Terlemah Ketiga Asia, Rupiah Sudah 'Mantap' di Zona Merah

Hidayat Setiaji, CNBC Indonesia
26 April 2019 12:40
Terlemah Ketiga Asia, Rupiah Sudah 'Mantap' di Zona Merah
Foto: Ilustrasi Rupiah dan Dolar (CNBC Indonesia/Andrean Kristianto)
Jakarta, CNBC Indonesia - Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) masih melemah di perdagangan pasar spot hari ini. Rupiah awalnya bergerak galau, tetapi sekarang sudah agak 'mantap' di zona merah. 

Pada Jumat (26/4/2019) pukul 12:00 WIB, US$ 1 dibanderol Rp 14.185. Rupiah melemah 0,04% dibandingkan posisi penutupan perdagangan hari sebelumnya. 

Saat pembukaan pasar, rupiah melemah 0,04%. Kemudian rupiah sempat terperosok lebih dalam dengan depresiasi 0,11%. 

Akan tetapi, rupiah kemudian membaik dan bahkan sempat menguat. Sekarang rupiah melemah lagi. 


Berikut pergerakan kurs dolar AS terhadap rupiah hingga tengah hari ini: 

 

Sementara di level Asia, mata uang utama Benua Kuning bergerak variatif di hadapan dolar AS. Selain rupiah, mata uang utama Asia yang melemah adalah dolar Hong Kong, yen Jepang, won Korea Selatan, dan dolar Taiwan. 

Won menjadi mata uang terlemah di Asia dan dolar Taiwan menjadi runner-up dari bawah. Rupiah berada di atas mereka berdua, alias terlemah ketiga di Asia. 

Berikut perkembangan nilai tukar dolar AS terhadap mata uang utama Asia pada pukul 12:10 WIB: 




(BERLANJUT KE HALAMAN 2)

Investor sepertinya agak gamang untuk masuk ke pasar keuangan Asia, antara mau dan tidak mau. Di satu sisi, ada kabar melegakan dari China. Presiden China Xi Jinping menegaskan bahwa Beijing akan berupaya sekuat tenaga untuk menjaga stabilitas nilai tukar yuan. 

"China tidak akan sengaja melemahkan nilai tukar, tetapi terus menjaga mekanisme pembentukan nilai tukar agar tetap stabil dan seimbang," tegas Xi dalam pidato di acara pertemuan Belt and Road Initiative, mengutip Reuters. 

Stabilitas nilai tukar yuan akan membuat perekonomian China lebih sehat. Sehatnya ekonomi China berarti kemakmuran bagi Asia, karena Negeri Tirai Bambu adalah perekonomian nomor 1 di Benua Kuning. 

Namun di sisi lain, investor cemas pernyataan Xi direspons negatif oleh AS. Maklum, isu nilai tukar adalah salah satu penyebab perang dagang AS-China. Washington menuding Beijing memanipulasi nilai tukar, melemahkan yuan dengan sengaja, agar ekspor tetap kompetitif. 

Pernyataan Xi yang berkomitmen menjaga stabilitas yuan bisa diartikan bahwa pemerintah dan bank sentral tidak akan melepas intervensinya. Bisa-bisa pernyataan ini diprotes oleh AS, dan mempersulit perundingan menuju damai dagang. 

Oleh karena itu, pernyataan Xi membuat investor agak hati-hati. Hasilnya adalah mata uang Asia bergerak mixed terhadap dolar AS. 


(BERLANJUT KE HALAMAN 3)


Sementara dari dalam negeri, ada pula faktor yang membebani langkah rupiah. Pertama adalah ambil untung alias profit taking

Selama periode 1-18 April, rupiah menguat sampai 1,6%. Sejak awal tahun, apresiasi rupiah masih tinggi yaitu di 2,04%.

Oleh karena itu, risiko koreksi akan selalu membayang rupiah. Investor yang sudah merasa memperoleh cuan yang lumayan tentu tergoda mencairkannya, sehingga rupiah rawan terkena tekanan jual. 

Kedua, investor yang sempat larut dalam euforia Jokowi Effect kini sudah kembali rasional. Meski Joko Widodo (Jokowi) masih berpeluang besar menjadi pemenang Pemilu 2019, tetapi pasar sudah selesai melakukan kalkulasi sehingga dampaknya sudah sangat minim. 


Apalagi kemudian Prabowo Subianto beberapa kali mengklaim kemenangannya, yang membuat situasi tensi agak meninggi. Isu kecurangan Pemilu merebak.

Jadi, hasil hitungan riil Komisi Pemilihan Umum (KPU) yang diumumkan 22 Mei nanti hampir pasti akan digugat ke Mahkamah Konstitusi (MK). Ini membuat gaduh politik dalam negeri sepertinya belum akan selesai dalam waktu dekat. Kebisingan yang bisa mempengaruhi kenyamanan investor, sehingga ada rasa ragu untuk masuk ke pasar keuangan Indonesia. 

Di pasar saham, investor asing membukukan jual bersih Rp 416,79 miliar yang membuat Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) melemah 0,05% pada penutupan perdagangan Sesi I. Sementara di pasar obligasi, imbal hasil (yield) surat utang pemerintah tenor 10 tahun naik 5,2 basis poin, yang menandakan harga instrumen ini sedang turun karena aksi jual. 


TIM RISET CNBC INDONESIA



(aji/aji) Next Article Keren! Penguatan Rupiah Nomor Wahid di Dunia

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular