Petrosea Siapkan Capex Rp 2,4 T, Dananya dari Mana?

Monica Wareza, CNBC Indonesia
23 April 2019 09:07
PTRO tahun ini menganggarkan belanja modal atau capital expenditure (capex) senilai US$ 175 juta.
Foto: dok Indika
Jakarta, CNBC Indonesia - Emiten jasa pertambangan PT Petrosea Tbk (PTRO) menganggarkan belanja modal atau capital expenditure (capex) tahun ini senilai US$ 175 juta atau setara dengan Rp 2,46 triliun (asumsi kurs Rp 14.100/US$).

Mayoritas dari dana tersebut akan digunakan untuk penambahan alat produksi baru untuk meningkatkan kapasitas produksi perusahaan di tahun ini.

Direktur Petrosea Romi Novan Indrawan mengatakan tingkat utilisasi perusahaan di tahun lalu mencapai 100% sehingga perusahaan menilai perlu melakukan penambahan alat produksi untuk meningkatkan kapasitas produksi.

"Penambahan alat ini untuk rencana kita untuk mendapatkan tambahan volume produksi dari yang ada sekarang," kata Romi di Balai Kartini, Jakarta, Senin (22/4).


Secara lebih rinci, dia menjelaskan bahwa dana tersebut senilai US$ 100 juta akan digunakan untuk penambahan delapan fleet alat berat, terdiri dari delapan eskavator dan 7-10 dump truck/eskavator.

Kemudian senilai US$ 30 juta akan digunakan untuk perbaikan peralatan yang sudah ada. Sisanya senilai US$ 45 juta digunakan untuk pembelian komponen alat berat.

Capex ini sebagian besar berasal dari kas internal perusahaan, sedangkan senilai US$ 60 juta akan berasal dari pinjaman dua bank.

Dia menjelaskan, saat ini kapasitas overburden removal (bisnis pemindahan batuan penutup batu bara) perusahaan mencapai 40 juta bank cubic meter (bcm) dan utilisasinya sudah mencapai 100%.

Untuk itu , tahun ini, anak usaha PT Indika Energy Tbk (INDY) akan menambah kapasitas dengan penambahan alat baru.

Hingga akhir Desember 2018 lalu, backlog (nilai kontrak di tangan) perusahaan mencapai US$ 919,6 juta, terdiri dari pertambangan senilai US$ 696 juta, dari engineering senilai US$ 169 juta dan offshore senilai US$ 53 juta.

Tahun ini target yang dipatok untuk perolehan kontrak baru senilai 30% dari total backlog di akhir 2018. Kontrak paling besar diperkirakan masih akan berasal dari kontrak pertambangan dari engineering.

Kinerja Kuartal Pertama
Hingga akhir Maret lalu, perusahaan sudah mengantongi perolehan kontrak baru senilai US$ 27 juta. Mayoritas berasal dari pembaharuan kontrak dari konsumen yang sudah ada saat ini.

Tingkat overburden di periode tersebut baru mencapai 28,6 juta bcm sedangkan untuk batu bara mencapai 7,1 juta bcm.

Direkttur Utama Petrosea Hanifa Indradjaya mengatakan kinerja produksi di kuartal pertama selalu rendah tiap tahun, terutama disebabkan oleh tingginya curah hujan yang bisa bertahan hingga April yang mempengaruhi pekerjaan lapangan.

"Produksi kuartal pertama lebih rendah dari rata-rata sepanjang tahun karena biasanya hujan itu Januari-Maret, kadang sampai April jadi lower dibanding kuartal lain. Tapi kuartal pertama tahun ini lebih baik dari kuartal pertama tahun lalu," jelas dia.


(tas) Next Article 2019, Indika Energy Siapkan Capex US$ 315 Juta

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular