Masih Pagi tapi Sudah Amblas 0,6%, IHSG Kenapa?

Anthony Kevin, CNBC Indonesia
08 May 2019 09:44
Masih Pagi tapi Sudah Amblas 0,6%, IHSG Kenapa?
Jakarta, CNBC Indonesia - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) jatuh 0,58% pada saat pembukaan perdagangan ke level 6.260,7. Pada pukul 9:25 WIB, Rabu (8/5/2019), koreksi yang dialami IHSG sudah bertambah dalam menjadi 0,6% ke level 6.259,55.

Kinerja IHSG senada dengan bursa saham utama kawasan Asia yang juga ditransaksikan melemah: indeks Nikkei jatuh 1,62%, indeks Shanghai ambruk 0,92%, indeks Hang Seng melemah 0,88%, indeks Straits Times turun 0,94%, dan indeks Kospi terpangkas 0,37%.

Perang dagang AS-China yang kian panas memantik sell-off atau aksi jual besar-besaran di bursa saham regional.

Hingga kini, AS masih tetap berencana untuk menaikkan bea masuk atas importasi produk-produk asal China senilai US$ 200 miliar, dari yang saat ini 10% menjadi 25% pada hari Jumat (10/5/2019).


Dalam waktu dekat, produk impor asal China lainnya senilai US$ 325 miliar yang saat ini bebas bea masuk juga akan dibebankan bea masuk senilai 25%.

Menurut Kepala Perwakilan Dagang AS Robert Lighthizer, China telah mundur dari komitmen-komitmen yang sudah disepakati sebelumnya sehingga AS tak memiliki pilihan lain selain mengambil kebijakan yang keras tersebut.

"Sepanjang pekan lalu kami telah melihat pudarnya komitmen dari China, yang dalam pandangan kami adalah tidak bisa diterima," papar Lighthizer kepada para awak media di Washington, Senin (6/5/2019) waktu setempat.

Masih Pagi Tapi Sudah Jatuh 0,6%, IHSG Kenapa?Foto: Wakil Perdana Menteri China Liu He (kiri) bersama Menteri Keuangan AS Steven Mnuchin (kanan) dan Perwakilan Dagang AS Robert Lighthizer (tengah) di Guesthouse Negara Bagian Diaoyutai di Beijing (29/3/2019). (Nicolas Asfouri / Pool via REUTERS)

Walaupun negosiasi dagang AS-China tetap akan digelar di Washington pada hari kamis dan Jumat (9-10 Mei), ternyata pihak China tetap dibuat gerah dengan langkah AS.

Menurut sumber-sumber yang mengetahui masalah tersebut, China diketahui tengah mempersiapkan bea masuk balasan yang akan dikenakan terhadap produk impor asal AS jika pemerintahan Presiden Donald Trump jadi mengeksekusi rencananya, seperti dilansir dari Bloomberg.

China akan mengenakan bea masuk balasan tersebut dalam selang satu menit pasca AS memberlakukan bea masuknya, menurut sumber yang tak ingin disebutkan namanya tersebut.

Pada perdagangan hari ini, pelaku pasar akan mencermati rilis data ekspor-impor China periode April pada pukul 10:00 WIB. Rilis data ini akan dijadikan acuan oleh investor untuk mengukur seberapa besar perang dagang dengan AS sudah menyakiti perekonomian China.

Jika ekspor-impor China tertekan pada bulan lalu, maka ke depannya tekanan yang dihadapi bisa semakin besar, mengingat balas-membalas bea masuk akan segera tereskalasi.



LANJUT KE HALAMAN BERIKUTNYA>> Sejatinya, sentimen dari dalam negeri cukup mendukung bagi investor untuk melakukan aksi beli di pasar saham.

Berdasarkan Survei Penjualan Eceran (SPE) yang dirilis Bank Indonesia (BI) kemarin (7/5/2019), penjualan barang-barang ritel diketahui melesat hingga 10,1% secara tahunan pada bulan Maret, mengalahkan capaian periode yang sama tahun sebelumnya yakni pertumbuhan sebesar 2,5% saja.


Lantas, sepanjang 3 bulan pertama tahun ini pertumbuhan penjualan barang-barang ritel selalu berhasil mengalahkan capaian periode yang sama tahun sebelumnya.

Untuk periode Januari 2019, penjualan barang-barang ritel tumbuh sebesar 7,2%, lebih baik dari capaian Januari 2018 yakni kontraksi sebesar 1,8%. Untuk periode Februari 2019, penjualan barang-barang ritel tumbuh sebesar 9,1%, lebih baik dari capaian Februari 2018 yakni pertumbuhan sebesar 1,5%.

Untuk bulan April, angka sementara menunjukkan bahwa terjadi pertumbuhan penjualan barang-barang ritel sebesar 5,7%, di atas pertumbuhan periode April 2018 yang sebesar 4,1%.


Pesatnya pertumbuhan penjualan ritel sebetulnya bisa terus dimanfaatkan investor untuk mengoleksi saham-saham konsumer. Pada penutupan perdagangan kemarin, indeks sektor barang konsumsi terapresiasi sebesar 0,14%. Pada hari ini, yang terjadi justru koreksi sebesar 0,26%.

Ribut-ribut AS-China di bidang perdagangan yang kian panas terbukti lebih dominan dalam mendikte jalannya perdagangan di pasar saham tanah air.

TIM RISET CNBC INDONESIA


(ank/tas) Next Article Jelang Musim Laporan Keuangan, Ini Emiten Yang Mulai Diborong

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular