
Dibuka Menguat, Tren Koreksi Obligasi RI Mulai Reda
Irvin Avriano Arief, CNBC Indonesia
11 April 2019 11:17

Jakarta, CNBC Indonesia - Harga obligasi rupiah pemerintah dibuka bervariasi dengan kecenderungan penguatan tipis pada awal perdagangan hari ini, setelah meredanya ketegangan akibat potensi perang dagang Eropa-Amerika Serikat semalam.
Penguatan tipis yang cenderung flat tersebut menunjukkan sudah mulai meredanya koreksi yang terjadi sejak awal pekan ini akibat kondisi pasar keuangan global dan saat ini sudah semakin adem.
Naiknya harga surat utang negara (SUN) itu tidak seiring dengan koreksi yang terjadi di pasar surat utang pemerintah negara berkembang yang lain.
Data Refinitiv menunjukkan menguatnya harga SUN itu tercermin dari empat seri acuan (benchmark) yang sekaligus menurunkan tingkat imbal hasilnya (yield).
Pergerakan harga dan yield obligasi saling bertolak belakang di pasar sekunder.
Yield juga lebih umum dijadikan acuan transaksi obligasi dibanding harga karena mencerminkan kupon, tenor, dan risiko dalam satu angka.
SUN adalah surat berharga negara (SBN) konvensional rupiah yang perdagangannya paling ramai di pasar domestik, sehingga dapat mencerminkan kondisi pasar obligasi secara umum.
Keempat seri yang menjadi acuan itu adalah FR0077 bertenor 5 tahun, FR0078 bertenor 10 tahun, FR0068 bertenor 15 tahun, dan FR0079 bertenor 30 tahun.
Seri acuan yang paling menguat adalah FR0077 yang bertenor 5 tahun dengan penurunan yield 1 basis poin (bps) menjadi 7,15%. Besaran 100 bps setara dengan 1%.
Seri acuan lain yang juga menguat adalah seri 10 tahun, sedangkan seri 15 tahun dan 20 tahun masih terkoreksi.
Yield Obligasi Negara Acuan 11 Apr'19
Sumber: Refinitiv
Terkait dengan pasar US Treasury, saat ini masih terjadi inversi pada tenor 3 bulan-5 tahun dan 2 tahun-5 tahun, meskipun saat ini inversi keduanya lumrah setelah hampir setiap hari terjadi sejak perang dagang Amerika Serikat-China memanas Agustus tahun lalu.
Saat ini, inversi yang lebih diperhatiakn adalah yang terjadi pada seri 3 bulan-10 tahun yang lebih mencerminkan kekhawatiran pasar terhadap prospek ekonomi Amerika Serikat, dan hari ini kembali berpotensi terjadi lagi setelah selisihnya tinggal 0,1 bps saja.
Inversi adalah kondisi lebih tingginya yield seri lebih pendek dibanding yield seri lebih panjang.
Inversi tersebut membentuk kurva yield terbalik (inverted yield curve), yang menjadi cerminan investor yang lebih meminati US Treasury seri panjang dibanding yang pendek karena menilai akan terjadi kontraksi jangka pendek, sekaligus indikator adanya potensi tekanan ekonomi bahkan hingga krisis.
Yield US Treasury Acuan 11 Apr 2019
Sumber: Refinitiv
Terkait dengan porsi investor di pasar SBN, data Ditjen Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko Kemenkeu (DJPPR) terakhir menunjukkan investor asing menggenggam Rp 365,47 triliun SBN, atau 38,14% dari total beredar Rp 2.531 triliun berdasarkan data per 9 April.
Angka kepemilikannya masih positif Rp 72,22 triliun dibanding posisi akhir Desember Rp 893,25 triliun, sehingga persentasenya masih naik dari 37,71% pada periode yang sama.
Penguatan di pasar surat utang hari ini tidak seperti yang terjadi di pasar ekuitas, yang masih turun signifikan 0,63%.
Dari pasar surat utang negara berkembang, koreksi masih terjadi di Malaysia, Filipina, Singapura, Thailand, dan Afsel, sedangkan negara lain masih menguat.
Di negara maju, penguatan terjadi di pasar gilt Inggris, JGB Jepang, dan US Treasury AS yang menunjukkan bahwa investor masih lebih memilih masuk ke pasar negara maju yang dianggap lebih aman daripada SUN negara berkembang.
Yield Obligasi Tenor 10 Tahun Negara Maju & Berkembang
Sumber: Refinitiv
TIM RISET CNBC INDONESIA
(irv/hps) Next Article SUN Cetak Rekor, Pengamat: SUN RI Masih Menarik Bagi Investor
Penguatan tipis yang cenderung flat tersebut menunjukkan sudah mulai meredanya koreksi yang terjadi sejak awal pekan ini akibat kondisi pasar keuangan global dan saat ini sudah semakin adem.
Naiknya harga surat utang negara (SUN) itu tidak seiring dengan koreksi yang terjadi di pasar surat utang pemerintah negara berkembang yang lain.
Pergerakan harga dan yield obligasi saling bertolak belakang di pasar sekunder.
Yield juga lebih umum dijadikan acuan transaksi obligasi dibanding harga karena mencerminkan kupon, tenor, dan risiko dalam satu angka.
SUN adalah surat berharga negara (SBN) konvensional rupiah yang perdagangannya paling ramai di pasar domestik, sehingga dapat mencerminkan kondisi pasar obligasi secara umum.
Keempat seri yang menjadi acuan itu adalah FR0077 bertenor 5 tahun, FR0078 bertenor 10 tahun, FR0068 bertenor 15 tahun, dan FR0079 bertenor 30 tahun.
Seri acuan yang paling menguat adalah FR0077 yang bertenor 5 tahun dengan penurunan yield 1 basis poin (bps) menjadi 7,15%. Besaran 100 bps setara dengan 1%.
Seri acuan lain yang juga menguat adalah seri 10 tahun, sedangkan seri 15 tahun dan 20 tahun masih terkoreksi.
Yield Obligasi Negara Acuan 11 Apr'19
Seri | Jatuh tempo | Yield 10 Apr'19 (%) | Yield 11 Apr'19 (%) | Selisih (basis poin) | Yield wajar IBPA 10 Apr'19 |
FR0077 | 5 tahun | 7.168 | 7.158 | -1.00 | 7.1225 |
FR0078 | 10 tahun | 7.668 | 7.662 | -0.60 | 7.6403 |
FR0068 | 15 tahun | 8.099 | 8.103 | 0.40 | 8.0665 |
FR0079 | 20 tahun | 8.225 | 8.229 | 0.40 | 8.2106 |
Avg movement | -0.20 |
Terkait dengan pasar US Treasury, saat ini masih terjadi inversi pada tenor 3 bulan-5 tahun dan 2 tahun-5 tahun, meskipun saat ini inversi keduanya lumrah setelah hampir setiap hari terjadi sejak perang dagang Amerika Serikat-China memanas Agustus tahun lalu.
Saat ini, inversi yang lebih diperhatiakn adalah yang terjadi pada seri 3 bulan-10 tahun yang lebih mencerminkan kekhawatiran pasar terhadap prospek ekonomi Amerika Serikat, dan hari ini kembali berpotensi terjadi lagi setelah selisihnya tinggal 0,1 bps saja.
Inversi adalah kondisi lebih tingginya yield seri lebih pendek dibanding yield seri lebih panjang.
Inversi tersebut membentuk kurva yield terbalik (inverted yield curve), yang menjadi cerminan investor yang lebih meminati US Treasury seri panjang dibanding yang pendek karena menilai akan terjadi kontraksi jangka pendek, sekaligus indikator adanya potensi tekanan ekonomi bahkan hingga krisis.
Yield US Treasury Acuan 11 Apr 2019
Seri | Benchmark | Yield 10 Apr'19 (%) | Yield 11 Apr'19 (%) | Selisih (Inversi) | Satuan Inversi |
UST BILL 2019 | 3 Bulan | 2.427 | 2.42 | 3 bulan-5 tahun | 13.6 |
UST 2020 | 2 Tahun | 2.327 | 2.329 | 2 tahun-5 tahun | 4.5 |
UST 2021 | 3 Tahun | 2.277 | 2.283 | 3 tahun-5 tahun | -0.1 |
UST 2023 | 5 Tahun | 2.279 | 2.284 | 3 bulan-10 tahun | -5.6 |
UST 2028 | 10 Tahun | 2.477 | 2.476 | 2 tahun-10 tahun | -14.7 |
Terkait dengan porsi investor di pasar SBN, data Ditjen Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko Kemenkeu (DJPPR) terakhir menunjukkan investor asing menggenggam Rp 365,47 triliun SBN, atau 38,14% dari total beredar Rp 2.531 triliun berdasarkan data per 9 April.
Angka kepemilikannya masih positif Rp 72,22 triliun dibanding posisi akhir Desember Rp 893,25 triliun, sehingga persentasenya masih naik dari 37,71% pada periode yang sama.
Penguatan di pasar surat utang hari ini tidak seperti yang terjadi di pasar ekuitas, yang masih turun signifikan 0,63%.
Dari pasar surat utang negara berkembang, koreksi masih terjadi di Malaysia, Filipina, Singapura, Thailand, dan Afsel, sedangkan negara lain masih menguat.
Di negara maju, penguatan terjadi di pasar gilt Inggris, JGB Jepang, dan US Treasury AS yang menunjukkan bahwa investor masih lebih memilih masuk ke pasar negara maju yang dianggap lebih aman daripada SUN negara berkembang.
Yield Obligasi Tenor 10 Tahun Negara Maju & Berkembang
Negara | Yield 10 Apr'19 (%) | Yield 11 Apr'19 (%) | Selisih (basis poin) |
Brasil | 8.99 | 8.92 | -7.00 |
China | 3.319 | 3.291 | -2.80 |
Jerman | -0.032 | -0.028 | 0.40 |
Perancis | 0.317 | 0.318 | 0.10 |
Inggris | 1.096 | 1.086 | -1.00 |
India | 7.374 | 7.367 | -0.70 |
Jepang | -0.056 | -0.058 | -0.20 |
Malaysia | 3.776 | 3.791 | 1.50 |
Filipina | 6.024 | 6.037 | 1.30 |
Rusia | 8.34 | 8.25 | -9.00 |
Singapura | 2.083 | 2.084 | 0.10 |
Thailand | 2.4 | 2.46 | 6.00 |
Amerika Serikat | 2.477 | 2.476 | -0.10 |
Afrika Selatan | 8.435 | 8.455 | 2.00 |
TIM RISET CNBC INDONESIA
(irv/hps) Next Article SUN Cetak Rekor, Pengamat: SUN RI Masih Menarik Bagi Investor
Most Popular