Top! Seharian Tak Sentuh Zona Merah, IHSG Nomor 1 di Asia

Anthony Kevin, CNBC Indonesia
23 April 2019 16:39
Dibebani Aksi Jual Investor Asing
Foto: Ilustrasi Bursa Efek Indonesia (CNBC Indonesia/Andrean Kristianto)
Sayang, aksi jual yang dilakukan investor asing membatasi penguatan IHSG. Hingga akhir perdagangan, investor asing membukukan jual bersih senilai Rp 138,7 miliar di pasar saham tanah air.

Pelemahan rupiah memaksa investor asing untuk hengkang dari pasar saham Indonesia. Ketika rupiah melemah, investor asing berpotensi menderita kerugian kurs sehingga aksi jual di pasar saham pun mereka lakukan.

Walaupun ditutup flat pada perdagangan hari ini di level Rp 14.070/dolar AS, rupiah cenderung diperdagangkan melemah sepanjang hari ini. Titik terlemah rupiah pada hari ini berada di level Rp 14.085/dolar AS (melemah 0,11% dibandingkan penutupan perdagangan hari Senin, 22/4/2019).

Memudarnya ekspektasi bahwa The Federal Reserve/The Fed selaku bank sentral AS akan memangkas tingkat suku bunga acuan pada tahun ini menjadi bensin yang membuat dolar AS mampu menaklukkan rupiah.

Mengutip situs resmi CME Group yang merupakan pengelola bursa derivatif terkemuka di dunia, berdasarkan harga kontrak Fed Fund futures per 23 April 2019, probabilitas bahwa The Fed akan memangkas tingkat suku bunga acuan sebesar 25 bps pada tahun ini adalah sebesar 36,9%, turun dari posisi sehari sebelumnya yang sebesar 38,1%. Jika dibandingkan dengan posisi bulan lalu yang sebesar 38,8%, maka penurunannya lebih besar lagi.

Sementara itu, probabilitas bahwa The Fed akan memangkas tingkat suku bunga acuan sebesar 50 bps turun menjadi 10,1% dari posisi sehari sebelumnya yang sebesar 10,8%. Sebulan yang lalu, probabilitasnya berada di angka 13,1%.

Kinclongnya data-data ekonomi yang dirilis di AS memberikan persepsi kepada investor bahwa belum ada urgensi bagi The Fed untuk memangkas tingkat suku bunga acuan. Praktis, dolar AS mendapatkan suntikan energi melawan rupiah.

Selain itu, kinerja rupiah juga tertekan oleh kenaikan harga minyak mentah dunia. Hingga sore hari, harga minyak WTI kontrak pengiriman bulan Mei menguat 0,75% ke level US$ 66,04/barel, sementara brent kontrak pengiriman bulan Juni naik 0,62% ke level US$ 74,5/barel.

Kala harga minyak menguat, ada kemungkinan bahwa defisit transaksi berjalan/Current Account Deficit (CAD) akan melebar, mengingat status Indonesia sebagai net importir minyak mentah.

Jika berbicara mengenai rupiah, transaksi berjalan memang merupakan hal yang sangat penting lantaran menggambarkan pasokan devisa yang tidak mudah berubah (dari aktivitas ekspor-impor barang dan jasa). Hal ini berbeda dengan pos transaksi modal dan finansial yang bisa cepat berubah karena datang dari aliran modal portfolio atau yang biasa disebut sebagai hot money.

TIM RISET CNBC INDONESIA (ank/hps)

Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular