Rupiah Lemah di Kurs Tengah BI & Spot, Karena Gaduh Politik?

Hidayat Setiaji, CNBC Indonesia
26 April 2019 10:44
Rupiah Lemah di Kurs Tengah BI & Spot, Karena Gaduh Politik?
Ilustrasi Rupiah dan Dolar AS (CNBC Indonesia/Andrean Kristianto)
Jakarta, CNBC Indonesia - Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) masih melemah di kurs tengah Bank Indonesia (BI). Dengan demikian, rupiah sudah melemah lima hari berturut-turut.

Pada Jumat (26/4/2019), kurs tengah BI atau kurs acuan Jakarta Interbank Spot Dollar Rate berada di Rp 14.188. Rupiah melemah 0,24% dibandingkan posisi hari sebelumnya dan menyentuh posisi terlemah sejak 2 April.

Pelemahan hari ini sekaligus membuat rupiah melemah 5 hari tanpa putus di kurs tengah BI. Rantai pelemahan terpanjang sejak 15-22 Januari.



Sementara di pasar spot, rupiah masih belum menentukan pilihan: mau melemah, menguat, atau stagnan sih? Pada pukul 10:00 WIB, US$ 1 dibanderol Rp 14.170 atau menguat 0,07% dibandingkan posisi penutupan perdagangan hari sebelumnya.

Namun seiring perjalanan pasar, rupiah melemah lagi. Pada pukul 10:08 WIB, US$ 1 dihargai Rp 14.185 di mana rupiah melemah 0,04%.

Saat pembukaan pasar, rupiah melemah 0,04%. Kemudian rupiah sempat terperosok lebih dalam dengan depresiasi 0,11%.

Akan tetapi, rupiah kemudian membaik dan bahkan sempat menguat. Sekarang rupiah melemah lagi. Maunya apa sih...

Padahal dolar AS sedang tertekan di Asia. Mayoritas mata uang utama Benua Kuning berhasil menguat di hadapan greenback. Selain rupiah, mata uang yang masih menghuni zona merah hanya won Korea Selatan, dolar Hong Kong, dan dolar Taiwan.

Berikut perkembangan nilai tukar dolar AS terhadap mata uang utama Asia pada pukul 10:13 WIB:





(BERLANJUT KE HALAMAN 2)

Oleh karena mata uang Asia mayoritas menguat, sepertinya faktor domestik menjadi pemberat langkah rupiah. Pertama adalah ambil untung alias profit taking. Selama periode 1-18 April, rupiah menguat sampai 1,6%. Sejak awal tahun, apresiasi rupiah masih tinggi yaitu di 2,04%. 

Oleh karena itu, risiko koreksi akan selalu membayang rupiah. Investor yang sudah merasa memperoleh cuan yang lumayan tentu tergoda mencairkannya, sehingga rupiah rawan terkena tekanan jual. 

Selain itu, investor yang sempat larut dalam euforia Jokowi Effect kini sudah kembali rasional. Meski Joko Widodo (Jokowi) masih berpeluang besar menjadi pemenang Pemilu 2019, tetapi pasar sudah selesai melakukan kalkulasi sehingga dampaknya sudah sangat minim. 


Apalagi kemudian Prabowo Subianto beberapa kali mengklaim kemenangannya, yang membuat situasi tensi agak meninggi. Isu kecurangan Pemilu merebak. Jadi, hasil hitungan riil Komisi Pemilihan Umum (KPU) yang diumumkan 22 Mei nanti hampir pasti akan digugat ke Mahkamah Konstitusi (MK). 

Ini membuat gaduh politik dalam negeri sepertinya belum akan selesai dalam waktu dekat. Kebisingan yang bisa mempengaruhi kenyamanan investor, sehingga ada rasa ragu untuk masuk ke pasar keuangan Indonesia. 

Di pasar saham, investor asing membukukan jual bersih Rp 261,62 miliar yang membuat Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) melemah 0,14% pada pukul 10:30 WIB. Sementara di pasar obligasi, imbal hasil (yield) surat utang pemerintah tenor 10 tahun naik 5,9 basis poin, yang menandakan harga instrumen ini sedang turun karena aksi jual. Kekurangan 'darah' dari pasar keuangan, rupiah pun sulit untuk menguat.


TIM RISET CNBC INDONESIA


Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular