Pemilu 2019

Jokowi Unggul Quick Count, 2 Sektor Ini Siap Berikan Cuan

Anthony Kevin, CNBC Indonesia
17 April 2019 19:04
Jokowi Unggul Quick Count, 2 Sektor Ini Siap Berikan Cuan
Foto: CNBC Indonesia/Muhammad Sabki
Jakarta, CNBC Indonesia - Pesta politik terbesar di tanah air sudah selesai digelar. Pada hari ini, untuk pertama kalinya dalam sejarah, pemilihan presiden dan para anggota legislatif akan dilakukan serentak.

Pada pemilu 2019, akan dipilih sepasang presiden dan wakil presiden, 575 anggota DPR RI, 136 anggota DPD, 2.207 anggota DPR Provinsi, dan 17.610 anggota DPRD Kota/Kabupaten.

Jika berkaca kepada sejarah, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) selalu memberikan imbal hasil yang menggiurkan di tahun pemilu, dengan catatan bahwa hasil pemilihan presiden sesuai dengan proyeksi dari mayoritas lembaga survei.

Pada tahun 2004, IHSG melejit hingga 44,6%. Kala itu, pasangan Susilo Bambang Yudhoyono (SBY)-Muhammad Jusuf Kalla memenangkan pertarungan melawan Megawati Soekarnoputri-Hasyim Muzadi (putaran 2).

Pada tahun 2009, IHSG meroket hingga 87%. Pada pertarungan tahun 2009, SBY berhasil mempertahankan posisi RI-1, namun dengan wakil yang berbeda. Ia didampingi oleh Boediono yang sebelumnya menjabat Gubernur Bank Indonesia (BI). SBY-Boediono berhasil mengalahkan 2 pasangan calon yakni Megawati Soekarnoputri-Prabowo Subianto dan Jusuf Kalla-Wiranto.

Beralih ke tahun 2014, mantan Gubernur DKI Jakarta Joko Widodo berhasil menempati tahta kepemimpinan tertinggi di Indonesia dengan menggandeng Jusuf Kalla sebagai wakilnya. Pada saat itu, IHSG melejit 22,3%.

Untuk pemilihan presiden edisi 2019, mayoritas lembaga survei menjagokan pasangan calon nomor urut 01 Joko Widodo-Ma'ruf Amin ketimbang pasangan calon nomor urut 02 Prabowo Subianto-Sandiaga Uno.

Lembaga Indikator Politik Indonesia belum lama ini merilis survei terbaru soal tingkat elektabilitas antara calon presiden dan wakil presiden nomor urut 01 Joko Widodo-Ma'ruf Amin dan nomor urut 02 Prabowo Subianto-Sandiaga Uno.

Hasilnya, Joko Widodo-Ma'ruf Amin masih unggul dengan persentase pemilih 55,4%, sementara Prabowo Subianto-Sandiaga Uno sebesar 37,4%.

"Responden yang menjawab tidak tahu atau belum menentukan pilihan (undecided) sebanyak 7,2 persen," tulis hasil survei Indikator Politik Indonesia, dikutip CNBC Indonesia, Rabu (3/4/2019).

Dilansir dari pemberitaan Detik News tertanggal 12 April, survei dari Saiful Mujani Research and Consulting (SMRC) menemukan bahwa pasangan Joko Widodo-Ma'ruf Amin unggul 19,8% dibanding Prabowo Subianto-Sandiaga Uno menjelang pencoblosan pada 17 April mendatang.

Survei tersebut dilakukan pada 5-8 April 2019 menggunakan metode stratified multistage random sampling dengan 2.285 responden dari seluruh provinsi di Indonesia.

"Dengan pengukuran langsung dengan pertanyaan seandainya pilpres dilakukan sekarang, maka pasangan Jokowi-Ma'ruf mendapat dukungan sebesar 56,8 persen, lalu Prabowo-Sandiaga sebesar 37 persen, yang belum memilih 6,3 persen," ujar Direktur Riset SMRC Deni Irvani pada hari Jumat (12/4/2019), dikutip dari Detik News.

Kemudian, Charta Politika juga memprediksi kemenangan pasangan Joko Widodo-Ma'ruf Amin dalam gelaran pilpres tahun ini.

"Sama seperti di tanggal 8 Juli 2014 lalu, Charta Politika berani membuat prediksi bahwa Jokowi akan memenangkan pilpres dengan rentang 4-8%," ujar Direktur Eksekutif Charta Politika Yunarto Wijaya dalam keterangannya, Sabtu (13/4/2019), seperti dikutip dari Detik News.
Bak gayung bersambut, hasil hitung cepat sejauh ini memang menempatkan Joko Widodo-Ma'ruf Amin sebagai pemenang. Hingga berita ini diturunkan, suara yang masuk ke berbagai lembaga hitung cepat sudah menyentuh setidaknya angka 80%.

Hasil hitung cepat dari Litbang Kompas misalnya, sudah menerima sebanyak 80,1% suara masuk dengan 54,19% suara jatuh ke pasangan Joko Widodo-Ma'ruf Amin. Kemudian, hitung cepat dari Indo Barometer (82,9% suara masuk) menunjukkan bahwa sebanyak 53,6% suara jatuh ke Jokowi selaku petahana.

Lantas, besar kemungkinan IHSG akan melesat di sisa tahun ini. Pasalnya, imbal hasil IHSG sepanjang tahun ini (hingga penutupan perdagangan hari Selasa, 16/4/2019) baru sebesar 4,63%, menyisakan upside yang begitu besar jika berkaca kepada performa IHSG di tahun-tahun pemilu sebelumnya.

Bagi yang ingin masuk ke pasar saham tanah air, ada 2 sektor saham yang patut dicermati yakni barang konsumsi dan jasa keuangan.

Secara fundamental, kedua sektor ini memang sedang berada dalam posisi yang oke. Berdasarkan Survei Penjualan Eceran (SPE) yang dirilis Bank Indonesia (BI) belum lama ini, penjualan barang-barang ritel diketahui melesat hingga 9,1% secara tahunan pada Februari 2019, mengalahkan capaian periode yang sama tahun sebelumnya yakni pertumbuhan sebesar 1,5%.

Lebih lanjut, angka sementara untuk pertumbuhan penjualan barang-barang ritel periode Maret 2019 adalah sebesar 8%, juga jauh mengalahkan capaian periode yang sama tahun sebelumnya yang sebesar 2,5%.

Lantas, sepanjang 3 bulan pertama tahun ini pertumbuhan penjualan barang-barang ritel selalu berhasil mengalahkan capaian periode yang sama tahun sebelumnya. Untuk periode Januari 2019, penjualan barang-barang ritel tumbuh sebesar 7,2%, lebih baik dari capaian Januari 2018 yakni kontraksi sebesar 1,8%.

Pesatnya pertumbuhan penjualan barang-barang ritel menunjukkan bahwa daya beli masyarakat Indonesia sedang berada dalam posisi yang kuat, sehingga emiten-emiten yang bergerak di sektor barang konsumsi berpotensi diuntungkan.

Berbicara mengenai sektor jasa keuangan, perlu diingat bahwa lebih dari 50% perekonomian Indonesia dibentuk oleh konsumsi rumah tangga. Lantas, ketika konsumsi rumah tangga melaju pesat, di mana hal tersebut sudah diindikasikan oleh pesatnya pertumbuhan penjualan barang-barang ritel, maka bisa diekspektasikan bahwa angka pertumbuhan ekonomi juga akan tinggi.

Kala ekonomi Indonesia melaju kencang, tentulah lembaga-lembaga jasa keuangan khususnya perbankan akan diuntungkan.

Oleh karena itulah kami melihat bahwa sektor jasa keuangan masuk dalam daftar sektor yang berpotensi memberikan cuan seiring dengan kemenangan Joko Widodo-Ma'ruf Amin.

Selain karena adanya dukungan faktor fundamental, besarnya bobot dari sektor jasa keuangan dan barang konsumsi ikut mempengaruhi prospek pergerakan harga dari saham-saham penghuni kedua sektor tersebut.

Sejauh ini, sektor jasa keuangan dan barang konsumsi masih merupakan 2 sektor dengan kapitalisasi pasar terbesar dalam IHSG. Hingga penutupan perdagangan kemarin (16/4/2019), sektor jasa keuangan berkontribusi sebesar 32,03% terhadap kapitalisasi pasar IHSG, diikuti sektor barang konsumsi dengan kontribusi sebesar 19,76%.

Lantas, ketika ada ekspektasi bahwa IHSG akan melesat, otomatis pelaku pasar akan berpikir bahwa saham-saham sektor jasa keuangan dan barang konsumsi lah yang akan menjadi motor utamanya.

Akibatnya, aksi beli atas saham-saham dari kedua sektor tersebut berpotensi dilakukan, mendorong harganya bergerak ke atas. Di pasar keuangan, hal ini disebut sebagai self-fulfilling prophecy.

TIM RISET CNBC INDONESIA
Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular