
IHSG Ditutup Menguat, Sambut Kemenangan Jokowi atau Prabowo?
Anthony Kevin, CNBC Indonesia
16 April 2019 16:30

Faktor domestik juga membuat IHSG mampu menghijau pada hari ini. Kemarin (15/4/2019), Badan Pusat Statistik (BPS) mengumumkan bahwa ekspor periode Maret 2019 jatuh sebesar 10,01% secara tahunan, lebih baik ketimbang konsensus yang dihimpun CNBC Indonesia yang memperkirakan kontraksi hingga 10,75%. Sementara itu, impor jatuh sebesar 6,76% YoY, lebih dalam dari konsensus yakni kontraksi sebesar 4,15%.
Alhasil, neraca dagang Indonesia membukukan surplus senilai US$ 540 juta, lebih baik ketimbang konsensus yang memproyeksikan defisit senilai US$ 217 juta.
Dengan neraca dagang yang kembali membukukan surplus, ada harapan bahwa defisit transaksi berjalan/Current Account Deficit (CAD) akan menipis. Pada bulan Februari, surplus neraca dagang adalah senilai US$ 330 juta.
Sebagai informasi, sepanjang kuartal-IV 2018, CAD Indonesia tercatat senilai US$ 9,1 miliar atau 3,57% dari PDB, naik dari capaian kuartal-III 2018 yang sebesar 3,37% dari PDB. CAD pada kuartal-IV 2018 merupakan yang terparah sejak kuartal-II 2014.
Kala CAD membaik, tentu rupiah menjadi memiliki energi untuk menguat melawan dolar AS. Jika berbicara mengenai rupiah, transaksi berjalan memang merupakan hal yang sangat penting lantaran menggambarkan pasokan devisa yang tidak mudah berubah (dari aktivitas ekspor-impor barang dan jasa). Hal ini berbeda dengan pos transaksi modal dan finansial yang bisa cepat berubah karena datang dari aliran modal portfolio atau yang biasa disebut sebagai hot money.
Hingga sore hari, rupiah memang melemah 0,18% di pasar spot ke level Rp 14.080/dolar AS. Namun, pelemahan rupiah pada hari ini terbilang wajar. Pasalnya, rupiah sudah menguat dalam 3 hari perdagangan terakhir.
Kedepannya, dengan potensi menipisnya CAD, tentu rupiah akan memiliki pijakan yang kuat untuk memukul mundur dolar AS.
Seiring dengan prospek dari mata uang Garuda yang kinclong, aksi beli di bursa saham tanah air dilakukan investor. (ank/hps)
Alhasil, neraca dagang Indonesia membukukan surplus senilai US$ 540 juta, lebih baik ketimbang konsensus yang memproyeksikan defisit senilai US$ 217 juta.
Dengan neraca dagang yang kembali membukukan surplus, ada harapan bahwa defisit transaksi berjalan/Current Account Deficit (CAD) akan menipis. Pada bulan Februari, surplus neraca dagang adalah senilai US$ 330 juta.
Kala CAD membaik, tentu rupiah menjadi memiliki energi untuk menguat melawan dolar AS. Jika berbicara mengenai rupiah, transaksi berjalan memang merupakan hal yang sangat penting lantaran menggambarkan pasokan devisa yang tidak mudah berubah (dari aktivitas ekspor-impor barang dan jasa). Hal ini berbeda dengan pos transaksi modal dan finansial yang bisa cepat berubah karena datang dari aliran modal portfolio atau yang biasa disebut sebagai hot money.
Hingga sore hari, rupiah memang melemah 0,18% di pasar spot ke level Rp 14.080/dolar AS. Namun, pelemahan rupiah pada hari ini terbilang wajar. Pasalnya, rupiah sudah menguat dalam 3 hari perdagangan terakhir.
Kedepannya, dengan potensi menipisnya CAD, tentu rupiah akan memiliki pijakan yang kuat untuk memukul mundur dolar AS.
Seiring dengan prospek dari mata uang Garuda yang kinclong, aksi beli di bursa saham tanah air dilakukan investor. (ank/hps)
Next Page
Sambut Kemenangan Jokowi?
Pages
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular