Tak Punya Fondasi, Harga CPO Melemah Diserang Perang Dagang

Taufan Adharsyah, CNBC Indonesia
08 May 2019 13:38
Harga minyak sawit mentah (crude palm oil/CPO) kembali anjlok tertekan sentimen perang dagang Amerika Serikat (AS)-China.
Foto: Reuters
Jakarta, CNBC Indonesia - Harga minyak sawit mentah (crude palm oil/CPO) kembali anjlok tertekan sentimen perang dagang Amerika Serikat (AS)-China.
Pada perdagangan Rabu (8/5/2019) pukul 13:30 WIB, harga CPO kontrak pengiriman Juni di bursa Malaysia Derivatives Exchange terkoreksi 0,1% ke level MYR 2.038/ton.
Koreksi harga terjadi setelah harga CPO melesat hingga 2,82% pada perdagangan Selasa (7/5/2019). Sejak awal tahun harga CPO juga masih tercatat lebih rendah 3,91%.

Nasib damai dagang, atau perang dagang, antara AS-China yang kian tak pasti masih mampu memberikan tarikan ke bawah pada pergerakan harga CPO.
Setelah Presiden AS, Donald Trump mengancam akan memberlakukan tarif impor sebesar 25% terhadap produk-produk China senilai US$ 200 miliar mulai Jumat (10/5/2019), kini giliran pembantu-pembantunya yang melontarkan pernyataan serupa.
"Dalam beberapa pekan terakhir, kami melihat ada penurunan komitmen dari pihak China. Kami tidak bicara soal membatalkan dialog, tetapi mulai Jumat akan ada tarif bea masuk baru," tegas Robert Lighthizer, Kepala Perwakilan Dagang AS, dikutip dari Reuters.
"Mereka (China) coba untuk mundur ke hal-hal yang sebelumnya pernah dibicarakan, jelas ada upaya untuk mengubah kesepakatan. Oleh karena itu, seluruh tim ekonomi pemerintahan AS sepakat dan merekomendasikan kepada presiden untuk bergerak maju dengan bea masuk jika kita tidak bisa menyelesaikan kesepakatan dagang akhir pekan ini," ungkap Mnuchin, mengutip Reuters.
Kalau benar sampai terjadi, maka rantai pasokan global (sekali lagi) akan terhambat. Aktivitas industri pun akan lesu.
Hal itu tentu bukan berita baik di pasar komoditas, termasuk CPO. Produksi yang melimpah kala penyerapan pasokan rendah akan menyebabkan keseimbangan fundamental rontok. Harga pun akan mendapat beban yang berat.
Namun setidaknya hari Kamis dan Jumat (9-10/5/2019), Wakil Perdana Menteri China, Liu He dikonfirmasi akan terbang ke Washington untuk melanjutkan dialog dagang. Meskipun hasilnya masih tak pasti.
Selain itu nilai tukar ringgit Malaysia hari ini menguat 0,02% terhadap dolar AS. Penguatan ringgit membuat harga CPO menjadi relatif lebih mahal bagi pemegang mata uang lain. Daya tarik kontrak CPO pun semakin pudar.
Sederet sentimen yang masih membebani CPO tersebut seakan menjadi konfirmasi bagi para pelaku pasar untuk melakukan aksi ambil untung. Apalagi kemarin harga CPO sudah menguat lebih dari 2%.

TIM RISET CNBC INDONESIA



(taa/hps) Next Article Inventori Masih Penuh, Harga CPO Terendah Dalam 1 Minggu

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular