Terlemah Ketiga Asia, Rupiah Sudah 'Mantap' di Zona Merah

Hidayat Setiaji, CNBC Indonesia
26 April 2019 12:40
Gaduh Politik Cemaskan Pasar
Ilustrasi Rupiah dan Dolar AS (CNBC Indonesia/Andrean Kristianto)
Sementara dari dalam negeri, ada pula faktor yang membebani langkah rupiah. Pertama adalah ambil untung alias profit taking

Selama periode 1-18 April, rupiah menguat sampai 1,6%. Sejak awal tahun, apresiasi rupiah masih tinggi yaitu di 2,04%.

Oleh karena itu, risiko koreksi akan selalu membayang rupiah. Investor yang sudah merasa memperoleh cuan yang lumayan tentu tergoda mencairkannya, sehingga rupiah rawan terkena tekanan jual. 

Kedua, investor yang sempat larut dalam euforia Jokowi Effect kini sudah kembali rasional. Meski Joko Widodo (Jokowi) masih berpeluang besar menjadi pemenang Pemilu 2019, tetapi pasar sudah selesai melakukan kalkulasi sehingga dampaknya sudah sangat minim. 


Apalagi kemudian Prabowo Subianto beberapa kali mengklaim kemenangannya, yang membuat situasi tensi agak meninggi. Isu kecurangan Pemilu merebak.

Jadi, hasil hitungan riil Komisi Pemilihan Umum (KPU) yang diumumkan 22 Mei nanti hampir pasti akan digugat ke Mahkamah Konstitusi (MK). Ini membuat gaduh politik dalam negeri sepertinya belum akan selesai dalam waktu dekat. Kebisingan yang bisa mempengaruhi kenyamanan investor, sehingga ada rasa ragu untuk masuk ke pasar keuangan Indonesia. 

Di pasar saham, investor asing membukukan jual bersih Rp 416,79 miliar yang membuat Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) melemah 0,05% pada penutupan perdagangan Sesi I. Sementara di pasar obligasi, imbal hasil (yield) surat utang pemerintah tenor 10 tahun naik 5,2 basis poin, yang menandakan harga instrumen ini sedang turun karena aksi jual. 

TIM RISET CNBC INDONESIA

(aji/aji)

Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular