
Masuk Holding Tambang, Ini Kondisi Krakatau Steel yang Merugi
Rahajeng Kusumo Hastuti, CNBC Indonesia
08 April 2019 15:21

Jakarta, CNBC Indonesia - PT Krakatau Steel Tbk (KRAS) dikabarkan akan masuk dalam holding perusahaan tambang BUMN di bawah PT Inalum. Bila rencana tersebut terlaksana, maka Inalum akan memiliki 4 anak usaha, termasuk PT Aneka Tambang Tbk (ANTM), PT Timah Tbk (TINS) dan PT Bukit Asam Tbk (PTBA).
"Semua masih dalam kajian," ujar Rendi Witular, Head of Corporate Communication Inalum menjawab pertanyaan CNBC Indonesia tentang Krakatau Steel, Senin (8/4/2019).
Lalu bagaimana kondisi Krakatau Steel sekarang sebelum bergabung dengan Inalum? Bila melihat laporan keuangan 2018 dari KRAS, perusahaan baja ini masih menderita kerugian yang besar, meski turun dibandingkan dengan tahun lalu.
Rugi bersih KRAS senilai US$ 74,82 juta atau Rp 1,05 triliun (kurs Rp 14.00) menurun dibandingkan 2017 senilai US$ 81,74 juta. Selain itu, KRAS mencatatkan kenaikan pendapatan 20% menjadi US$ 1,73 miliar, dibandingkan 2017 sebesar US$ 1,44 miliar.
Nah, yang menjadi tantangan terbesar dari emiten ini adalah utang sepanjang 2018 yang tercatat US$ 2,49 miliar. Jumlah ini mengalami kenaikan 10,45% dibandingkan 2017 sebesar US$ 2,26 miliar.
Berdasarkan laporan keuangan perseroan, utang jangka pendek yang dimiliki KRAS lebih besar dibandingkan utang jangka panjang. Utang jangka pendek KRAS senilai US$ 1,59 miliar, naik 17,38% dibandingkan 2017 senilai US$ 1,36 miliar. Sementara utang jangka panjang pabrik baja pelat merah ini sebesar US$ 899,43 juta.
KRAS juga mencatatkan beban pokok pendapatan membengkak menjadi US$ 1,58 miliar pada 2018, dari US$ 1,23 miliar pada 2017. Sepanjang 2018, KRAS mencatatkan total aset US$ 4,29 miliar, dengan total aset tidak lancar US$ 3,31 miliar dan total aset lancar US$ 989,720 juta. Selain itu, nilai kas dan setara kas turun menjadi senilai US$ 173,28 juta dari tahun sebelumnya US$ 280,87 juta.
Sebelumnya Direktur Utama Krakatau Steel Silmy Karim mengatakan pertumbuhan pendapatan karena adanya kenaikan harga juga produk baja, dan perbaikan pasar. Rata-rata harga jual produk baja gulung panas (Hot Rolled Coil/HRC) meningkat 10,03% menjadi US$ 657 per ton, dan baja Canai Dingin (Cold Rolled Coil/CRC) naik 6,72% menjadi US$ 717 per ton, dan Wire Rod meningkat 15,03% menjadi US$ 635 per ton.
Saksikan Video Krakatau Steel Catat Rugi bersih
[Gambas:Video CNBC]
(dob) Next Article Lolos Dari Kebangkrutan, Saham Krakatau Steel Layak Diburu?
"Semua masih dalam kajian," ujar Rendi Witular, Head of Corporate Communication Inalum menjawab pertanyaan CNBC Indonesia tentang Krakatau Steel, Senin (8/4/2019).
Nah, yang menjadi tantangan terbesar dari emiten ini adalah utang sepanjang 2018 yang tercatat US$ 2,49 miliar. Jumlah ini mengalami kenaikan 10,45% dibandingkan 2017 sebesar US$ 2,26 miliar.
Berdasarkan laporan keuangan perseroan, utang jangka pendek yang dimiliki KRAS lebih besar dibandingkan utang jangka panjang. Utang jangka pendek KRAS senilai US$ 1,59 miliar, naik 17,38% dibandingkan 2017 senilai US$ 1,36 miliar. Sementara utang jangka panjang pabrik baja pelat merah ini sebesar US$ 899,43 juta.
KRAS juga mencatatkan beban pokok pendapatan membengkak menjadi US$ 1,58 miliar pada 2018, dari US$ 1,23 miliar pada 2017. Sepanjang 2018, KRAS mencatatkan total aset US$ 4,29 miliar, dengan total aset tidak lancar US$ 3,31 miliar dan total aset lancar US$ 989,720 juta. Selain itu, nilai kas dan setara kas turun menjadi senilai US$ 173,28 juta dari tahun sebelumnya US$ 280,87 juta.
Sebelumnya Direktur Utama Krakatau Steel Silmy Karim mengatakan pertumbuhan pendapatan karena adanya kenaikan harga juga produk baja, dan perbaikan pasar. Rata-rata harga jual produk baja gulung panas (Hot Rolled Coil/HRC) meningkat 10,03% menjadi US$ 657 per ton, dan baja Canai Dingin (Cold Rolled Coil/CRC) naik 6,72% menjadi US$ 717 per ton, dan Wire Rod meningkat 15,03% menjadi US$ 635 per ton.
Saksikan Video Krakatau Steel Catat Rugi bersih
[Gambas:Video CNBC]
(dob) Next Article Lolos Dari Kebangkrutan, Saham Krakatau Steel Layak Diburu?
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular