
Jokowi Menang Versi Quick Count, Harga Obligasi RI akan Reli
Irvin Avriano Arief, CNBC Indonesia
17 April 2019 20:15

Jakarta, CNBC Indonesia - Harga obligasi rupiah pemerintah diprediksi akan melanjutkan penguatan didukung kombinasi hitungan sementara pilpres dan data makroekonomi yang mendukung.
Hingga malam ini, mayoritas lembaga survey menunjukkan kubu petahana atau pasangan nomor urut 01 (Joko Widodo-Ma'ruf Amin) unggul sementara berdasarkan hasil hitung cepat dari hampir seluruh lembaga survey.
Ini artinya masa pemerintahan Joko Widodo akan berlanjut. Selain itu data makroekonomi domestik yang ditunjukkan oleh membaiknya data cadangan devisa valas dan neraca perdagangan di awal pekan ini.
Sementara itu, harga efek utang pemerintah denominasi rupiah mulai berbalik menguat pada Senin, setelah hampir sepekan penuh mengalami koreksi.
"Persepsi pasar berpotensi positif untuk pasar obligasi yang didasari hitungan sementara dari mayoritas lembaga survey," ujar seorang analis obligasi dari sebuah sekuritas malam ini (17/4/19).
Menurut dia, surplusnya neraca perdagangan Indonesia dan data kenaikan cadangan devisa dapat memperbaiki data defisit neraca berjalan (current account deficit/CAD) kuartal I-2019 yang akan diumumkan pada awal Mei.
Saat ini, CAD menjadi salah satu indikator utama makroekonomi Indonesia yang sedang menjadi perhatian investor global. Merujuk data Refinitiv, menguatnya harga surat berharga negara (SBN) pada awal pekan ini tercermin dari empat seri acuan (benchmark) yang sekaligus menurunkan tingkat imbal hasilnya (yield).
Pergerakan harga dan yield obligasi saling bertolak belakang di pasar sekunder. Yield juga lebih umum dijadikan acuan transaksi obligasi dibanding harga karena mencerminkan kupon, tenor, dan risiko dalam satu angka.
Keempat seri yang menjadi acuan itu adalah FR0077 bertenor 5 tahun, FR0078 bertenor 10 tahun, FR0068 bertenor 15 tahun, dan FR0079 bertenor 20 tahun. Besaran 100 bps setara dengan 1%.
Sumber: Refinitiv
Meskipun demikian, nilai arus dana investor asing ke pasar surat berharga negara (SBN) menurun menjelang hari pemilihan yaitu Rp 59,89 triliun pada 15 April sejak awal tahun ini dari Rp73,87 triliun pada akhir Mei.
Defisit tersebut juga terlihat sejak 2 pekan yang lalu ketika masih tercatat adanya selisih negatif dana asing yang keluar dari pasar, yaitu senilai Rp 10,37 triliun.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(irv/hps) Next Article Laris Manis! RI Sukses Jual Surat Utang dalam Dolar dan Euro
Hingga malam ini, mayoritas lembaga survey menunjukkan kubu petahana atau pasangan nomor urut 01 (Joko Widodo-Ma'ruf Amin) unggul sementara berdasarkan hasil hitung cepat dari hampir seluruh lembaga survey.
Ini artinya masa pemerintahan Joko Widodo akan berlanjut. Selain itu data makroekonomi domestik yang ditunjukkan oleh membaiknya data cadangan devisa valas dan neraca perdagangan di awal pekan ini.
Sementara itu, harga efek utang pemerintah denominasi rupiah mulai berbalik menguat pada Senin, setelah hampir sepekan penuh mengalami koreksi.
Menurut dia, surplusnya neraca perdagangan Indonesia dan data kenaikan cadangan devisa dapat memperbaiki data defisit neraca berjalan (current account deficit/CAD) kuartal I-2019 yang akan diumumkan pada awal Mei.
Saat ini, CAD menjadi salah satu indikator utama makroekonomi Indonesia yang sedang menjadi perhatian investor global. Merujuk data Refinitiv, menguatnya harga surat berharga negara (SBN) pada awal pekan ini tercermin dari empat seri acuan (benchmark) yang sekaligus menurunkan tingkat imbal hasilnya (yield).
Pergerakan harga dan yield obligasi saling bertolak belakang di pasar sekunder. Yield juga lebih umum dijadikan acuan transaksi obligasi dibanding harga karena mencerminkan kupon, tenor, dan risiko dalam satu angka.
Keempat seri yang menjadi acuan itu adalah FR0077 bertenor 5 tahun, FR0078 bertenor 10 tahun, FR0068 bertenor 15 tahun, dan FR0079 bertenor 20 tahun. Besaran 100 bps setara dengan 1%.
Tanggal | FR0078 | Arus dana asing YTD (Rp tr) |
29-Mar-19 | 7.665 | 73.87 |
1-Apr-19 | 7.604 | 70.42 |
2-Apr-19 | 7.604 | 70.26 |
4-Apr-19 | 7.588 | 71.84 |
5-Apr-19 | 7.563 | 72.75 |
8-Apr-19 | 7.579 | 72.78 |
9-Apr-19 | 7.656 | 72.22 |
10-Apr-19 | 7.668 | 71.14 |
11-Apr-19 | 7.67 | 74.16 |
12-Apr-19 | 7.685 | 75.15 |
15-Apr-19 | 7.664 | 59.89 |
16-Apr-19 | 7.629 |
Meskipun demikian, nilai arus dana investor asing ke pasar surat berharga negara (SBN) menurun menjelang hari pemilihan yaitu Rp 59,89 triliun pada 15 April sejak awal tahun ini dari Rp73,87 triliun pada akhir Mei.
Defisit tersebut juga terlihat sejak 2 pekan yang lalu ketika masih tercatat adanya selisih negatif dana asing yang keluar dari pasar, yaitu senilai Rp 10,37 triliun.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(irv/hps) Next Article Laris Manis! RI Sukses Jual Surat Utang dalam Dolar dan Euro
Most Popular