
Pemilu 2019
Jokowi Unggul Quick Count, 2 Sektor Ini Siap Berikan Cuan
Anthony Kevin, CNBC Indonesia
17 April 2019 19:04

Bak gayung bersambut, hasil hitung cepat sejauh ini memang menempatkan Joko Widodo-Ma'ruf Amin sebagai pemenang. Hingga berita ini diturunkan, suara yang masuk ke berbagai lembaga hitung cepat sudah menyentuh setidaknya angka 80%.
Hasil hitung cepat dari Litbang Kompas misalnya, sudah menerima sebanyak 80,1% suara masuk dengan 54,19% suara jatuh ke pasangan Joko Widodo-Ma'ruf Amin. Kemudian, hitung cepat dari Indo Barometer (82,9% suara masuk) menunjukkan bahwa sebanyak 53,6% suara jatuh ke Jokowi selaku petahana.
Lantas, besar kemungkinan IHSG akan melesat di sisa tahun ini. Pasalnya, imbal hasil IHSG sepanjang tahun ini (hingga penutupan perdagangan hari Selasa, 16/4/2019) baru sebesar 4,63%, menyisakan upside yang begitu besar jika berkaca kepada performa IHSG di tahun-tahun pemilu sebelumnya.
Bagi yang ingin masuk ke pasar saham tanah air, ada 2 sektor saham yang patut dicermati yakni barang konsumsi dan jasa keuangan.
Secara fundamental, kedua sektor ini memang sedang berada dalam posisi yang oke. Berdasarkan Survei Penjualan Eceran (SPE) yang dirilis Bank Indonesia (BI) belum lama ini, penjualan barang-barang ritel diketahui melesat hingga 9,1% secara tahunan pada Februari 2019, mengalahkan capaian periode yang sama tahun sebelumnya yakni pertumbuhan sebesar 1,5%.
Lebih lanjut, angka sementara untuk pertumbuhan penjualan barang-barang ritel periode Maret 2019 adalah sebesar 8%, juga jauh mengalahkan capaian periode yang sama tahun sebelumnya yang sebesar 2,5%.
Lantas, sepanjang 3 bulan pertama tahun ini pertumbuhan penjualan barang-barang ritel selalu berhasil mengalahkan capaian periode yang sama tahun sebelumnya. Untuk periode Januari 2019, penjualan barang-barang ritel tumbuh sebesar 7,2%, lebih baik dari capaian Januari 2018 yakni kontraksi sebesar 1,8%.
Pesatnya pertumbuhan penjualan barang-barang ritel menunjukkan bahwa daya beli masyarakat Indonesia sedang berada dalam posisi yang kuat, sehingga emiten-emiten yang bergerak di sektor barang konsumsi berpotensi diuntungkan.
Berbicara mengenai sektor jasa keuangan, perlu diingat bahwa lebih dari 50% perekonomian Indonesia dibentuk oleh konsumsi rumah tangga. Lantas, ketika konsumsi rumah tangga melaju pesat, di mana hal tersebut sudah diindikasikan oleh pesatnya pertumbuhan penjualan barang-barang ritel, maka bisa diekspektasikan bahwa angka pertumbuhan ekonomi juga akan tinggi.
Kala ekonomi Indonesia melaju kencang, tentulah lembaga-lembaga jasa keuangan khususnya perbankan akan diuntungkan.
Oleh karena itulah kami melihat bahwa sektor jasa keuangan masuk dalam daftar sektor yang berpotensi memberikan cuan seiring dengan kemenangan Joko Widodo-Ma'ruf Amin.
Selain karena adanya dukungan faktor fundamental, besarnya bobot dari sektor jasa keuangan dan barang konsumsi ikut mempengaruhi prospek pergerakan harga dari saham-saham penghuni kedua sektor tersebut.
Sejauh ini, sektor jasa keuangan dan barang konsumsi masih merupakan 2 sektor dengan kapitalisasi pasar terbesar dalam IHSG. Hingga penutupan perdagangan kemarin (16/4/2019), sektor jasa keuangan berkontribusi sebesar 32,03% terhadap kapitalisasi pasar IHSG, diikuti sektor barang konsumsi dengan kontribusi sebesar 19,76%.
Lantas, ketika ada ekspektasi bahwa IHSG akan melesat, otomatis pelaku pasar akan berpikir bahwa saham-saham sektor jasa keuangan dan barang konsumsi lah yang akan menjadi motor utamanya.
Akibatnya, aksi beli atas saham-saham dari kedua sektor tersebut berpotensi dilakukan, mendorong harganya bergerak ke atas. Di pasar keuangan, hal ini disebut sebagai self-fulfilling prophecy.
TIM RISET CNBC INDONESIA (ank/hps)
Hasil hitung cepat dari Litbang Kompas misalnya, sudah menerima sebanyak 80,1% suara masuk dengan 54,19% suara jatuh ke pasangan Joko Widodo-Ma'ruf Amin. Kemudian, hitung cepat dari Indo Barometer (82,9% suara masuk) menunjukkan bahwa sebanyak 53,6% suara jatuh ke Jokowi selaku petahana.
Lantas, besar kemungkinan IHSG akan melesat di sisa tahun ini. Pasalnya, imbal hasil IHSG sepanjang tahun ini (hingga penutupan perdagangan hari Selasa, 16/4/2019) baru sebesar 4,63%, menyisakan upside yang begitu besar jika berkaca kepada performa IHSG di tahun-tahun pemilu sebelumnya.
Secara fundamental, kedua sektor ini memang sedang berada dalam posisi yang oke. Berdasarkan Survei Penjualan Eceran (SPE) yang dirilis Bank Indonesia (BI) belum lama ini, penjualan barang-barang ritel diketahui melesat hingga 9,1% secara tahunan pada Februari 2019, mengalahkan capaian periode yang sama tahun sebelumnya yakni pertumbuhan sebesar 1,5%.
Lebih lanjut, angka sementara untuk pertumbuhan penjualan barang-barang ritel periode Maret 2019 adalah sebesar 8%, juga jauh mengalahkan capaian periode yang sama tahun sebelumnya yang sebesar 2,5%.
Lantas, sepanjang 3 bulan pertama tahun ini pertumbuhan penjualan barang-barang ritel selalu berhasil mengalahkan capaian periode yang sama tahun sebelumnya. Untuk periode Januari 2019, penjualan barang-barang ritel tumbuh sebesar 7,2%, lebih baik dari capaian Januari 2018 yakni kontraksi sebesar 1,8%.
Pesatnya pertumbuhan penjualan barang-barang ritel menunjukkan bahwa daya beli masyarakat Indonesia sedang berada dalam posisi yang kuat, sehingga emiten-emiten yang bergerak di sektor barang konsumsi berpotensi diuntungkan.
Berbicara mengenai sektor jasa keuangan, perlu diingat bahwa lebih dari 50% perekonomian Indonesia dibentuk oleh konsumsi rumah tangga. Lantas, ketika konsumsi rumah tangga melaju pesat, di mana hal tersebut sudah diindikasikan oleh pesatnya pertumbuhan penjualan barang-barang ritel, maka bisa diekspektasikan bahwa angka pertumbuhan ekonomi juga akan tinggi.
Kala ekonomi Indonesia melaju kencang, tentulah lembaga-lembaga jasa keuangan khususnya perbankan akan diuntungkan.
Oleh karena itulah kami melihat bahwa sektor jasa keuangan masuk dalam daftar sektor yang berpotensi memberikan cuan seiring dengan kemenangan Joko Widodo-Ma'ruf Amin.
Selain karena adanya dukungan faktor fundamental, besarnya bobot dari sektor jasa keuangan dan barang konsumsi ikut mempengaruhi prospek pergerakan harga dari saham-saham penghuni kedua sektor tersebut.
Sejauh ini, sektor jasa keuangan dan barang konsumsi masih merupakan 2 sektor dengan kapitalisasi pasar terbesar dalam IHSG. Hingga penutupan perdagangan kemarin (16/4/2019), sektor jasa keuangan berkontribusi sebesar 32,03% terhadap kapitalisasi pasar IHSG, diikuti sektor barang konsumsi dengan kontribusi sebesar 19,76%.
Lantas, ketika ada ekspektasi bahwa IHSG akan melesat, otomatis pelaku pasar akan berpikir bahwa saham-saham sektor jasa keuangan dan barang konsumsi lah yang akan menjadi motor utamanya.
Akibatnya, aksi beli atas saham-saham dari kedua sektor tersebut berpotensi dilakukan, mendorong harganya bergerak ke atas. Di pasar keuangan, hal ini disebut sebagai self-fulfilling prophecy.
TIM RISET CNBC INDONESIA (ank/hps)
Pages
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular