
Lagi-lagi Minyak Kedelai Bikin Harga CPO Amblas
Taufan Adharsyah, CNBC Indonesia
08 April 2019 18:31

Jakarta, CNBC Indonesia - Pelemahan harga minyak kedelai lagi-lagi membuat harga minyak sawit mentah (crude palm oil/CPO) berada di zona merah pada perdagangan hari Senin (8/4/2019).
Hingga pukul 15:45 WIB, harga CPO acuan kontrak Juni di Bursa Malaysia Derivatives Exchange amblas 0,67% ke posisi MYR 2.209/ton.
Sedangkan harga minyak kedelai acuan kontrak Mei di bursa Chicago Board of Trade (CBOT) turun 0,62% ke posisi US$ 0,28/pon.
Sebagai informasi, kedelai merupakan saingan sawit di pasar minyak nabati global. Membuat pergerakan harga keduanya akan saling memberikan pengaruh yang searah.
Selain itu, aksi ambil untung juga diyakini ikut berperan dalam menarik harga CPO ke bawah. Penguatan harga yang telah terjadi selama 5 hari tentu saja membuat investor bersemangat untuk mengamankan keuntungan.
Akan tetapi pelemahan harga CPO hari ini sedikit tertahan oleh nilai Ringgit yang melemah.
Pada pukul 15:45 WIB, ringgit melemah hingga 0,2% terhadap dolar dan membuat harga CPO akan relatif lebih murah bagi pemegang mata uang lain. Alhasil, CPO memiliki daya tarik tambahan di mata investor.
"Pasar melemah karena ada koreksi teknikal setelah terjadi jenuh beli. Namun Ringgit yang melemah bisa membatasi pelemahan," ujar pialang yang berbasis di Kuala Lumpur, mengutip Reuters.
Kini pelaku pasar menantikan rilis data perkembangan produksi, ekspor, dan stok sawit Malaysia yang akan dibacakan oleh Malaysia Palm Oil Board (MPOB) pada hari Rabu (10/4/2019).
Sebab pada pekan lalu, pasar menjadi bullish atas harapan inventori minyak sawit Negeri Jiran yang dapat dikurangi pada bulan Maret.
Tiga surveyor kargo (Intertek Testing Services, AmSpec Agri Malaysia, dan Societe Generale de Survelliance) mengatakan bahwa ekspor minyak sawit Malaysia pada bulan Maret meningkat lebih dari 20% dibanding bulan sebelumnya. Menandakan permintaan masih tetap sehat.
Harapan kian membuncah kala sebuah survei yang dilakukan Reuters memprediksi stok minyak sawit Malaysia pada bulan Maret akan turun sebesar 6,4% menjadi 2,85 juta ton dibanding bulan Februari yang sebesar 3,05 juta ton. Perkiraan tersebut berdasarkan survei yang dilakukan kepada beberapa pelaku industri seperti petani, pialang, dan analis.
Dengan begitu rilis data resmi MPOB menjadi penentu arah pergerakan harga ke depannya. Bila benar stok berkurang sesuai prediksi, maka harga CPO memiliki kesempatan yang besar untuk kembali menanjak. Namun jika kenyataannya di bawah ekspektasi, koreksi harga akan sulit untuk dihindari.
TIM RISET CNBCÂ INDONESIA
(taa/hps) Next Article Sempat Rebound, Pelemahan CPO Berpotensi Berlanjut
Hingga pukul 15:45 WIB, harga CPO acuan kontrak Juni di Bursa Malaysia Derivatives Exchange amblas 0,67% ke posisi MYR 2.209/ton.
Sedangkan harga minyak kedelai acuan kontrak Mei di bursa Chicago Board of Trade (CBOT) turun 0,62% ke posisi US$ 0,28/pon.
Selain itu, aksi ambil untung juga diyakini ikut berperan dalam menarik harga CPO ke bawah. Penguatan harga yang telah terjadi selama 5 hari tentu saja membuat investor bersemangat untuk mengamankan keuntungan.
Akan tetapi pelemahan harga CPO hari ini sedikit tertahan oleh nilai Ringgit yang melemah.
Pada pukul 15:45 WIB, ringgit melemah hingga 0,2% terhadap dolar dan membuat harga CPO akan relatif lebih murah bagi pemegang mata uang lain. Alhasil, CPO memiliki daya tarik tambahan di mata investor.
"Pasar melemah karena ada koreksi teknikal setelah terjadi jenuh beli. Namun Ringgit yang melemah bisa membatasi pelemahan," ujar pialang yang berbasis di Kuala Lumpur, mengutip Reuters.
Kini pelaku pasar menantikan rilis data perkembangan produksi, ekspor, dan stok sawit Malaysia yang akan dibacakan oleh Malaysia Palm Oil Board (MPOB) pada hari Rabu (10/4/2019).
Sebab pada pekan lalu, pasar menjadi bullish atas harapan inventori minyak sawit Negeri Jiran yang dapat dikurangi pada bulan Maret.
Tiga surveyor kargo (Intertek Testing Services, AmSpec Agri Malaysia, dan Societe Generale de Survelliance) mengatakan bahwa ekspor minyak sawit Malaysia pada bulan Maret meningkat lebih dari 20% dibanding bulan sebelumnya. Menandakan permintaan masih tetap sehat.
Harapan kian membuncah kala sebuah survei yang dilakukan Reuters memprediksi stok minyak sawit Malaysia pada bulan Maret akan turun sebesar 6,4% menjadi 2,85 juta ton dibanding bulan Februari yang sebesar 3,05 juta ton. Perkiraan tersebut berdasarkan survei yang dilakukan kepada beberapa pelaku industri seperti petani, pialang, dan analis.
Dengan begitu rilis data resmi MPOB menjadi penentu arah pergerakan harga ke depannya. Bila benar stok berkurang sesuai prediksi, maka harga CPO memiliki kesempatan yang besar untuk kembali menanjak. Namun jika kenyataannya di bawah ekspektasi, koreksi harga akan sulit untuk dihindari.
TIM RISET CNBCÂ INDONESIA
(taa/hps) Next Article Sempat Rebound, Pelemahan CPO Berpotensi Berlanjut
Most Popular