
Rupiah Akhirnya 'Berbuka' Setelah 10 Hari 'Puasa'
Hidayat Setiaji, CNBC Indonesia
07 May 2019 16:49

Jakarta, CNBC Indonesia - Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) berhasil menguat di perdagangan pasar spot hari ini. Rupiah pun mengakhiri periode nestapa selama 10 hari.
Pada Selasa (7/5/2019), US$ 1 dihargai Rp 14.275 kala penutupan perdagangan pasar spot. Rupiah menguat 0,1% dibandingkan posisi penutupan perdagangan hari sebelumnya.
Penguatan rupiah hari ini terasa spesial. Bukan apa-apa, rupiah tidak pernah finis di zona hijau dalam 10 hari perdagangan terakhir. Paling mentok stagnan pada 2 Mei, 16 April, dan 23 April.
Hari ini, rupiah tidak mulus berada di jalur hijau. Bahkan mata uang Tanah Air nyaris seharian berkubang di zona merah.
Kala pembukaan pasar, rupiah menguat tipis 0,03%. Namun dalam hitungan menit, penguatan itu sirna. Rupiah melemah dan depresiasi semakin dalam sehingga dolar AS kembali ke kisaran Rp 14.300. Bahkan rupiah sempat menyandang status sebagai mata uang terlemah di Asia.
Selepas tengah hari, nasib rupiah perlahan membaik. Akhirnya jelang penutupan pasar, rupiah berhasil mentas dan menyeberang ke zona hijau.
Berikut perjalanan kurs dolar AS terhadap rupiah sepanjang hari ini:
Di level Asia, kinerja rupiah juga menjadi salah satu yang terbaik. Rupiah berhasil menjadi mata uang terbaik kedua di Benua Kuning, hanya kalah dari yen Jepang.
Berikut perkembangan nilai tukar dolar AS terhadap mata uang utama Asia pada pukul 16:29 WIB:
(BERLANJUT KE HALAMAN 2)
Setidaknya ada dua faktor yang menyebabkan rupiah mampu berbalik arah. Pertama adalah, rupiah sudah terdepresiasi cukup lama.
Mata uang Tanah Air tidak pernah merasakan penguatan dalam 10 hari perdagangan terakhir. Dalam periode tersebut, rupiah anjlok sampai 1,78%.
Oleh karena itu, rupiah menyimpan energi untuk technical rebound. Rupiah yang sudah 'murah' membuatnya menarik di mata investor, sehingga menyebabkan aksi borong.
Sentimen kedua adalah rilis data penjualan ritel. Bank Indonesia (BI) melaporkan penjualan ritel pada Maret melesat 10,7% year-on-year (YoY). Ini merupakan pencapaian terbaik sejak Desember 2016.
Data ini memberi gambaran bahwa konsumsi rumah tangga masih kuat, bahkan semakin kuat. Pertumbuhan penjualan ritel sangat mungkin lebih tinggi lagi pada bulan-bulan selanjutnya, didorong oleh momentum Ramadan-Idul Fitri yang merupakan puncak konsumsi masyarakat.
Artinya, prospek pertumbuhan ekonomi Indonesia ke depan bakal cerah. Sebab, konsumsi rumah tangga menyumbang hampir 60% dari pembentukan Produk Domestik Bruto (PDB) nasional.
Dua hal ini berhasil menutup sentimen eksternal yang sebenarnya masih negatif, yaitu risiko perang dagang AS-China. Jika rupiah masih menguat sampai penutupan pasar spot, maka penderitaan selama 10 hari akhirnya selesai juga...
TIM RISET CNBC INDONESIA
(aji/aji) Next Article Keren! Penguatan Rupiah Nomor Wahid di Dunia
Pada Selasa (7/5/2019), US$ 1 dihargai Rp 14.275 kala penutupan perdagangan pasar spot. Rupiah menguat 0,1% dibandingkan posisi penutupan perdagangan hari sebelumnya.
Penguatan rupiah hari ini terasa spesial. Bukan apa-apa, rupiah tidak pernah finis di zona hijau dalam 10 hari perdagangan terakhir. Paling mentok stagnan pada 2 Mei, 16 April, dan 23 April.
Hari ini, rupiah tidak mulus berada di jalur hijau. Bahkan mata uang Tanah Air nyaris seharian berkubang di zona merah.
Kala pembukaan pasar, rupiah menguat tipis 0,03%. Namun dalam hitungan menit, penguatan itu sirna. Rupiah melemah dan depresiasi semakin dalam sehingga dolar AS kembali ke kisaran Rp 14.300. Bahkan rupiah sempat menyandang status sebagai mata uang terlemah di Asia.
Selepas tengah hari, nasib rupiah perlahan membaik. Akhirnya jelang penutupan pasar, rupiah berhasil mentas dan menyeberang ke zona hijau.
Berikut perjalanan kurs dolar AS terhadap rupiah sepanjang hari ini:
Di level Asia, kinerja rupiah juga menjadi salah satu yang terbaik. Rupiah berhasil menjadi mata uang terbaik kedua di Benua Kuning, hanya kalah dari yen Jepang.
Berikut perkembangan nilai tukar dolar AS terhadap mata uang utama Asia pada pukul 16:29 WIB:
(BERLANJUT KE HALAMAN 2)
Setidaknya ada dua faktor yang menyebabkan rupiah mampu berbalik arah. Pertama adalah, rupiah sudah terdepresiasi cukup lama.
Mata uang Tanah Air tidak pernah merasakan penguatan dalam 10 hari perdagangan terakhir. Dalam periode tersebut, rupiah anjlok sampai 1,78%.
Oleh karena itu, rupiah menyimpan energi untuk technical rebound. Rupiah yang sudah 'murah' membuatnya menarik di mata investor, sehingga menyebabkan aksi borong.
Sentimen kedua adalah rilis data penjualan ritel. Bank Indonesia (BI) melaporkan penjualan ritel pada Maret melesat 10,7% year-on-year (YoY). Ini merupakan pencapaian terbaik sejak Desember 2016.
Data ini memberi gambaran bahwa konsumsi rumah tangga masih kuat, bahkan semakin kuat. Pertumbuhan penjualan ritel sangat mungkin lebih tinggi lagi pada bulan-bulan selanjutnya, didorong oleh momentum Ramadan-Idul Fitri yang merupakan puncak konsumsi masyarakat.
Artinya, prospek pertumbuhan ekonomi Indonesia ke depan bakal cerah. Sebab, konsumsi rumah tangga menyumbang hampir 60% dari pembentukan Produk Domestik Bruto (PDB) nasional.
Dua hal ini berhasil menutup sentimen eksternal yang sebenarnya masih negatif, yaitu risiko perang dagang AS-China. Jika rupiah masih menguat sampai penutupan pasar spot, maka penderitaan selama 10 hari akhirnya selesai juga...
TIM RISET CNBC INDONESIA
(aji/aji) Next Article Keren! Penguatan Rupiah Nomor Wahid di Dunia
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular