Duh! Perkasa di Awal Pekan, IHSG Malah Finis di Posisi Bontot

Dwi Ayuningtyas, CNBC Indonesia
04 May 2019 10:27
Sebelum May Day IHSG Menguat 0,85%, Setelah itu Ambruk
Foto: Ilustrasi Bursa. (CNBC Indonesia/Andrean Kristianto)
Pada perdagangan awal pekan, IHSG membukukan reli 3 hari berturut-turut sampai sebelum libur Hari Buruh Internasional pada Rabu 1 Mei lalu.

Penguatan tersebut disokong dari optimisme bahwa perekonomian Amerika Serikat (AS) tak akan hard landing dan mendorong aksi beli yang dilakukan investor di bursa saham Asia.


Menjelang akhir pekan kemarin, pembacaan awal atas angka pertumbuhan ekonomi AS kuartal I-2019 diumumkan sebesar 3,2% (QoQ annualized). Perolehan ini jauh di atas konsensus dan capaian kuartal sebelumnya yang hanya sebesar 2,2%, seperti dilansir dari Forex Factory.

Ketika perekonomian AS berada dalam kondisi yang kuat, tentu negara-negara lain akan ikut merasakan dampak positifnya, mengingat posisi AS sebagai negara dengan nilai perekonomian terbesar di dunia.

Akan tetapi, ekonomi AS yang cemerlang di tengah rendahnya inflasi yang dialami negara itu bak pisau bermata dua.

Duh! Perkasa di Awal Pekan, IHSG Malah Finis di Posisi BontotFoto: Gubernur bank sentral Amerika Serikat (AS) Federal Reserve, Jerome Powell

Pasalnya, perekonomian Negeri Paman Sam yang terus menguat menjadi faktor pendorong utama bagi The Federal Reserves/The Fed mempertimbangkan menaikkan suku bunga acuan.

Padahal sebelumnya pelaku pasar berekspektasi bahwa ada peluang The Fed untuk memangkas suku bunganya tahun akhir tahun ini.

"Kami merasa stance [posisi] kebijakan kami masih layak dipertahankan untuk saat ini. Kami tidak melihat ada tanda-tanda yang kuat untuk menuju ke arah sebaliknya. Saya melihat kita dalam jalur yang benar," tegas Powell dalam konferensi pers usai rapat, mengutip Reuters.

Hasil pertemuan The Fed sukses memantik aksi jual di bursa saham tanah air.

"Pasar telah mem-price in pemotongan suku bunga ini. Mereka ingin adanya penurunan suku bunga dan pernyataan ini berarti Powell mengatakan 'maaf, tapi kami tidak akan memangkasnya'," kata Peter Boockvar, Chief Investment Officer di Bleakly Advisory Group, dilansir CNBC International.

Jika pada akhir tahun ini peluang pemangkasan suku bunga acuan hilang, bahkan ada kemungkinan berbalik arah, tentu investasi pada instrumen berbasis dolar lebih menarik.

TIM RISET CNBC INDONESIA (dwa/tas)

Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular