, real count yang dilakukan Komisi Pemilihan Umum (KPU) pun menempatkan Joko Widodo-Ma'ruf Amin sebagai pemenang.

Hingga pukul 09.00 WIB, total suara yang masuk berasal dari 595.472 TPSĀ atau 73,21% dari total jumlah 813.350 TPS.

Dari total suara yang masuk tersebut, pasangan 01 Joko Widodo (Jokowi) dan Ma'ruf Amin mendapatkan suara 56,22% atau 63.065.239 suara. Unggul atas pasangan Prabowo Subianto dan Sandiaga Uno yang mendapatkan 43,78% atau 49.104.762 suara.

Perolehan suara tersebut masih mendapat penolakan dari Prabowo. Beberapa waktu lalu, Prabowo masih yakin hitungan internal yang dilakukan Badan Pemenangan Nasional (BPN) unggul atas perolehan suara Jokowi.

"Saudara-saudara sebangsa sekalian, saya mau memberikan update. Berdasarkan real count kita, kita berada di 62%," kata Prabowo di Kertanegara, Rabu malam (17/4/2019).

"Ini adalah hasil real count. Dalam posisi lebih dari 320.000 TPS," jelas Prabowo.

Hari ini kubu pasangan 02 bahkan ada rencana demonstrasi di Komisi Pemilihan Umum dan Badan Pengawas Pemilu (Bawaslu) untuk meminta penghentian perhitungan suara karena dinilai banyak kecurangan.
Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular