
Rupiah Lemah di Kurs Tengah BI & Spot, Karena Gaduh Politik?
Hidayat Setiaji, CNBC Indonesia
26 April 2019 10:44

Oleh karena mata uang Asia mayoritas menguat, sepertinya faktor domestik menjadi pemberat langkah rupiah. Pertama adalah ambil untung alias profit taking. Selama periode 1-18 April, rupiah menguat sampai 1,6%. Sejak awal tahun, apresiasi rupiah masih tinggi yaitu di 2,04%.
Oleh karena itu, risiko koreksi akan selalu membayang rupiah. Investor yang sudah merasa memperoleh cuan yang lumayan tentu tergoda mencairkannya, sehingga rupiah rawan terkena tekanan jual.
Selain itu, investor yang sempat larut dalam euforia Jokowi Effect kini sudah kembali rasional. Meski Joko Widodo (Jokowi) masih berpeluang besar menjadi pemenang Pemilu 2019, tetapi pasar sudah selesai melakukan kalkulasi sehingga dampaknya sudah sangat minim.
Apalagi kemudian Prabowo Subianto beberapa kali mengklaim kemenangannya, yang membuat situasi tensi agak meninggi. Isu kecurangan Pemilu merebak. Jadi, hasil hitungan riil Komisi Pemilihan Umum (KPU) yang diumumkan 22 Mei nanti hampir pasti akan digugat ke Mahkamah Konstitusi (MK).
Ini membuat gaduh politik dalam negeri sepertinya belum akan selesai dalam waktu dekat. Kebisingan yang bisa mempengaruhi kenyamanan investor, sehingga ada rasa ragu untuk masuk ke pasar keuangan Indonesia.
Di pasar saham, investor asing membukukan jual bersih Rp 261,62 miliar yang membuat Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) melemah 0,14% pada pukul 10:30 WIB. Sementara di pasar obligasi, imbal hasil (yield) surat utang pemerintah tenor 10 tahun naik 5,9 basis poin, yang menandakan harga instrumen ini sedang turun karena aksi jual. Kekurangan 'darah' dari pasar keuangan, rupiah pun sulit untuk menguat.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(aji/aji)
Oleh karena itu, risiko koreksi akan selalu membayang rupiah. Investor yang sudah merasa memperoleh cuan yang lumayan tentu tergoda mencairkannya, sehingga rupiah rawan terkena tekanan jual.
Selain itu, investor yang sempat larut dalam euforia Jokowi Effect kini sudah kembali rasional. Meski Joko Widodo (Jokowi) masih berpeluang besar menjadi pemenang Pemilu 2019, tetapi pasar sudah selesai melakukan kalkulasi sehingga dampaknya sudah sangat minim.
Apalagi kemudian Prabowo Subianto beberapa kali mengklaim kemenangannya, yang membuat situasi tensi agak meninggi. Isu kecurangan Pemilu merebak. Jadi, hasil hitungan riil Komisi Pemilihan Umum (KPU) yang diumumkan 22 Mei nanti hampir pasti akan digugat ke Mahkamah Konstitusi (MK).
Ini membuat gaduh politik dalam negeri sepertinya belum akan selesai dalam waktu dekat. Kebisingan yang bisa mempengaruhi kenyamanan investor, sehingga ada rasa ragu untuk masuk ke pasar keuangan Indonesia.
Di pasar saham, investor asing membukukan jual bersih Rp 261,62 miliar yang membuat Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) melemah 0,14% pada pukul 10:30 WIB. Sementara di pasar obligasi, imbal hasil (yield) surat utang pemerintah tenor 10 tahun naik 5,9 basis poin, yang menandakan harga instrumen ini sedang turun karena aksi jual. Kekurangan 'darah' dari pasar keuangan, rupiah pun sulit untuk menguat.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(aji/aji)
Pages
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular