Rupiah Jangan Sedih, Ada Banyak Teman untuk Meratap Bersama

Taufan Adharsyah, CNBC Indonesia
24 April 2019 17:30
Rupiah Jangan Sedih, Ada Banyak Teman untuk Meratap Bersama
Foto: Ilustrasi Rupiah dan Dolar (CNBC Indonesia/Andrean Kristianto)
Jakarta, CNBC Indonesia - Hingga penutupan pasar spot, Rabu (24/4/2019), mata uang kebanggaan rakyat Indonesia, rupiah, harus rela bertekuk lutut di hadapan kedigdayaan dolar Amerika Serikat (AS). 

Dibuka melemah 0,11% ke posisi Rp 14.085/US$ pagi hari tadi, rupiah menyelam semakin dalam hingga ditutup dengan koreksi sebesar 0,14% di level Rp 14.090 pukul 16:00 WIB.

Namun, setidaknya hari ini rupiah punya banyak teman untuk meratapi kekalahannya bersama. Pasalnya, hampir seluruh mata uang Asia merah pekat hari ini.

Hanya trio yuan China, yen Jepang, dan dolar Taiwan yang mampu melawan dolar AS hari ini.



Mau bagaimanapun juga, dolar memang sedang perkasa hari ini. Hingga pukul 15:30 WIB, nilai Dollar Index (DXY) yang menggambarkan posisi greenback relatif terhadap enam mata uang utama dunia menguat 0,02% ke posisi 97,65. Bahkan itu hampir menyentuh titik tertinggi sejak Juni 2017. Jelas saja dolar AS mampu melibas hampir semua mata uang Asia.

Penyebabnya adalah investor yang hari ini agak takut untuk berinvestasi pada aset-aset berisiko akibat potensi perang dagang baru, antara AS dengan Uni Eropa kian meruncing.


Presiden AS Donald Trump sudah dengan jelas dan gamblang menyatakan keresahannya kepada Uni Eropa karena laba pabrikan motor Harley Davidson yang anjlok hampir 27% di kuartal I-2019.

Dalam tulisan yang dipublikasikan melalui akun Twitter pribadinya, Trump mengatakan bahwa kesulitan yang dialami Harley Davidson akibat bea impor sebesar 31% yang diterapkan oleh Uni Eropa. Dirinya juga kecewa dengan rencana Uni Eropa yang akan meningkatkan bea impor tersebut menjadi 66% pada 2021 mendatang.

Sebelumnya, pabrikan motor gede tersebut mengatakan bahwa terjadi penurunan laba akibat tiga faktor utama, yaitu:
  • Penurunan permintaan
  • Biaya impor bahan baku yang tinggi (ini karena AS sendiri yang memberi bea impor)
  • Bea impor yang dibebankan Uni Eropa terhadap produk Harley

"Sangat tidak adil bagi AS. Kami akan membalas!" tegas Trump.

Beberapa waktu lalu Trump juga telah mengungkapkan rencananya untuk memberlakukan bea masuk bagi produk-produk asal Uni Eropa yang senilai US$ 11 miliar.

Rencana tersebut muncul setelah Trump menuding bahwa Uni Eropa memberikan subsidi yang berlebih kepada perusahaan pesawat asal Perancis, Airbus. Ia menilai hal tersebut merupakan praktik persaingan tidak sehat.


Kalau sudah begini, skenario saling lempar tarif impor antara AS-Uni Eropa menjadi sangat mungkin. Seperti yang sudah terjadi antara AS-China tahun lalu.

Dalam kondisi yang serba tak pasti seperti ini, investor cenderung memilih safe haven sebagai pelarian investasi. Kali ini dolar AS menjadi pilihan primadona.

BERLANJUT KE HALAMAN 2

Investor memilih dolar AS bukan tanpa alasan. Data-data ekonomi AS yang dirilis baru baru ini terbilang kinclong.
Selasa Kemarin (23/4/2019), penjualan rumah baru periode Maret 2019 diumumkan mencapai angka 692.000 unit (annualized), level tertinggi sejak November 2017.
Tak hanya itu, penjualan barang-barang eceran di AS periode Maret 2019 juga naik sebesar 1,6% secara bulanan. Peningkatan tersebut merupakan yang tertinggi sejak September 2017, dan juga jauh membaik dibanding bulan Februari yang mana terjadi kontraksi 0,2%. Pertumbuhan penjualan ritel yang dibacakan juga melampaui konsensus yang hanya 0,9%, seperti yang dilansir dari Forex Factory.
Jika dicermati lebih dalam, penjualan barang-barang ritel inti (tidak termasuk penjualan mobil) AS pada bulan Maret 2019 mengalami ekspansi 1,2% dibanding bulan sebelumnya. Jauh lebih baik daripada capaian bulan Februari yang turun 0,2% dan mengalahkan konsensus yang memperkirakan pertumbuhan 0,7%.



Pamungkasnya, klaim tunjangan pengangguran untuk minggu yang berakhir pada 13 April 2019 juga dibacakan sebesar 192.000 atau turun 5.000 dibanding pekan sebelumnya. Bahkan jauh lebih kecil dibanding prediksi konsensus yang sebesar 207.000, mengutip Forex Factory.
Melihat fakta-fakta tersebut, siapapun juga akan sadar bahwa perekonomian Negeri Paman Sam masih sehat dan kuat. Kemungkinan bagi Bank Sentral AS, The Fed untuk memangkas suku bunga semakin surut.
Tatkala suku bunga tak dipangkas, maka keperkasaan dolar bisa dipertahankan. Risiko depresiasi nilai aset yang berbasis dolar pun menipis.

Akan tetapi setidaknya masih ada sentimen yang mampu menahan pelemahan sehingga tak tenggelam lebih dalam.


BERLANJUT KE HALAMAN 3


Perwakilan Dagang AS, Robert Lightizer dan Menteri Keuangan AS, Steven Mnuchin akan kembali terbang ke Beijing pada 30 April 2019 nanti, seperti yang ditulis siaran pers tertulis yang dirilis oleh Gedung Putih, Selasa (23/4/2019) waktu setempat.
Artinya delegasi AS-China sekali lagi akan bertatap muka untuk menyelesaikan permasalahan dagang antara keduanya.
"Materi pembicaraan pekan depan akan mencakup isu-isu perdagangan termasuk hak kekayaan intelektual, alih teknologi paksa, halangan non-tarif, pertanian, jasa, pembelian, dan penegakan hukum," menurut pernyataan itu.
 
Topik pembicaraannya memang masih tak berubah dengan dialog sebelumnya. Masih itu-itu saja. Artinya memang masalah itu cukup alot untuk mencapai kesepakatan.



Sudah lama diketahui bahwa AS memang bersikukuh menginginkan China untuk mengubah praktik dagang yang dinilai tidak adil. Salah satunya adalah kewajiban perusahaan AS untuk mengalihkan teknologi dan rahasia dagang kepada perusahaan lokal agar dapat berbisnis di China.
 
Akan tetapi secara umum itikad keduanya masih positif. Masih ingin berdiskusi demi mencapai damai dagang yang hakiki.
 
China juga sudah berulang kali menegaskan komitmennya untuk melindungi kekayaan intelektual pihak asing di dalam negeri.
 
Bahkan tak berhenti sampai di situ. Gedung Putih juga sudah menuliskan agenda dialog dagang pada 8 Mei 2019 mendatang, yaitu kedatangan Wakil Perdana Menteri China, Liu He ke Washington.
 
Dengan begini, investor setidaknya masih bisa yakin damai dagang AS-China hanyalah menunggu waktu. Daya tarik investasi di pasar-pasar keuangan negara berkembang masih dapat ditahan sehingga tidak hilang sama sekali.


TIM RISET CNBC INDONESIA



(taa/prm) Next Article Keren! Penguatan Rupiah Nomor Wahid di Dunia

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular