Sudah Terlalu Dalam, Tren Koreksi Obligasi RI Mulai Terbatas

Irvin Avriano Arief, CNBC Indonesia
08 May 2019 09:27
Dia mengatakan sentimen negatif yang berpotensi menekan pasar obligasi pagi ini lagi lagi dari Amerika Serikat (AS) dan China.
Foto: CNBC Indonesia
Jakarta, CNBC Indonesia - Pasar obligasi diprediksi kembali melemah meskipun koreksi kali ini diprediksi akan lebih terbatas dibandingkan dengan koreksi yang sudah terjadi 11 hari sebelumnya. 

"Keterbatasan ini datang dari ruang obligasi untuk melemah yang sudah habis, dan hanya menunggu rebound sesaat," ujar Associate Director Research & Investment PT Pilarmas Investindo Sekuritas Maximilianus Nico Demus dalam risetnya pagi ini. 

Dia mengatakan sentimen negatif yang berpotensi menekan pasar obligasi pagi ini lagi lagi dari Amerika Serikat (AS) dan China. 

Saat ini, lanjutnya, China sedang mempersiapkan tarif pembalasan atas impor AS jika Presiden AS Donald Trump jadi untuk melakukan ancamannya.  Dan hal itu akan terjadi efektif satu menit setelah Amerika benar benar menaikkan tarif tersebut. 

Awal pekan ini, melalui cuitan di Twitter Trump mengancam akan menaikkan tarif impor terhadap berbagai produk China dari 10% menjadi 25%.  

Hal ini ia sampaikan meskipun pemerintahannya selama beberapa pekan terakhir mengatakan perundingan dagang dengan China berlangsung lancar. 

Sang presiden juga mengancam akan mengenakan tarif impor 25% terhadap produk-produk China lainnya senilai US$325 miliar dalam waktu dekat. 

Ia mengatakan perundingan dagang dengan China masih berlanjut tetapi berjalan sangat lamban karena Negeri Tirai Bambu itu masih mencoba untuk menegosiasikan kembali beberapa hal. 

Kemarin, akibat koreksi berkelanjutan, lelang pemerintah sepi.  

Kondisi tersebut juga terjadi di tengah koreksi harga obligasi rupiah akibat gencar-nya sentimen negatif dari pasar keuangan global. 

Dalam lelang rutin kemarin (7/5/19) pemerintah menerima permintaan surat utang negara (SUN) Rp 32,95 triliun dari peserta lelang, lebih rendah daripada permintaan lelang sebelumnya Rp 41,76 triliun dan masih lebih rendah daripada rerata permintaan dalam lelang sejak awal tahun Rp 56,8 triliun.  

TIM RISET CNBC INDONESIA
(irv/hps) Next Article SUN Cetak Rekor, Pengamat: SUN RI Masih Menarik Bagi Investor

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular