
Bursa Negara Maju Jadi Tempat Perusahaan Dunia Cari Dana
Dwi Ayuningtyas, CNBC Indonesia
02 May 2019 15:45

Jakarta, CNBC Indonesia - Pasar saham negara-negara maju masih menjadi tempat favorit perusahaan di seluruh dunia untuk menggalang dana (rising fund). Likuiditas yang besar dan berlimpah menjadi alasan utama perusahaan-perusahaan mencatatkan saham di bursa-bursa utama dunia.
Dalam 8 tahun terakhir, New York Stock Exchange (NYSE) dan NASDAQ berhasil membukukan penawaran umum perdana (Initial Public Offering/IPO) masing-masing sebesar US$ 309 miliar dan US$ 152 miliar. Fakta ini dilansir dari laporan "Capital Market 2030" yang disusun PWC dan The Economicst
Sementara itu, untuk negara berkembang dipimpin oleh bursa saham acuan Negeri Tiongkok. Dari 2011-2018, Hong Kong Stock Exchange (HKEX) mencatat nilai IPO sebesar US$ 180 miliar dan pada Shanghai Stock Exchange tercatat US$ 89 miliar.
Meskipun bursa saham Wall Street memimpin klasemen, preferensi terhadap bursa saham negara berkembang naik signifikan. Pada 2011 hanya 5% responden yang memilih Indian Exchange, tapi sekarang berada di level 18%. Indeks Shanghai juga naik dari 4% ke 13%.
Di lain pihak, laporan yang sama menuliskan bahwa tingkat likuiditas yang rendah adalah salah satu alasan utama manajemen perusahaan kurang melirik bursa saham negara berkembang sebagai opsi untuk melakukan IPO.
Penyebab keengganan manajemen perusahaan lainnya adalah volatilitas mata uang, ketidakpastian kebijakan pemerintah termasuk tata kelola perusahaan, dan situasi geopolitik yang tidak stabil.
Sebelumnya, hasil survei yang sama di tahun 2011, menunjukkan bahwa ketidakpastian kebijakan pemerintah adalah alasan terbesar level eksekutif berpikir dua kali untuk melakukan IPO di negara berkembang.
Namun, beberapa tahun belakangan ini, negara berkembang sudah mulai memperhatikan soal kebijakan pemerintah yang dapat mengarahkan tata kelola perusahaan menjadi lebih baik.
Direktur National Stock Exchange of India Vikram Limaye menyampaikan bahwa pemerintah India sudah mulai fokus untuk memperkuat tata kelola, meskipun masih butuh waktu yang cukup lama untuk meniru kondisi di negara maju.
TIM RISET CNBCÂ INDONESIA
(dwa/hps) Next Article Empat Faktor Ini Bakal Jadi Sentimen Kuat Pasar di Kuartal II
Dalam 8 tahun terakhir, New York Stock Exchange (NYSE) dan NASDAQ berhasil membukukan penawaran umum perdana (Initial Public Offering/IPO) masing-masing sebesar US$ 309 miliar dan US$ 152 miliar. Fakta ini dilansir dari laporan "Capital Market 2030" yang disusun PWC dan The Economicst
Sementara itu, untuk negara berkembang dipimpin oleh bursa saham acuan Negeri Tiongkok. Dari 2011-2018, Hong Kong Stock Exchange (HKEX) mencatat nilai IPO sebesar US$ 180 miliar dan pada Shanghai Stock Exchange tercatat US$ 89 miliar.
Meskipun bursa saham Wall Street memimpin klasemen, preferensi terhadap bursa saham negara berkembang naik signifikan. Pada 2011 hanya 5% responden yang memilih Indian Exchange, tapi sekarang berada di level 18%. Indeks Shanghai juga naik dari 4% ke 13%.
Di lain pihak, laporan yang sama menuliskan bahwa tingkat likuiditas yang rendah adalah salah satu alasan utama manajemen perusahaan kurang melirik bursa saham negara berkembang sebagai opsi untuk melakukan IPO.
Penyebab keengganan manajemen perusahaan lainnya adalah volatilitas mata uang, ketidakpastian kebijakan pemerintah termasuk tata kelola perusahaan, dan situasi geopolitik yang tidak stabil.
Sebelumnya, hasil survei yang sama di tahun 2011, menunjukkan bahwa ketidakpastian kebijakan pemerintah adalah alasan terbesar level eksekutif berpikir dua kali untuk melakukan IPO di negara berkembang.
Namun, beberapa tahun belakangan ini, negara berkembang sudah mulai memperhatikan soal kebijakan pemerintah yang dapat mengarahkan tata kelola perusahaan menjadi lebih baik.
Direktur National Stock Exchange of India Vikram Limaye menyampaikan bahwa pemerintah India sudah mulai fokus untuk memperkuat tata kelola, meskipun masih butuh waktu yang cukup lama untuk meniru kondisi di negara maju.
TIM RISET CNBCÂ INDONESIA
(dwa/hps) Next Article Empat Faktor Ini Bakal Jadi Sentimen Kuat Pasar di Kuartal II
Most Popular