
Angin Segar dari AS, Bursa Saham Asia Ditutup Menghijau
Anthony Kevin, CNBC Indonesia
12 April 2019 17:23

Jakarta, CNBC Indonesia - Mayoritas bursa saham utama kawasan Asia ditutup menguat pada perdagangan terakhir di pekan ini, Jumat (12/4/2019).
Indeks Nikkei naik 0,73%, indeks Hang Seng menguat 0,24%, indeks Straits Times naik 0,03%, dan indeks Kospi juga naik 0,41%.
Sementara itu, indeks Shanghai berakhir melemah 0,04% dan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) juga minus 0,07%.
Angin segar yang datang dari AS berhasil memantik aksi beli di bursa saham Benua Kuning. Kemarin (11/4/2019), angka klaim tunjangan pengangguran untuk minggu yang berakhir pada tanggal 6 April diumumkan turun sebanyak 8.000 menjadi 196.000, menandai capaian terendah sejak Oktober 1969.
Lantas, ekspektasi bahwa perekonomian AS akan masuk ke jurang resesi menjadi mereda.
Sebelumnya, pergerakan di pasar obligasi AS memberikan sinyal yang begitu kuat bahwa negara dengan nilai perekonomian terbesar di dunia tersebut akan mengalami resesi.
Angin segar dari AS tersebut juga datang setelah Dana Moneter Internasional (IMF) memangkas proyeksi mereka atas pertumbuhan ekonomi AS.
Kini, IMF memproyeksikan bahwa perekonomian AS hanya akan tumbuh sebesar 2,3% pada tahun ini, turun dari proyeksi yang dibuat pada bulan Januari sebesar 2,5%.
Sebagai informasi, perekonomian AS tumbuh hingga 2,9% pada tahun 2018. Jika proyeksi dari IMF menjadi kenyataan, bisa dikatakan bahwa perekonomian AS mengalami hard landing pada tahun ini.
Di sisi lain, indeks Shanghai harus pasrah berakhir di zona merah lantaran ada rilis data perdagangan internasional China. Pada siang hari ini, ekspor China periode Maret 2019 diumumkan melesat hingga 14,2% secara tahunan, jauh di atas konsensus yang dihimpun Reuters sebesar 7,3%.
Namun, impor tercatat anjlok hingga 7,6% secara tahunan, jauh lebih dalam ketimbang konsensus yang memperkirakan koreksi sebesar 1,3% saja.
Lantas, perang dagang yang berkecamuk dengan AS terbukti masih menekan aktivitas perdagangan internasional China.
Sejauh ini, AS telah mengenakan bea masuk baru bagi produk impor asal China senilai US$ 250 miliar, sementara China membalas dengan mengenakan bea masuk baru bagi produk impor asal AS senilai US$ 110 miliar.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(ank/tas) Next Article Hari Buruh, Beberapa Bursa Asia-Pasifik Dibuka Menguat
Indeks Nikkei naik 0,73%, indeks Hang Seng menguat 0,24%, indeks Straits Times naik 0,03%, dan indeks Kospi juga naik 0,41%.
Sementara itu, indeks Shanghai berakhir melemah 0,04% dan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) juga minus 0,07%.
Lantas, ekspektasi bahwa perekonomian AS akan masuk ke jurang resesi menjadi mereda.
Sebelumnya, pergerakan di pasar obligasi AS memberikan sinyal yang begitu kuat bahwa negara dengan nilai perekonomian terbesar di dunia tersebut akan mengalami resesi.
Angin segar dari AS tersebut juga datang setelah Dana Moneter Internasional (IMF) memangkas proyeksi mereka atas pertumbuhan ekonomi AS.
Kini, IMF memproyeksikan bahwa perekonomian AS hanya akan tumbuh sebesar 2,3% pada tahun ini, turun dari proyeksi yang dibuat pada bulan Januari sebesar 2,5%.
Sebagai informasi, perekonomian AS tumbuh hingga 2,9% pada tahun 2018. Jika proyeksi dari IMF menjadi kenyataan, bisa dikatakan bahwa perekonomian AS mengalami hard landing pada tahun ini.
Di sisi lain, indeks Shanghai harus pasrah berakhir di zona merah lantaran ada rilis data perdagangan internasional China. Pada siang hari ini, ekspor China periode Maret 2019 diumumkan melesat hingga 14,2% secara tahunan, jauh di atas konsensus yang dihimpun Reuters sebesar 7,3%.
Namun, impor tercatat anjlok hingga 7,6% secara tahunan, jauh lebih dalam ketimbang konsensus yang memperkirakan koreksi sebesar 1,3% saja.
Lantas, perang dagang yang berkecamuk dengan AS terbukti masih menekan aktivitas perdagangan internasional China.
Sejauh ini, AS telah mengenakan bea masuk baru bagi produk impor asal China senilai US$ 250 miliar, sementara China membalas dengan mengenakan bea masuk baru bagi produk impor asal AS senilai US$ 110 miliar.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(ank/tas) Next Article Hari Buruh, Beberapa Bursa Asia-Pasifik Dibuka Menguat
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular