
Terungkap! Ini Alasan Laba BTPN Turun Pasca Merger
Roy Franedya, CNBC Indonesia
25 April 2019 16:24

Jakarta, CNBC Indonesia - Manajemen PT Bank BTPN Tbk (BTPN) angka suara soal penurunan kinerja perusahaan. Pada kuartal I-2019 BTPN mencatatkan laba bersih Rp 506,6 miliar atau turun 5,36% dibandingkan periode yang sama tahun sebelum sebesar Rp 535,28 miliar.
Direktur utama Bank BTPN Ongki Wanajati mengatakan kinerja keuangan kuartal I-2019 belum mencerminkan kinerja keuangan sesungguhnya. Pasalnya, BTPN hanya mencatatkan kinerja bisnis korporasi hanya 2 bulan sementara kinerja bisnis ritel banking 3 bulan.
"Kinerja corporate banking pada awal tahun (Januari) tidak bisa dibukukan karena Bank BTPN hasil merger beroperasi sejak 1 Februari 2019. Kinerja corporate banking satu bulan laginya masuk ke return earning tak bisa diakui sebagai laba," jelas Ongki di Gedung BTPN, Jakarta, Kamis (25/4/2019).
Chief Financial Officer BTPN Melisa Darwis menambahkan penurunan laba karena tertekannya margin perusahaan. Tahun lalu suku bunga acuan naik hingga 175 bps dan BTPN tidak meneruskan ke nasabah.
"Kebanyakan nasabah kami adalah nasabah dengan bunga kredit tetap sehingga menaikkan bunga tidak bisa dilakukan," jelasnya.
Pada kuartal I-2019, BTPN menyalurkan kredit sebesar Rp 139,84 triliun. Angka ini meningkat 114,25% dibandingkan penyaluran kredit kuartal I-2018 sebesar Rp 65,27 triliun. Adapun dana pihak ketiga (DPK) meningkat 55,68% dari Rp 62,98 triliun menjadi Rp 98,05 triliun.
Per 31 Maret 2019, Aset BTPN mencapai Rp 192,15 triliun. Pada periode yang sama tahun lalu aset BTPN Rp 95,82 triliun. Rasio kecukupan modal (CAR) sebesar 23,13%. Adapun rasio LDR mencapai 134%. NPL gross 0,77%.
Bank BTPN merupakan bank hasil merger antara PT Bank Tabungan Pensiunan Nasional Tbk (BTPN) dan PT Bank Sumitomo Mitsui Indonesia (SMBCI) . Bank baru ini baru beroperasi pada awal Februari 2019.
LDR Tembus 134%
Ada yang menarik dari pengumuman kinerja keuangan kuartal I-2019 BTPN. Loan to deposit ratio (LDR) tembus 134% dan margin bunga bersih (NIM) turun dari 11% jadi 6%.
Ongki Wanajati menjelaskan LDR yang tinggi karena pengaruh merger dengan SMBC Indonesia di mana SMBC Indonesia dalam mendanai kredit mengandalkan pinjaman luar negeri ketimbang DPK.
"Tapi hal ini wajar dan tidak membahayakan karena ada induk yang akan menjamin secara likuditas. Hal ini juga menguntungkan korporasi yanh dibiayai karena bunga yang lebih murah," ujar Ongki.
"Kalau dari bisnis ritel kita mengandalkan dana pihak ketiga (DPK) untuk pendanaan kredit. Dari segi LFR masih aman di 89%."
Untuk NIM, Ongki menambahkan penurunan ini juga karena dampak merger. NIM SMBC memang rendah karena bisnis corporate banking tidak mengandalkan selisih bunga tetapi fee base income.
"Kalau ritel banking sangat mengandalkan selisih bunga sehingga NIM lumayan. Kami akan jaga NIM di kisaran itu," jelas Chief Financial Officer BTPN Anna Tantani.
Pada kuartal I-2019 BTPN mencatatkan laba bersih Rp 506,6 miliar atau turun 5,36% dibandingkann naik hingga 175 bps dan BTPN tidak meneruskan ke nasabah.
Saksikan video Bos BTPN Beberkan Rencana Bisnis Pasca-Merger
[Gambas:Video CNBC]
(dob/dob) Next Article Fokus Konsolidasi, Kinerja Bank BTPN Tetap Tumbuh
Direktur utama Bank BTPN Ongki Wanajati mengatakan kinerja keuangan kuartal I-2019 belum mencerminkan kinerja keuangan sesungguhnya. Pasalnya, BTPN hanya mencatatkan kinerja bisnis korporasi hanya 2 bulan sementara kinerja bisnis ritel banking 3 bulan.
"Kinerja corporate banking pada awal tahun (Januari) tidak bisa dibukukan karena Bank BTPN hasil merger beroperasi sejak 1 Februari 2019. Kinerja corporate banking satu bulan laginya masuk ke return earning tak bisa diakui sebagai laba," jelas Ongki di Gedung BTPN, Jakarta, Kamis (25/4/2019).
Pada kuartal I-2019, BTPN menyalurkan kredit sebesar Rp 139,84 triliun. Angka ini meningkat 114,25% dibandingkan penyaluran kredit kuartal I-2018 sebesar Rp 65,27 triliun. Adapun dana pihak ketiga (DPK) meningkat 55,68% dari Rp 62,98 triliun menjadi Rp 98,05 triliun.
Per 31 Maret 2019, Aset BTPN mencapai Rp 192,15 triliun. Pada periode yang sama tahun lalu aset BTPN Rp 95,82 triliun. Rasio kecukupan modal (CAR) sebesar 23,13%. Adapun rasio LDR mencapai 134%. NPL gross 0,77%.
Bank BTPN merupakan bank hasil merger antara PT Bank Tabungan Pensiunan Nasional Tbk (BTPN) dan PT Bank Sumitomo Mitsui Indonesia (SMBCI) . Bank baru ini baru beroperasi pada awal Februari 2019.
LDR Tembus 134%
Ada yang menarik dari pengumuman kinerja keuangan kuartal I-2019 BTPN. Loan to deposit ratio (LDR) tembus 134% dan margin bunga bersih (NIM) turun dari 11% jadi 6%.
Ongki Wanajati menjelaskan LDR yang tinggi karena pengaruh merger dengan SMBC Indonesia di mana SMBC Indonesia dalam mendanai kredit mengandalkan pinjaman luar negeri ketimbang DPK.
"Tapi hal ini wajar dan tidak membahayakan karena ada induk yang akan menjamin secara likuditas. Hal ini juga menguntungkan korporasi yanh dibiayai karena bunga yang lebih murah," ujar Ongki.
"Kalau dari bisnis ritel kita mengandalkan dana pihak ketiga (DPK) untuk pendanaan kredit. Dari segi LFR masih aman di 89%."
Untuk NIM, Ongki menambahkan penurunan ini juga karena dampak merger. NIM SMBC memang rendah karena bisnis corporate banking tidak mengandalkan selisih bunga tetapi fee base income.
"Kalau ritel banking sangat mengandalkan selisih bunga sehingga NIM lumayan. Kami akan jaga NIM di kisaran itu," jelas Chief Financial Officer BTPN Anna Tantani.
Pada kuartal I-2019 BTPN mencatatkan laba bersih Rp 506,6 miliar atau turun 5,36% dibandingkann naik hingga 175 bps dan BTPN tidak meneruskan ke nasabah.
Saksikan video Bos BTPN Beberkan Rencana Bisnis Pasca-Merger
[Gambas:Video CNBC]
(dob/dob) Next Article Fokus Konsolidasi, Kinerja Bank BTPN Tetap Tumbuh
Most Popular