Berkat BI dan China, Rupiah Perkasa dan Jadi Peringkat 3 Asia

Hidayat Setiaji, CNBC Indonesia
12 April 2019 16:53
Berkat BI dan China, Rupiah Perkasa dan Jadi Peringkat 3 Asia
Ilustrasi Rupiah (CNBC Indonesia/Muhammad Sabki)
Jakarta, CNBC Indonesia - Luar biasa, rupiah! Setelah nyaris seharian melemah di hadapan dolar Amerika Serikat (AS), rupiah berhasil memberi kado akhir pekan yang manis karena mampu berbalik menguat. 

Pada Jumat (12/4/2019), US$ 1 setara dengan Rp 14.090 kala penutupan pasar spot. Rupiah menguat 0,28% dibandingkan posisi penutupan perdagangan hari sebelumnya dan dolar AS berhasil didorong ke bawah Rp 14.100. 

Rupiah berhasil menguat selama 2 hari beruntun. Tidak hanya itu, rupiah pun menyentuh posisi terkuat sejak 28 Februari. 



Perjalanan rupiah hari ini cukup berliku. Mengawali hari, rupiah melemah 0,07% dan kemudian pelemahannya semakin dalam. 

Namun jelang penutupan pasar, rupiah mulai mampu menipiskan pelemahan. Hingga pada menit-menit terakhir jelang penutupan perdagangan rupiah berhasil menyeberang ke zona hijau. 

Berikut pergerakan kurs dolar AS terhadap rupiah sepanjang hari ini: 

 


(BERLANJUT KE HALAMAN 2)

Akan tetapi, sebenarnya apa yang terjadi terhadap rupiah juga dialami para tetangganya. Seperti rupiah, mata uang utama Asia pun awalnya melemah terhadap dolar AS.  

Namun kini mata uang Benua Kuning mampu ramai-ramai menguat. Tadi kompak melemah, sekarang mata uang Asia kompak menguat. So sweet... 


Won Korea Selatan menjadi mata uang terbaik di Asia. Disusul oleh peso Filpina di peringkat kedua, sementara rupiah dan baht Thailand sama-sama menduduki posisi ketiga. 

Berikut perkembangan nilai tukar dolar AS terhadap mata uang utama Asia pada pukul 16:18 WIB: 



Sepertinya rupiah dkk mendapat suntikan adrenalin dari data ekonomi terkini di China. Pada Maret, ekspor China tumbuh 14,2% year-on-year (YoY) yang merupakan laju tercepat dalam 5 bulan terakhir. Pun jauh di atas konsensus pasar yang dihimpun Reuters yitu 7,3%. 

Sementara impor turun 7,6%, juga jauh dari konsensus yang memperkirakan penurunan 1,3%. Dengan begitu, neraca perdagangan China mencatat surplus US$ 32,65 miliar. 


Sinyal positif lain dari China adalah data penyaluran kredit. Pada Maret, penyaluran kredit baru tercatat CNY 1,69 triliun. Naik pesat 90,78% dibandingkan bulan sebelumnya yang sebesar CNY 885,8 miliar. 

Data-data ini menunjukkan bahwa perekonomian Negeri Panda masih menggeliat. Memang perlambatan pertumbuhan ekonomi tidak bisa dihindari, tetapi kemungkinan besar tidak akan terjadi perlambatan drastis. Tidak ada hard landing

Apalagi China juga di ambang damai dagang dengan AS. Kemarin, Menteri Keuangan AS Steven Mnuchin mengungkapkan bahwa Washington dan Beijing sudah sepakat untuk membentuk kantor yang bertugas mengawasi implementasi kesepakatan damai dagang. 


Damai dagang dengan AS akan membuat ekspor dan investasi China bisa lebih baik lagi. Perbaikan ekonomi China tentu akan membuat negara-negara lain 'kecipratan', termasuk Indonesia.  

Selain itu, sepertinya faktor domestik juga berperan mengantar rupiah ke zona hijau. Nanang Hendarsah, Direktur Eksekutif Departemen Pengelolaan Moneter BI, menyatakan bank sentral selalu siap sedia mengawal rupiah. 

"BI akan senantiasa berada di pasar untuk memastikan kestabilan rupiah," tegas Nanang.



TIM RISET CNBC INDONESIA


Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular