Benarkah IHSG Anjlok Gara-gara Pemilu?

Anthony Kevin, CNBC Indonesia
11 April 2019 18:19
Benarkah IHSG Anjlok Gara-gara Pemilu?
Foto: Ilustrasi Bursa Efek Indonesia (CNBC Indonesia/Andrean Kristianto)
Jakarta, CNBC Indonesia - Bursa saham Tanah Air menghadapi tekanan jual yang begitu besar pada hari ini, Kamis (11/4/2019). Pada akhir perdagangan, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) anjlok 1,05% ke level 6.410,17, menjadikannya indeks saham dengan kinerja terburuk kedua di kawasan Asia.

Ada anggapan bahwa anjloknya bursa saham dalam negeri terjadi seiring dengan gelaran pemilihan umum pada pekan depan, tepatnya pada tanggal 17 April.


Hal tersebut bahkan diungkapkan sendiri oleh Bursa Efek Indonesia (BEI). BEI menyebutkan pergerakan IHSG yang melemah sejak awal pekan ini disebabkan oleh kondisi jelang pemilihan umum yang akan digelar pekan depan.

Senior Researcher BEI Poltak Hotradero mengatakan beberapa hari belakangan ini indeks mengalami konsolidasi jelang digelarnya pilpres 2019. Tak hanya di Indonesia, beberapa negara berkembang lainnya juga mengalami konsolidasi di pasar sahamnya jelang gelaran pilpres.

"(Pelemahan indeks) bagian dari konsolidasi, saya pikir wajar. Tinggal melihat ke depan," kata Poltak di kawasan SCBD, Jakarta, Kamis (11/4/2019).

Memang, BEI tak menyebutkan jangka waktu yang mereka gunakan untuk mengukur pergerakan IHSG menjelang pilpres.

Namun, jika dihitung dalam 5 hari perdagangan terakhir menjelang 3 gelaran pilpres terakhir (2004, 2009, dan 2014), IHSG selalu menunjukkan performa yang sangat oke.

Hingga 5 hari menjelang gelaran pilpres putaran 1 tahun 2004, IHSG menguat hingga 3,44%. 5 hari menjelang pilpres putaran 2 di tahun yang sama, IHSG melejit 4,09%. Pada tahun 2004, pasangan Susilo Bambang Yudhoyono (SBY)-Muhammad Jusuf Kalla memenangkan pertarungan melawan Megawati Soekarnoputri-Hasyim Muzadi.


Untuk tahun 2009 dan 2014, pilpres hanya digelar 1 putaran. 5 hari menjelang gelaran pilpres tahun 2009, IHSG menguat 2,79%, sementara di tahun 2014 penguatannya tak berbeda jauh yakni sebesar 2,86%.

Pada pertarungan tahun 2009, SBY berhasil mempertahankan posisi RI-1, namun dengan wakil yang berbeda. Ia didampingi oleh Boediono yang sebelumnya menjabat Gubernur Bank Indonesia (BI). SBY-Boediono berhasil mengalahkan 2 pasangan calon yakni Megawati Soekarnoputri-Prabowo Subianto dan Jusuf Kalla-Wiranto.

Untuk tahun 2014, mantan Gubernur DKI Jakarta Joko Widodo berhasil menempati tahta kepemimpinan tertinggi di Indonesia dengan menggandeng Jusuf Kalla sebagai wakilnya.


Tak hanya menjelang pemilu, jika dihitung secara tahunan pun kinerja IHSG selalu oke.

Pada tahun 2004, IHSG melejit hingga 44,6%. Sementara pada tahun 2009 dan 2014, IHSG menguat masing-masing sebesar 87% dan 22,3%.

BERLANJUT KE HALAMAN DUA

Menurut kami, dengan memperhitungkan data yang ada, anjloknya IHSG hari ini lebih tepat jika diatribusikan kepada faktor eksternal, utamanya potensi perang dagang AS dengan Uni Eropa.

Pada hari Rabu (10/4/2019) waktu setempat atau Kamis (11/4/2019) waktu Indonesia, Presiden AS Donald Trump kembali menyerang Uni Eropa melalui sebuah cuitan di Twitter.

“Sayang Uni Eropa bersikap sangat keras kepada Inggris dan Brexit. Uni Eropa juga merupakan mitra dagang yang brutal dengan AS, di mana hal ini akan berubah. Terkadang dalam hidup Anda harus membiarkan orang bernafas sebelum semuanya berbalik menghampiri Anda!” kecam Trump melalui akun @realDonaldTrump.

Kekesalan Trump ini masih mengacu kepada tudingannya bahwa Uni Eropa memberikan subsidi yang kelewat besar kepada Airbus, yang dinilainya sebagai praktik persaingan tidak sehat.


"Organisasi Perdagangan Dunia (WTO) menemukan bahwa Uni Eropa memberikan subsidi kepada Airbus yang kemudian mempengaruhi AS. Kami akan menerapkan bea masuk kepada (impor) produk Uni Eropa senilai US$ 11 miliar. Uni Eropa sudah mengambil keuntungan dari perdagangan dengan AS selama bertahun-tahun. Ini akan segera berakhir!" cuit Trump pada tanggal 9 April.

Belum juga perang dagang AS-China bisa diselesaikan, kini perang dagang AS-Uni Eropa sudah di depan mata. Wajar jika pelaku pasar gencar melepas instrumen berisiko seperti saham, tak hanya di Indonesia, namun juga di negara-negara Asia lainnya.


TIM RISET CNBC INDONESIA


Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular