
Sepak Bola Nasional, Harta Karun yang Penuh 'Kegelapan'
Hidayat Setiaji, CNBC Indonesia
26 April 2019 13:32

Risiko utama yang akan menghantui perjalanan Bali United adalah kondisi persepakbolaan nasional. Terlalu banyak masalah di sini, sehingga bingung harus mulai dari mana.
Kita mulai saja dari pelaksanaan liga. Bagi klub, liga atau kompetisi adalah darah utama. Tanpa liga, ya sama saja bohong. Klub tidak bisa beroperasi, tidak bisa memperoleh pendapatan.
Masalahnya liga sepak bola di Indonesia antara ada dan tiada. Memang kompetisi liga ada saja, tetapi jadwalnya sulit diprediksi.
Misalnya tahun ini. Liga 1 awalnya direncanakan bergulir mulai 8 Mei, tetapi kemudian diundur jadi 15 Mei. Itu pun masih bisa molor lagi.
Sebab, jadwal kompetisi domestik kerap kali disusun asal-asalan sehingga bentrok dengan berbagai agenda di luar. Liga 1 tahun ini sangat berpotensi 'direcoki' oleh SEA Games yang akan digelar mulai 30 November.
Kedua, Persatuan Sepak Bola Seluruh Indonesia (PSSI) adalah organisasi yang... ya begitulah. Manajemen yang, ya begitulah, membuat PSSI sangat rentan diintervensi oleh pemerintah. Siapa pun sebenarnya geregetan ingin 'mengobok-obok' untuk membebani PSSI karena memang sudah terlalu... ya begitulah.
Kalau sampai pemerintah masuk dan diketahui oleh Federasi Sepak Bola Dunia (FIFA), maka Indonesia akan mendapat sanksi pencekalan (ban). Seperti yang terjadi pada 2015.
Jika PSSI kena ban, siapa yang mau menyelenggarakan kompetisi sepak bola nasional? Kompetisi terancam absen, dan tidak ada kompetisi bagaimana klub bisa hidup? Kalau tidak ada kompetisi, bagaimana klub memperoleh pendapatan? Kalau tidak ada pendapatan, tidak ada laba, investor makan apa?
Ketiga, jangan harap bisa mendapat gambaran utuh dan jelas mengenai pembagian keuntungan di liga sepak bola nasional. Apakah itu dari sponsorship, hak siar, apa pun, semuanya 'gelap'. Padahal pembagian keuntungan dari liga adalah salah satu sumber utama pemasukan klub, terutama dari hak siar.
Data itu bisa didapatkan andai publik bisa dengan mudah mengakses laporan keuangan PT Liga Indonesia Baru (LIB) sebagai operator kompetisi. Namun, badan hukum yang berbentuk PT ini bahkan tidak punya situs. Dari mana publik dan pemegang saham bisa mengakses data berapa sebenarnya cuan dari kompetisi yang disalurkan ke klub?
Gelap gulita. Itu lah cerminan kompetisi sepak bola nasional. Bagi sebuah perusahaan terbuka, yang segala sesuatunya harus diketahui oleh publik, tentu ini sama sekali bukan kondisi yang ideal. Jadi kalau ada perusahaan terbuka yang mau masuk di bisnis yang penuh kegelapan ini, sepertinya pemilik saham harus sering-sering mengurut dada.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(aji/hps)
Kita mulai saja dari pelaksanaan liga. Bagi klub, liga atau kompetisi adalah darah utama. Tanpa liga, ya sama saja bohong. Klub tidak bisa beroperasi, tidak bisa memperoleh pendapatan.
Masalahnya liga sepak bola di Indonesia antara ada dan tiada. Memang kompetisi liga ada saja, tetapi jadwalnya sulit diprediksi.
Sebab, jadwal kompetisi domestik kerap kali disusun asal-asalan sehingga bentrok dengan berbagai agenda di luar. Liga 1 tahun ini sangat berpotensi 'direcoki' oleh SEA Games yang akan digelar mulai 30 November.
Kedua, Persatuan Sepak Bola Seluruh Indonesia (PSSI) adalah organisasi yang... ya begitulah. Manajemen yang, ya begitulah, membuat PSSI sangat rentan diintervensi oleh pemerintah. Siapa pun sebenarnya geregetan ingin 'mengobok-obok' untuk membebani PSSI karena memang sudah terlalu... ya begitulah.
Kalau sampai pemerintah masuk dan diketahui oleh Federasi Sepak Bola Dunia (FIFA), maka Indonesia akan mendapat sanksi pencekalan (ban). Seperti yang terjadi pada 2015.
Jika PSSI kena ban, siapa yang mau menyelenggarakan kompetisi sepak bola nasional? Kompetisi terancam absen, dan tidak ada kompetisi bagaimana klub bisa hidup? Kalau tidak ada kompetisi, bagaimana klub memperoleh pendapatan? Kalau tidak ada pendapatan, tidak ada laba, investor makan apa?
Ketiga, jangan harap bisa mendapat gambaran utuh dan jelas mengenai pembagian keuntungan di liga sepak bola nasional. Apakah itu dari sponsorship, hak siar, apa pun, semuanya 'gelap'. Padahal pembagian keuntungan dari liga adalah salah satu sumber utama pemasukan klub, terutama dari hak siar.
Data itu bisa didapatkan andai publik bisa dengan mudah mengakses laporan keuangan PT Liga Indonesia Baru (LIB) sebagai operator kompetisi. Namun, badan hukum yang berbentuk PT ini bahkan tidak punya situs. Dari mana publik dan pemegang saham bisa mengakses data berapa sebenarnya cuan dari kompetisi yang disalurkan ke klub?
Gelap gulita. Itu lah cerminan kompetisi sepak bola nasional. Bagi sebuah perusahaan terbuka, yang segala sesuatunya harus diketahui oleh publik, tentu ini sama sekali bukan kondisi yang ideal. Jadi kalau ada perusahaan terbuka yang mau masuk di bisnis yang penuh kegelapan ini, sepertinya pemilik saham harus sering-sering mengurut dada.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(aji/hps)
Pages
Most Popular