Jokowi Effect Mulai Mereda, Apa Sentimen Terkuat Pekan Depan?

Taufan Adharsyah, CNBC Indonesia
21 April 2019 12:47
Damai Dagang AS-China Belum Usai, Perang Dagang Baru Muncul
Foto: Menteri Keuangan AS Steven Mnuchin menyaksikan Perwakilan Dagang AS Robert Lighthizer (kiri) berjabat tangan dengan Wakil Perdana Menteri Cina dan ketua perunding perdagangan Liu He (kanan) ketika mereka tiba untuk sesi pembukaan negosiasi perdagangan di Diaoyutai State Guesthouse di Beijing, Kamis, (14/2/2019). (Mark Schiefelbein / Pool via REUTERS)
Selain itu pelaku pasar juga patut untuk mengikuti perkembangan dari jalan panjang damai dagang AS-China.

Setelah dialog tatap muka terakhir antara Wakil Perdana Menteri China, Liu He dan perwakilan dagang AS, Robert Lighthizer, kedua negara masih aktif bernegosiasi. Meskipun dari jarak jauh.

Tapi sejauh ini auranya masih positif. Pada Kamis lalu, juru bicara Kementerian Perdagangan China, Gao Feng mengatakan ada progres baru pada negosiasi kedua negara. Meskipun belakangan dirinya mengatakan masih ada hal yang perlu dikerjakan.

Kini pelaku pasar masih menantikan pengumuman pertemuan antara Presiden AS Donald Trump dengan Presiden China Xi Jinping.

Kabar pertemuan kedua kepala negara sebenarnya sudah digaungkan sejak lama, namun belum ada tanggal pasti kapan akan dilangsungkan. Resor pribadi Trump, Mar-A-Lago di Florida sempat dikabarkan akan menjadi tempat pertemuan tersebut.

Bila ada kemajuan baru yang diumumkan pekan depan, maka pelaku pasar kemungkinan akan bersuka cita. Jelas saja.

Hubungan dagang dua raksasa ekonomi dunia adalah hal yang telah dinanti sejak lama. Sebab dapat memperlancar aliran rantai pasokan seluruh dunia.

Ekonomi global yang telah terlihat melambat selama ini bisa kembali melaju kencang. Alhasil risiko investasi pun berkurang.

Akan tetapi tak semuanya indah. Satu risiko bisa hilang, yang lain datang. Potensi perang dagang baru antara AS-Eropa makin meruncing.

Kamis pekan lalu, Uni Eropa merilis daftar produk AS senilai US$ 20 miliar yang berpotensi dikenakan bea impor. Produk-produk AS yang bisa terkena bea masuk di antaranya adalah pesawat terbang, helikopter, produk kimia, ikan beku, jeruk sitrus, saus sambal, tembakau, koper, traktor, hingga konsol video game

Aksi tersebut merupakan respons atas tindakan serupa yang dilakukan oleh Negeri Paman Sam. Sebelumnya AS telah berencana memberlakukan bea impor pada produk Uni Eropa senilai US$ 11 miliar.

Potensi perang dagang tersebut muncul setelah Trump menuding Uni Eropa atas dugaan pemberian subsidi yang melebihi batas kepada perusahaan produsen pesawat, Airbus. Dirinya menilai subsidi tersebut merupakan praktik persaingan tidak sehat.

Simak Sentimen yang Pengaruhi Pasar Pekan DepanFoto: Presiden AS Donald Trump berbicara dengan Wakil Perdana Menteri China Liu He di Kantor Oval Gedung Putih di Washington, AS, 4 April 2019. REUTERS / Jonathan Ernst

"Organisasi Perdagangan Dunia (WTO) menemukan bahwa Uni Eropa memberikan subsidi kepada Airbus yang kemudian mempengaruhi AS. Kami akan menerapkan bea masuk kepada (impor) produk Uni Eropa senilai US$ 11 miliar. Uni Eropa sudah mengambil keuntungan dari perdagangan dengan AS selama bertahun-tahun. Ini akan segera berakhir!” tulis trump melalui akun Twitter pribadinya, Selasa (9/4/2019).

Bila pekan depan hubungan AS-Eropa makin panas, maka gairah investor untuk masuk ke pasar akan terhambat.

Terlebih Uni Eropa merupakan salah satu kekuatan terbesar ekonomi dunia. Bila sampai benar perang dagang antara keduanya pecah, ekonomi AS bisa-bisa makin terpuruk.

BERLANJUT KE HALAMAN BERIKUTNYA>>
 
(taa/tas)
Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular