IMF Pangkas Proyeksi Ekonomi Global, Bursa Saham Asia Memerah

Anthony Kevin, CNBC Indonesia
10 April 2019 09:10
Bursa saham utama kawasan Asia kompak dibuka di zona merah pada perdagangan hari ini.
Foto: Ilustrasi Bursa China (REUTERS/Jason Lee)
Jakarta, CNBC Indonesia - Bursa saham utama kawasan Asia kompak dibuka di zona merah pada perdagangan hari ini, Rabu (10/4/2019) setelah rilis data proyeksi pertumbuhan ekonomi global yang lesu tahun ini.

Pada pembukaan perdagangan, indeks Nikkei turun 1,02%, indeks Shanghai turun 0,46%, indeks Hang Seng juga turun 0,35%, indeks Straits Times pun melemah 0,24%, dan indeks Kospi turun 0,33%.

Revisi ke bawah atas target pertumbuhan ekonomi global membuat saham-saham di Benua Kuning dilego investor.


Dalam publikasi terbarunya, Dana Moneter Internasional (IMF) memperkirakan ekonomi global tumbuh 3,3% pada tahun ini, menandai laju terlemah sejak 2016. Proyeksi tersebut lebih rendah ketimbang proyeksi pada bulan Januari yang sebesar 3,5%.

Negara-negara kawasan Asia pun tak lepas dari sasaran IMF. Managing Director IMF Christine Lagarde dan koleganya mematok perekonomian China tumbuh sebesar 6,3% pada tahun ini, mengimplikasikan kenaikan dari proyeksi pada bulan Januari yang sebesar 6,2%.

Namun, target pertumbuhan ekonomi untuk tahun depan dipangkas menjadi 6,1%, dari yang sebelumnya 6,2%.

Sementara itu, pertumbuhan ekonomi Hong Kong pada tahun ini ditargetkan di level 2,7%, lebih rendah dibandingkan proyeksi pada Oktober 2018 yang sebesar 2,9%.

Sebagai informasi, IMF mencatat bahwa perekonomian China tumbuh sebesar 6,6% pada tahun lalu, sementara perekonomian Hong Kong tumbuh sebesar 3%.

Selain karena revisi ke bawah atas target pertumbuhan ekonomi global (yang juga menerpa negara-negara Asia), data ekonomi yang mengecewakan ikut memantik aksi jual di bursa saham Benua Kuning.

Pada hari ini, pemesanan barang-barang mesin di Jepang periode Februari 2019 hanya diumumkan tumbuh sebesar 1,8% secara bulanan, jauh di bawah konsensus yang sebesar 2,5%, seperti dilansir dari Trading Economics.

TIM RISET CNBC INDONESIA


(ank/tas) Next Article Ramalan IMF Indonesia Bangkit, tapi Bukan Tanpa Risiko!

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular