Dua Pukulan Telak yang Bikin Euro Rontok 0,6%

Putu Agus Pransuamitra, CNBC Indonesia
19 April 2019 11:08
Mata uang euro kalah telak lawan dolar Amerika Serikat (AS) pada perdagangan Kamis (18/4/19) kemarin akibat dua pukulan dari internal dan eksternal.
Foto: Mata Uang Euro. (REUTERS/Lee Jae-Won)
Jakarta, CNBC Indonesia - Mata uang euro kalah telak lawan dolar Amerika Serikat (AS) pada perdagangan Kamis (18/4/19) kemarin akibat dua pukulan dari internal dan eksternal.

Euro mengakhiri perdagangan Kamis di level US$ 1,1230 atau melemah sekitar 0,6% dan menjadi penurunan harian terbesar dalam hampir 1 bulan terakhir. Sementara Jumat (19/4/19) pukul 9:45 WIB, euro ditransaksikan di kisaran US$ 1,1236, melansir kuotasi MetaTrader 5.


Dari internal, rilis data aktivitas bisnis Zona Euro yang memburuk membuat tanda-tanda pelambatan ekonomi di blok 19 negara tersebut semakin terlihat.

Data yang dirilis oleh institusi Markit tersebut menunjukkan kontraksi yang masih dalam di bisnis manufaktur, sementara ekspansi bisnis jasa menunjukkan pelambatan. Markit mengukur data itu dengan melakukan survei aktivitas purchasing manager yang disebut purchasing managers index (PMI).

Indeks PMI menggunakan angka 50 sebagai ambang batas. Jika angka dirilis di bawah 50 menunjukkan kontraksi atau memburuknya aktivitas bisnis. Sementara di atas 50 menunjukkan peningkatan aktivitas atau ekspansi.



Grafik di atas menunjukkan kontraksi (di bawah 50) sektor manufaktur yang dialami Jerman dan Prancis sebagai motor utama penggerak ekonomi di Eropa. Kontraksi di kedua negara tersebut merembet ke negara-negara Zona Euro lainnya, yang menunjukkam aktivitas manufaktur PMI sebesar 47,8.



Grafik sektor jasa di atas menunjukkan Prancis kembali berekspansi di bulan April (50,5) dan Jerman juga mengalami peningkatan ekspansi menjadi 55,6. Namun justru dilihat Zona Euro secara keseluruhan ekspansi melambat cukup tajam menjadi 52,5 dari sebelumnya 53,3.

Rilis data ini memberikan pukulan bagi euro, padahal sebelumnya data dari institusi ZEW menunjukkan pebisnis di Jerman untuk pertama kali dalam 13 bulan terakhir menunjukkan sikap optimis terhadap kondisi ekonomi. Begitu juga di para pelaku pasar di Zona Euro yanhg optimis untuk pertama kali dalam 11 bulan terakhir.


Dari eksternal, AS yang melaporkan lonjakan penjualan ritel membuat dolar AS mendapat momentum penguatan. Departemen Perdagangan AS merilis data penjualan ritel sebesar 1,6% dari bulan sebelumnya yang turun 0,2%. Kenaikan di bulan Maret tersebut menjadi yang terbesar sejak September 2017.

Sementara penjualan ritel inti, yang tidak memasukkan sektor otomotif dalam perhitungan, dilaporkan naik 1,2% setelah mengalami penurunan 0,2% di bulan Februari.

Pukulan dari internal dan eksternal tersebut membuat euro berpeluang melanjutkan pelemahan pada hari ini, apalagi tanpa rilis data ekonomi penting lagi dari Zona Euro, dan banyak negara yang pasarnya libur merayakan Jumat Agung.

TIM RISET CNBC INDONESIA


(prm) Next Article China Tunda Kenaikan Tarif Otomotif AS, Euro Menguat

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular